Grungee Jumping, Indonesian Noise and Raw

IMG_1383

Beberapa hari ini hujan memang menjadi-jadi dan nampak tak seperti Surabaya yang biasanya, mulai mengurangnya aktifitas di luar sampai puji dan cela yang muncul di media-media sosial akibat adanya hujan sendiri. Namun ada yang sedikit berbeda di C2O Library–perpustakaan urban yang bertempat di Jl. Dr Cipto 20—pada hari Rabu, 3 Juli 2013 nampak perhelatan sebuah acara bertajuk “Soft Launching: GrungeeJumping!”.

“Lebih baik simpan kebenaran “Grunge”mu untuk dirimu sendiri kawan!”

Itu cukilan kalimat yang terdapat pada salah satu artikel GrungeeJumping!, zine yang diluncurkan sore itu. Terasa terlalu kurang jika zine ini hanya dibaca dan tidak diseksamai lebih dalam, bagaimana kalimat tersebut sangat menunjukan sikap idealis harus mampu sejajar dengan kebenaran yang berlaku. GrungeeJumping! adalah sebuah free xeroxed zine yang berisi seleksi tulisan-tulisan dari blog yang bernama sama. Ini adalah sebuah proyek murni ego pribadi ucap seorang bapak bernama Yoyon atau yang lebih dikenal dengan julukan YY. YY adalah salah seorang perintis dari band yang cukup lekat namanya di telinga para scenester lawas yaitu Klepto Opera, YY juga memadu kasih lebih dalam dengan istrinya, Uki dalam satu band bernama Ballerina’s Killer untuk kalian ketahui.

aduhai

YY memilih zine sebagai satu-satunya opsi media yang dapat menampung band-band bagus yang tak tertampung oleh media lebih mapan, selain juga sebagai ruang untuk opini dan ide orang-orang yang patut untuk dituangkan dan dibagikan. Pada pendeklarasian zine pertama ini, ada sangat banyak informasi dan konten yang sungguh menarik. Seperti yang saya dapati sebuah artikel “Bagaimana apabila grunge hanyalah sebuah era dan bukan genre?” yang merupakan hasil sebuah diskusi dan wacana dengan beberapa penggerak grunge scene dengan segala opininya, mengekor pula celetukan di akhir tulisan yang sungguh bijaksana. Ada juga sebuah artikel yang membahas tentang betapa musikalnya kita, dan sejumlah wawancara menarik dengan beberapa musisi noise dan grunge seperti Adith Arpappel, Andina Putri (Becuz). Zine ini bisa sangat banyak membuka wawasan kita tentang grunge dan noise yang masih satu rumpun secara lebih khusyuk juga untuk lebih mengenalkan diri kita dengan local scene dengan segala ketertarikannya. Untuk mengetahui secara lebih cobalah tengok ke www.grungeejumping.blogspot.com

Baiklah, kembali lagi tentang soft launching GrungeeJumping! yang menjadi sebuah kehangatan tersendiri di antara hujan yang tak terkira-kira datang. 50 orang lebih yang kebanyakan adalah penggiat grunge scene berkumpul di lorong dan ruang C2O Library. Keguyuban sangat terlihat malam itu. Malam itu sebenarnya si tuan dari acara yaitu YY awalnya memilih venue di teras belakang C2O Library, namun sayang hujan sepertinya sedang terlalu mesra dengan Surabaya, maka diputuskanlah venue pindah ke dalam ruangan perpustakaan. Acara yang akhirnya dimulai pada pukul 7 malam dengan menayangkan sebuah film dokumenter dari Pixies berjudul Gouge. Pixies sendiri adalah sebuah band yang banyak mempengaruhi musik alternative di era 90an.

Film Gouge
Film Gouge

Sejenak setelah film berakhir, silih-berganti para pengunjung mulai mempersempit ruang dalam C2O Library, lalu meluber keluar karena malam itu tuan dari sang acara telah menyiapkan pertunjukan musik kecil-kecilan dengan mengandalkan 2 ampli kecil, floor tom, cajon dan beberapa gitar. YY mulai memanggil satu-persatu band yang tampil. Singing Bird, Koma, Block G, Dirty Box, The Mumet, Mooikite, dan Gemintang Kirana menjamu mereka semua yang telah menerjang hujan dengan beberapa lagu-lagu alternative dan grunge yang tidak asing di telinga kita mulai dari Pearl Jam, Blind Melon sampai musik dalam negeri yaitu Navicula. Beberapa penampil juga menyajikan lagu-lagu mereka sendiri seperti Mooikite dengan In Nebula-nya. Mereka semua bergantian masing-masing membawakan 3 lagu, namun sayang Becuz salah satu dedengkot noise rock dari Malang berhalangan hadir malam itu.

