The Story of Art

StoryofArt
“Ketidakpercayaan Santo Thomas (The Incredulity of Saint Thomas)” karya Michelangelo Merisi da Caravaggio (1571-1610) dari Italia, ditampilkan dalam buku ini.

The Story of Art adalah salah satu buku standard sejarah seni (terutama lukisan, arsitektur dan patung) untuk pemula dan orang awam, yang telah dicetak ulang 16 kali selama lebih dari setengah abad.  Awalnya ditujukan untuk anak-anak muda dan pemula, buku ini ditulis dengan bahasa yang sederhana dan informatif.  Gombrich menekankan koherensi dan informasi umum untuk memberi gambaran awal dan bekal bagi pembaca untuk menelusuri informasi-informasi lain yang lebih mendalam.

Di awal pengantar bukunya, Gombrich menulis:

“There really is no such thing as Art.  There are only artists.  Once these were men who took coloured earth and roughed ou tthe forms of a bison on the wall of a cave; today some buy their paints, and design posters for the hoardings; they did and do many other things.  There is no harm in calling all these activities art as long as we keep in mind that such a word may mean very different things in different times and places, and as long as we realize that Art with a capital A has no existence.  For Art with a capital A has come to be something of a bogey and a fetish.”

Gombrich sebisa mungkin menghindari istilah jargon seni yang terdengar asing ataupun “berat”, tapi juga tidak memandang rendah pembacanya.  Semenjak awal dia memberi informasi mengenai batasan yang diterapkan untuk kategori periode, style, seniman dan karya yang dibahas.  Kebanyakan memang, sangat standard.  Tentunya, ada banyak periode maupun artis yang lantas tidak dibahas dalam buku ini, dan kentara sekali penekanannya pada seni “Barat”, dan (hampir?) semua seniman yang dibahas adalah laki-laki.  Di sini Gombrich tidak berusaha untuk menjadi “unik” atau menonjol.  Lebih dari itu, ia ingin membangun minat dan ketertarikan pembaca, serta mengajaknya untuk mengenal dan menikmati karya-karya tersebut. Gombrich dengan hati-hati mengingatkan kita untuk tidak merendahkan segala macam bentuk kesenian sebagai sesuatu yang nonsense, “primitif”, menipu atau aneh. Kita didorongnya untuk memperhatikan karya-karya tersebut, mempertanyakan apa yang dipikirkan pembuatnya, dan untuk mengurangi prasangka-prasangka kita.

Yang menarik adalah bagaimana tiap artis, seniman, berusaha mengatasi permasalahan-permasalahan dalam karya-karyanya, dengan beranjak dari karya-karya sebelumnya dan zamannya.  Di sini Gombrich mengajak kita untuk membangun empati dan melihat karya-karya tersebut dalam konteks jamannya dan dampak psikologisnya.  Dengan lincah Gombrich melakukan referensi silang dari gambar ke gambar, periode ke periode, dan memberikan (dan mendorong pembaca untuk melakukan) perbandingan perbedaan, kesamaan dan perkembangan yang terjadi.

Selain kaya dengan gambar-gambar ilustrasi rujukan, buku ini dilengkapi dengan diagram timeline, index, dan referensi bacaan lanjutan untuk informasi-informasi yang lebih spesifik.  Seru dan informatif.

Email | Website | More by »

Founding director, c2o library & collabtive. Currently also working in Singapore as a Research Associate at the Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS). Opinions are hers, and do not represent/reflect her employer(s), institution(s), or anyone else with whom she may be remotely affiliated.

Leave a Reply