Welkom in Malang

oleh Anitha Silvia aka Tinta

Minggu, 7 Maret 2010, jam 8 pagi kami berlima—Kat, Pundi, Erlin, Carlos, dan saya—berkumpul di C2O. Berbekal daftar alamat tempat-tempat (kedai maupun toko) kopi, tempat baca dan makanan yang kami kumpulkan dari kliping koran dan internet, dengan semangat kami berangkat menuju Malang. Sejak masa penjajahan Belanda, Kota Malang menjadi tempat favorit untuk berpelesir dan hal tersebut berlanjut sampai sekarang.  Berikut ini sejumlah tempat yang kami datangi dan nikmati:

Malang-Perpustakaan
Perpustakaan Umum Kota Malang. Foto dokumentasi C2O

Perpustakaan Kota Malang
(Jl  Besar Ijen no 30a Malang)

Kat dan Pundi mampir sebentar untuk melihat jadwal kegiatan regular Perpustakaan Kota Malang, sementara saya, Erlin, dan Carlos berkeliling kawasan Ijen menikmati rumah-rumah bergaya art deco. Lokasi perpustakaan sangat strategis, dan seringnya diadakan pasar rakyat di kawasan Ijen membuat masyarakat bisa berkunjung ke pasar sekaligus ke perpustakaan karena Perpustakaan Kota Malang buka setiap hari termasuk hari libur nasional.

Java Dancer. (Photo: Erlin Goentoro)
Java Dancer. (Photo: Erlin Goentoro)

Java Dancer

Java Dancer, suatu kedai kopi semi-outdoor di Jl Kahuripan, seberang Hotel Tugu. Kami memesan kopi Gayo, Mandheling dan Sulawesi Aged Kalossi Arabica. Bisa memilih penyajiannya: tubruk, syphon atau French Press.

Hotel Tugu. (Foto: Erlin Goentoro)
Hotel Tugu. (Foto: Erlin Goentoro)

Hotel Tugu

Hotel bergaya butik ini menampilkan konsep Javanese Babah Peranakan. Yang disajikan hotel ini adalah nostalgia tempo dulu dengan penggunaan material atau replika barang antik. Kami mendapatkan guide gratisan dari karyawan hotel, wah akhirnya bisa keliling hotel tanpa harus menginap disana!

Und Corner (Foto: Erlin Goentoro)
Und Corner (Foto: Erlin Goentoro)

Und Corner

Toko oleh-oleh yang berada di Hotel Tugu ini juga menyajikan nostalgia atas makanan tempo dulu. Kami membeli roti gandum yang menggunakan resep kuno.

Pasar Klojen (Foto: Erlin Goentoro)
Pasar Klojen (Foto: Erlin Goentoro)

Pasar Klojen

Tujuan kami ke pasar tradisional ini adalah Toko Kopi Sidomulia, ternyata hari Minggu tutup! Untung ada toko lainnya yang menjual produk Sidomulia.

Pasar Besar

Pasar Besar termasuk dalam kawasan Pecinan Kota Malang. Kami mencari beberapa toko kopi tapi sayang Toko Kopi Sidomukti juga tutup!

Nasi Buk Madura

Kami mencoba Nasi Buk di Jl Terusan Brantas Malang. Nasi Buk Madura cukup pupuler di Malang. Makanan khas Madura ini dipopulerkan oleh para transmigran yang bermukim di Malang. Nasi Buk adalah nasi putih, sayur rebung, mendol, dan empal dalam satu piring.

Rumah Baca Cerdas
Rumah Baca Cerdas

Rumah Baca Cerdas

Berlokasi di Ruko Permata Jingga Kav 12-13 Malang, Rumah Baca Cerdas yang didirikan oleh Malik Fajar—mantan menteri pendidikan terdiri dari 2 lantai yang cukup besar. Lantai dasar sebagai coffee shop yang juga menyajikan bacaan majalah dan surat kabar, sedangkan lantai 1 merupakan ruang utama yaitu perpustakaan. Koleksi paling menarik adalah majalah dan jurnal yang sudah dibendel rapih mulai dari Horison, Prisma, Tempo, Panji, Gatra, Time, Newsweek, dan Business Week. Rumah Baca Cerdas secara regular mengadakan diskusi tentang fenomena sosial-budaya-politik-hukum di Indonesia dan mendokumentasikan hasil diskusi tersebut dalam bentuk buku.