Mooikite
Mooikite

Ada hal yang menarik pada malam itu, meski grunge sendiri kerap kali berkorelasi dengan frustasi seperti yang dibahas juga dalam salah satu artikel GrungeeJumping!, nyatanya suasana keceriaan lebih banyak bertebaran di C2O Library malam itu karena tak hanya perihal temu kangen teman-teman lama, perihal terdeklarasinya GrungeeJumping!, juga karena tuan dari acara turut serta membagikan gratis CD kompilasi Smile Sounds, CD album Kaca Pembesar dan juga beberapa hadiah menarik dari koleksi Toko Piringan Hitam yang juga ikut membuka lapaknya yang penuh harta karun bagi para pecinta musik era 90an.

Toko piringan hitam
Toko piringan hitam

Sayang, tepat pukul 10 malam acara dinyatakan usai meskipun banyak dari para pengunjung masih enggan untuk berpaling dari keseruan malam itu. Namun demi kenyamanan bersama satu-persatu dari mereka mulai beranjak segera keluar dari C2O Library. Seiring terdengarnya ucapan terima kasih kepada setiap orang yang telah hadir dan banyak membantu malam itu, sembari perlahan saya mengemas satu edisi GrungeeJumping! dan satu kaset Best of Bob Dylan yang saya dapat pada hari yang sama.IMG_1383

Recent days have seen rampant downpour, unlike the usual sweltering hot Surabaya. Activities outdoor started to decline, while curses and cheers towards the rain appear intermittently in social media. Yet something different was brewing at C2O library, the small library located at Jl. Cipto no.20. as an event titled “Soft Launching: GrungeeJumping!” took place.

“Better keep the truth of your “Grunge” for yourself!”

That’s a quote taken from one of the articles in GrungeeJumping. We would however miss out a lot if we only rely on reading without examining in details how that sentence demands that an idealistic attitude must take realities into account. Grungee Jumping! is a free seroxed zine, a purely personal, ego-driven project of a father named Yoyon otherwise also known as YY. (YY is a member of a pioneering band famous among old scenesters, Klepto Opera. Additionaly with his wife Uki, they also form a band called Ballerina’s Killer).

aduhai

YY chooses zine as the only media that can accomodate good bands which have not been recognized in other, bigger media, and also as a room to share opinions and ideas of the people he thinks is worthy to be further circulated.Within this first zine declaration, I found many interesting information and content. For example, I found an article that discusses “What if grunge is just an era and not a genre?”, which is the result of his discussions and discourses with several grunge scene actors, containing all of their opinions, followed by his own words and quotation at the end of the writing.

There are also some other interesting articles that discuss about how musical we are, and some interesting interviews with some noise and grunge musicians like Adit Arpapel, Andina Putri (becuz) and others. This zine can widen our knowledge a great deal about the closely related grunge and noise music genres. On a more solemn note, it also introduces us to the local scenes with all their interests. To know more about it, visit the blog in www.grungeejumping.blogspot.com

Back to GrungeeJumping soft launch! During the rainy evening of July 3, 2013, there was a distintctive warmth within the gattering of nearly 50 people, mostly from grunge scenes, huddling the aisle and the room of C2O library. The air was very intimate—too bad we could not host the event at the backyard due to the heavy rain. We decided to move into the room.

Film Gouge
Film Gouge

That event finally started at 7 in the evening, warming up the night by showing a documentary film from The Pixie titled Gouge. Pixie itself is an alternative music band of the 90s era. Just a moment after movie ended, more visitors began to flock into the narrow space of C2O, even spilling outside as the host has set up a small musical performance using two small amps, floor tom, cajon, and some guitars. YY started to calling one by one the line-up bands. Singing Bird, Koma, Blok G, Dirty Box, The Mumet, Mooikite, and also the Gemintang Kirana, entertained all of those who had braved the rain with a few alternative and grunge songs familiar to us such as Pearl Jam, Blind Melon, and even back to our own countryfolk Navicula. Some also present their own songs such as Mooikite with its in Nebula.

Mooikite
Mooikite

They all took turns playing 3 songs. Unfortunately, Becuz, one of the founding figures of noise from Malang was unable to come that evening. There is something different that night—even though grunge itself is often correlated with frustration as also discussed in one article in GrungeeJumping!, in fact, joyful atmosphere was all over the place at C2O that night because it was not only about the reunion of old friends, or the declaration of GrungeeJumping! zine, but because the host of the event distributed a free compilation CD Smile Sounds, CD album of Kaca Pembesar and also some interesting gift from the collection of Piringan Hitam Shop, opening up a pop-up shop along the aisle full of treasures for the 90s lovers.

Toko piringan hitam
Toko piringan hitam

Too bad, we had to close at 10 pm—many of the visitors were still reluctant to turn away from the excitement that night. One-by one, people started to move out of the C2O. I heard thank yous and gratitudes to everyone who had attended and assisted that night, while slowly packed an edition of the GrungeeJumping zine and cassette Best of Bob Dylan that I got on the same day.

Leave a Reply