Site icon C2O library & collabtive

Novel Grafis di Asia Tenggara

novelgrafisasiatenggara-chengtju-c2o

Diskusi Novel Grafis di Asia Tenggara
bersama Lim Cheng Tju
☞ Sabtu, 24 Desember 2016, pk. 18.30 – 20.30
C2O library & collabtive, Jl. Dr. Cipto 22 Surabaya

Studi komik di Amerika Utara dan Eropa makin mendapat banyak perhatian sarjana, konferensi, dalam berbagai bentuk tema, pendekatan dan perdebatan. Dalam bidang studi ini, narasi novel grafis adalah salah satu medium yang paling mudah untuk akademisi terima dan ajarkan di departemen bahasa dan sastra Inggris di universitas-universitas. Namun hal ini menjadi lebih rumit jika kita mempertimbangkan novel grafis di Asia, dan khususnya, Asia Tenggara. Sebagai suatu wilayah, Asia Tenggara adalah ciptaan pasca-Perang Dunia II, yang mana sebagian bear penduduknya tidak memiliki bahasa dominan (lingua franca) yang sama. Di Asia Tenggara, terkadang ini diakali dengan menulis dalam bahasa Inggris, tapi gagasan mengenai novel grafis dalam bahasa Inggris di Asia Tenggara sendiri menjadi rumit karena narasi grafis dilihat bukan hanya sebagai media sastra, tetapi juga sebagai seni visual.

Menggunakan contoh dari Filipina, Malaysia dan Singapura, diskusi ini membahas mengapa seorang penulis/seniman komik di Asia Tenggara menghasilkan sebuah karya dalam bahasa Inggris. Apa sajakah pertimbangan artistik atau pangsa pembaca/pasarnya? Apa peran sejarah, tingkat pendidikan, tingkat melek huruf, keberadaan hiburan massal, dan warisan kolonial dalam pengembangan novel grafis dalam bahasa Inggris? Bagaimana sifat pembaca novel grafis dalam bahasa Inggris yang terbatas (niche) membentuk narasi dan jenis cerita penulis/seniman, dan bagaimana ini mempengaruhi strategi pendanaan dan publikasi? Bagaimana pencipta dan penerbit dalam Bahasa-bahasa lain (Bahasa Tagalog, Bahasa Melayu, Bahasa Indonesia, Bahasa Cina) melakukan strategi publikasi? Apa yang membuat beberapa karya tertentu masuk dalam daftar “klasik” novel grafis dalam di Asia Tenggara dan mengapa?

Diskusi ini akan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan di atas, terutama berkaitan dengan inisiatif pemerintah baru-baru ini dalam mengembangkan media komik di Singapura (melalui Media Development Authority dan Dewan Kesenian Nasional) dan Malaysia (melalui Malaysia Digital Economy Corporation), yang tak lepas dari berbagai konflik dan ketegangan. Misalnya, penarikan tiba-tiba dana pemerintah untuk karya Sonny Liew, The Art of Charlie Chan Hock Chye di Singapura pada tahun 2015. Karya lainnya yang akan dibahas antara lain adalah buku Lat (Malaysia) dan Gerry Alanguilan and Budjette Tan (Filipina).

Lim Cheng Tju menulis tentang sejarah dan budaya populer di Singapura. Dia adalah salah satu penulis The University Socialist Club and the Contest for Malaya: Tangled Strands of Modernity (Amsterdam University Press/NUS Press) dan juga salah satu penyunting Liquid City Vol 2 (Image Comics), antologi komik Asia Tenggara. Dia adalah editor negara (Singapura) untuk International Journal of Comic Art. Artikel-artikelnya telah diterbitkan dalam Journal of Popular Culture dan Print Quarterly. Kadang-kadang ia juga menulis komik.

Exit mobile version