Detail Cantuman Kembali

XML

Declare! Kamar Kerja Penerbit Jogja (1998-2007)


Buku ini dibagi menjadi tiga episode (yang kurang lebih) kronologis, disertai pembuka dan catatan akhir oleh pengarang, dengan sebuah kata pengantar �Reorientasi Industri Buku Jogja� oleh St. Sunardi. Adhe membuka Declare! dengan karakter komik koboi Lucky Luke untuk menggambarkan penerbit-penerbit Jogja yang mempunya latar belakang aktivis mahasiswa dan pekerja kreatif, di mana dalam tindakan mereka suka �kekoboy-koboyan� dalam arti �suka seenaknya sendiri, tidak mempedulikan aturan, dan melakukan sekian banyak pelanggaran� tatanan dunia perbukuan seperti pengabaian hak cipta, pendaftaran ISBN, kualitas terjemahan yang buruk, kesemrawutan pembukuan & manajemen tradisional dll.





Sudah merupakan klise: dibandingkan komoditi lain pada umumnya, banyak pihak masih susah menerima buku sebagai barang komoditas pasar tanpa embel-embel status (mitos?) buku sebagai agen budaya/intelektual untuk �mencerdaskan kehidupan bangsa� atau apapun lah cita-cita luhur nan gombal lainnya2. Klise satu lagi: Selang beberapa waktu, idealisme akan luntur dan bertekuk lutut pada kekuasaan pasar. Apalagi ketika yang disebut �idealisme� sering kali tidak jelas dan disesuaikan dengan kepentingannya sendiri.





Di episode pertama, Adhe menempatkan kelahiran dan maraknya penerbitan-penerbitan kecil di Jogja yang menyediakan infrastruktur pendukung penerbitan yang cukup lengkap, didukung oleh kuatnya aura intelektualitas dan semangat kebudayaan di kota ini3. Tentu saja, cara kerja �kekoboy-koboy� an tidak terbatas pada penerbit-penerbit Jogja. Hanya saja, massifikasi penerbitan berskala kecil yang seperti berada dalam satu komando terlihat paling menonjol di Jogja, belum lagi orkestrase media yang cenderung menyamaratakan mereka, dan persaingan ekonomi-politik industri buku.





Tudingan-tudingan dan permasalahan-permasalahan yang timbul seiring dengan berkembangnya industri ini dibahas dengan gamblang di episode kedua: anti-regulasi, malah copyright hingga satu judul bisa diterbitkan berbagai penerbit, distributor dengan rabat mematikan tapi laporan atau royalti yang nggak jelas, proses pindah-pindah distributor, buku-buku yang membusuk di gudang toko buku (yang proses returnya ribet), gampang susahnya pengurusan legalisasi, ganti-ganti distributor, cepatnya arus pergantian display di toko buku dll dsb.





Episode terakhir, �Penerbit di Jogja Hari Ini� membahas bagaimana beberapa penerbit kolaps, berevolusi, dan kemunculan penerbit-penerbit baru beserta �mantan staf penerbitan yang kini menjadi barisan pimpinan penerbit, distributor, biro jasa pra-cetak, event organizer, dan lain-lain.� Adhe mengamati bagaimana penerbit-penerbit Jogja mensikapi kendala-kendala yang dibahas di episode sebelumnya dan menempatkan posisinya sebagai �pembuka jalan� atau penggairah pluralitas industri perbukuan.
Gift from Anitha Silvia & Pundi Triardi S.
Adhe - Personal Name
070.5 ADHE
Indonesia
Book - Paperback
Komunitas Penerbit Jogja
2007
341
LOADING LIST...
LOADING LIST...