Debt: The first 5,000 years

Debt, The First 5000 Years
Penulis: David Graeber
Penerbit: Melville House, 2012

Debt, The First 5000 Years adalah sebuah rangkuman sejarah hutang dan evolusinya hingga ia dikenal seperti apa yang kita kenal sekarang. Utang-piutang dan pinjam-meminjam sudah berlangsung sekian ribu tahun lebih awal sebelum ditemukannya uang dan menjadi fondasi dari proses kemunculan uang tersebut. Kedua moda pertukaran ini memiliki potensi untuk menjadi media transaksi yang adil dan konstruktif atau malah sebaliknya, mengubah hubungan antar manusia menjadi sebuah hitungan aritmatika yang mampu menjustifikasi hal-hal yang semestinya tidak kita lakukan pada sesama. Dalam prosesnya, Graeber berhasil mengidentifikasi akar permasalahan dari krisis-krisis besar yang pernah terjadi di dunia.

Dalam buku ini, Graeber mampu mendekonstruksi persepsi umum akan beberapa hal seperti:

  • Dari mana uang berasal
  • Fungsi uang dan peran hutang
  • Imparsialitas ilmiah atas teori-teori ekonomi yang ada
  • Hubungan antar manusia

Dimulai dari asal mula diciptakannya uang. Selama ini, yang diajarkan di sekolah dasar adalah bahwa uang diciptakan karena adanya kesulitan yang timbul pada sistem barter. Teori Adam Smith ini terdengar sangat logis sehingga mudah bagi kita untuk menerimanya. Sayangnya, sampai sekarang belum ada catatan sejarah atau etnografi yang membuktikan keberadaan pasar barter di masa lalu.

Temuan Graeber dari data sejarah era pra uang adalah bahwa masyarakat pada masa itu melakukan pertukaran komoditas dengan sistem kepercayaan. Dimana seseorang mampu mendapatkan kebutuhannya dari pemberian orang lain, yang kemudian menimbulkan niatan untuk membalas budi pada kesempatan yang berbeda (muncul perasaan berhutang). Sehingga individu dalam komunitas ini saling memberi tanpa mengharapkan menerima barang yang setimpal dalam momen yang sama. Tiap-tiap individu mampu saling memenuhi kebutuhan sesama secara berkelanjutan. Siapa saja dapat ambil bagian, karena pada masa pra uang, konsep kemiskinan belum ada.

Dalam masa primordial, uang diambil dari benda-benda mentah yang ditemukan dari alam, seperti bebatuan, kulit kerang, atau taring anjing. Alat tukar ini fungsinya bukan untuk membeli, tapi justru untuk menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa ditukar dengan barang lainnya. Seperti dalam upacara pernikahan, pemakaman, atau untuk membalas jasa kerabat. Pemberian batu-batuan alam yang cantik misalnya, justru melambangkan bahwa kita tidak bisa mengkuantifikasi nilai hidup dan eksistensi orang lain.

Kemudian uang yang seperti saat ini kita kenal mulai muncul ketika sektor militer diutus oleh raja untuk memperluas wilayah dan melakukan invasi ke kerajaan lain. Uang koin tersebut berfungsi untuk ditukarkan dengan makanan dan perbekalan yang bersumber dari hasil pertanian rakyat. Karena akan sangat menyulitkan jika prajurit membawa perbekalan untuk sepanjang perjalanan. Rakyat harus memenuhi apa yang dibutuhkan prajurit, karena koin tersebut digunakan untuk membayar pajak kembali pada raja, jika tidak, mereka akan dikenai sangsi. Dengan adanya uang koin ini, rakyat mulai menggunakan uang tersebut sebagai alat ukur nilai barang dan jual beli.

Masalah muncul ketika pihak yang menerbitkan uang menyalah gunakan kuasa mereka dalam menetapkan rasio pajak dan suku bunga. Kedua aspek ini mengharuskan masyarakat mengumpulkan profit lebih dari bisnisnya untuk membayar pajak yang semakin mahal, atau melunasi hutang dengan bunga yang tinggi. Sejak itulah muncul persaingan antar masyarakat dalam meningkatkan profit, hingga pada akhirnya hubungan moral dan nilai-nilai adat istiadat tidak lagi relevan dalam perdagangan dan bisnis.

Sebenarnya tiap-tiap komunitas memiliki sejarah evolusi uang yang berbeda. Graeber menganalisa beberapa teori ekonomi berdasarkan era dan wilayahnya. Mulai dari Cina dan India di era axial, ekonomi Kristen dan Islam di abad pertengahan, era kerajaan kapitalis, hingga era yang masih belum terdefinisi yaitu saat ini.

Sejarah perkembangan uang yang awalnya heterogenik, berujung pada sebuah sistem moneter tunggal yang berlaku di secara global saat ini. Bernama sistem moneter Fiat. Sebuah sistem peredaran uang dimana pihak penerbit mampu mencetak uang baru hanya dengan berdasarkan pinjaman yang diajukan oleh kliennya. Tanpa basis yang akuntabel. Sistem inilah yang sebenarnya membawa serta istilah-istilah seperti inflasi, deflasi, resesi, juga awal mula terbaginya nilai uang menjadi intrinsik dan nominal. Uang berbasis utang ini berpengaruh langsung pada hilangnya daya beli masyarakat, berkurangnya jumlah masyarakat kelas menengah, dan memunculkan kembali sistem kasta berbasis kekayaan uang.

Sistem moneter tersebut membuat ekonomi yang ada saat ini menjadi sebuah kerancuan dari dua prinsip yang mendasar. Antara yang berbasis komunal, yaitu berdasarkan peran dan kebutuhan (selayaknya hubungan kita dengan keluarga, pasangan, teman, dan komunitas terdekat). Seperti saat terjadi bencana alam, masyarakat mampu untuk saling memberi dan membantu sesuai kemampuan masing-masing dan peka terhadap kebutuhan sesamanya, tanpa perlu dihargai dengan uang. Di sisi lain, berbasis hierarki dimana superioritas dan inferioritas materiil menjadi sebuah budaya. Dimana relasi antar manusia menjadi relasi intrinsik semata.

Pada chapter ‘Era Kerajaan Kapitalisme’, Graeber mengutip kalimat Lord Charles Stamp, direktur Bank of England:

“Sistem perbankan modern mampu menciptakan uang tanpa modal sepeserpun. Proses ini bisa jadi adalah trik tipu daya yang paling menakjubkan yang pernah ada. Dunia adalah milik para bankir, rebut dari mereka, namun sisakan bagi mereka kemampuan untuk mengisukan kredit, niscaya hanya dengan goresan pena, mereka akan mampu membelinya kembali.”


Buku ini akan dibedah oleh Bintang Putra dan Bayu Sugita pada hari Sabtu, 9 Februari 2013, pk. 18.00 di c2o library & collabtive. Silakan bergabung.

Email | Website | More by »

Mahasiswa jurusan Desain Produk Industri ITS, aktif di kegiatan seni, desain, dan riset. Kegiatan dan riset yang dilakukan mengarah kepada pencarian solusi alternatif atas krisis-krisis yang terjadi baik regional maupun internasional. Bekerja paruh waktu sebagai desainer grafis dan produk, dua buah karyanya dapat dilihat di gedung Indonesian Stock Exchange.

Leave a Reply