Kedai Baca Sinau

Kedai Baca Sinau yang berlokasi di Jl Bogor Atas no 1 Malang adalah toko buku dan kedai kopi yang berukuran cukup kecil tapi terlihat nyaman. Sayang Hari Minggu tutup!

Toko Oen. (Foto: Erlin Goentoro)
Toko Oen. (Foto: Erlin Goentoro)

Toko Oen

Toko Oen terletak di Jl Jaksa Agung Suprapto no 18 Malang berdiri sejak 1920. Meskipun sudah berganti kepemilikan, toko ini tetap menarik para wisatawan dengan sajian menu dan interior tempo dulunya. Kami memesan es krim dan kue kentang, rasanya sangat enak.

Toko Avia

Jl Basuki Rahmat no 5 Malang. Karena lokasinya di pojokan jalan, Toko Avia memiliki bentuk bangunan art-deco berbentuk oval, dan mempengaruhi interiornya yang cukup unik: deretan rak berbentuk oval dan menurun. Toko ini sangat dikenal menyediakan bahan kue dan roti terlengkap di kota Malang. Erlin membeli tepung gandum disana.

Bakpau Telo

Berlokasi di Jl Raya Purwodadi no 1 Pasuruan, merupakan sentra oleh-oleh makanan yang berbahan dasar telo (ubi). Produk yang jadi andalan adalah bakpau telo. Kami jadinya makan malam bakpau! Produk lainnya yang sangat menarik hati adalah bakpia telo, mi telo, keripik telo, dan brownies telo.

Satu tempat yang belum kesampaian untuk dikunjungi adalah Insomnium–suatu komunitas fotografi karena  Decky sang founder sedang travelling ke Papua. Dalam perjalanan pulang ke Surabaya, kami mampir ke warung Ki Sunaryo di Sidoarjo untuk mengkonsumsi STMJ. Kami kembali ke C2O sekitar tengah malam. (Tinta)

***

Catatan tambahan dari C2O:

Sisa-sisa citra sebuah kota yang relatif asri dan tertata (untuk tidak menyebutnya kolonial), terutama terlihat di kawasan Alun-alun Bunder (balaikota) dan Jalan Ijen. Pencanangan Undang-Undang Gula di tahun 1870 membebaskan masuknya modal swasta asing dan mendatangkan gelombang baru kedatangan orang-orang Belanda totok dari Eropa. Lokasi Malang di ketinggian sangat cocok untuk perkebunan kopi, teh dan kakao. Kopi dan kakao menjadi dua komoditi utama, terutama dikembangkan di wilayah selatan Malang.

Perpustakaan, taman baca dan komunitas kebudayaan sekilas lihat tampak lebih bergeliat di Malang (meskipun juga menghadapi rintangan-rintangan di tengah perkembangan ritel dan mal. Lihat “Meremajakan Komunitas Kebudayaan di Malang”, Kompas Jawa Timur, 16 Januari 2010). Tujuan kami ke Malang, selain memburu kopi, sebenarnya juga untuk mengunjungi komunitas-komunitas tersebut. Sayang, karena kami ke sana di hari Minggu, kebanyakan darinya tutup.

Dibandingkan Surabaya, perkembangan Kota Malang—yang sejak awal memang diarahkan sebagai kota hunian—cenderung lebih pelan, tertib dan terarah. Dimulai di tahun 1917 dilakukan delapan tahap Pembangunan Kota (Bouwplan I – VIII)  yang baru berakhir di tahun 1935. Sebenarnya selain Alun-Alun Bunder (dibangun 1922, pada jamannya juga disebut sebagai kawasan J. P. Coen, J. P. Coen Plein , sebelumnya sudah ada Alun-Alun Kota Malang, dibangun 1882. Kedua-duanya mengalami pergeseran dan pergulatan fisik, fungsi, dan makna yang berkaitan erat dengan sejarah dan keputusan politiknya.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan langsung baca Dua Kota Tiga Zaman: Surabaya dan Malang Sejak Kolonial Sampai Kemerdekaan (Purnawan Basundoro, 2008), Indonesia dalam Api dan Bara (Tjamboek Berdoeri), kedua-duanya tersedia di rak Sejarah Indonesia C2O.

Foto artikel oleh Erlin Goentoro.

Email | Website | More by »

Seorang musafir gig dan pameran, pengelola klab jalan kaki Manic Street Walkers, penikmat zine, lomographer.

One Reply to “Welkom in Malang”

Leave a Reply