Detail Cantuman Kembali

XML

Banda Neira


Kolonialisasi, Sejarah Sepanjang Zaman


Catatan kecil dari novel berjudul �Banda Neira�, karangan Mayon Sutrisno








KOLONIALISASI terpaut pada kepentingan pemenuhan nafsu primitif umat manusia. Dunia telah ternoda ketamakan manusia akan dirinya sendiri. Hidup bukan lagi didasari pada kebutuhan, tapi manusia lebih mementingkan keinginan. Keinginan akan kekuasaan dan kenikmatan duniawi.





Sejarah telah mencatat bahwa kolonialisasi bermula dari keinginan rakus manusia untuk meraup sumberdaya alam sebesar-besarnya. Tanpa ampun, sumberdaya alam telah menjadikan semua bangsa saling memperebutkannya. Bila dulu hanya bahan-bahan alam seperti rempah dan bahan tambang. Bahkan kini telah merbak pada sumber utama kehidupan manusia, air dan udara.





Semua bangsa menjadikannya landasan penguasaan terhadap bangsa lain, tak terkecuali. Saling tikam dan saling bunuh.





Hal ini telah menjerumuskan peradaban manusia pada penindasan dan penjajahan antar sesama. Batas-batas ruang tidak lagi menjadi persoalan ketika keinginan rakus manusia itu mesti dipenuhi. Penindasan dan penjajahan juga tidak kenal batas waktu, suku, bangsa, ras ataupun agama.





Apakah ini sebuah kutukan? Ataukah memang Tuhan telah merencanakannya jauh sebelum Adam dan Hawa diciptakan?





penindasan dan penjajahan selalu mengalami perubahan sesuai zamannya. Bila dulu ia berkedok perdagangagan, kinipun sama. Bila dulu ia berbasis kekuatan militer, apa bedanya dengan hari ini? Bila dulu ia terbungkus rapi melindungi umat manusia sekaligus mempercepat pembangunan, apakah hari ini semua itu sudah berubah?





Banyak sejarah mencatat bahwa penindasan dan penjajahan telah mengabadikan nama, lokasi dan monumen. Semua itu terulang hari ini, ketika sejumlah nama dielukan atau dicaci-maki. Lokasi-lokasi ternetu diincar, dihancurkan atau diproteksi. Monumen-monumen baru bertumbuhan menggantikan monumen-menumen lama.





Mayon Sutrisno merangkai tragedi zaman kolonialisasi dengan cerdas pada novelnya, Banda Neira. Mudah-mudahan Mayon mengajak pembacanya untuk berpikir, apakah kolonialisasi telah berakhir hari ini?





***





MAYON SUTRISNO marangkai berbagai plot pendeknya secara menawan. Banda Neira telah menjadi novel yang pantas mendapat acungan jempol. Awalnya Mayon telah merenggut perhatian pembaca dengan prolog yang luar biasa mencekam dan panas. Sementara diakhir ia menuliskan epilog yang kalem dan teduh.





Mayon tak segan-segan menggunakan bahasa yang sarkas sekaligus liar. Bayangkan saja, ia menulis �sorga hanyalah sepotong pantat perempuan dan sebotol brendy�. Pada plot lain ia menampilkan tulisan �buah pelir setan� atau �ia telah biadab sejak lahir�.





Keberanian tulisan Mayon sungguh luar biasa. Melalui keliaran percakapan antar karakter, ia mampu mendeskripsikan masing-masing karakter tanpa terlalu banyak bertele-tele.





Buku ini memang berlatar belakang sejarah. Ia mampu mengurai berbagai hal tentang masa kolonialisai yang dimulai sejak abad ke-14. Ia bertutur tentang petualangan Colombus, Cornelis De Houtman, Pizzaro, Magelheans dan tokoh-tokoh penting zaman itu. Mayon telah menembus sekat-sekat sejarah dalam seketika, seolah hal itu hanya dibedakan oleh dimensi waktu dan ruang saja.





Dilain sisi, ia juga bertutur lancar tentang berbagai wilayah secara menarik, mulai dari Nederland, Americas, Jepang, Banda Neira, Jacatra, Maccau, Java, Malaka hingga Pappua. Detail-detail wilayah tersebut mampu digambarkannya dengan uraian lugas dan tegas.





Imajinasi dan logika pembaca dicampur-adukkan dengan berbagai ketegangan, romantisme, hiruk-pikuk kolonialisasi, sekaligus kecamuk nafsu birahi. Emosi pembaca seolah sengaja diajak bertualang melalui ke-khasan gaya tulisannya.





Penerbit buku ini menyatakan bahwa novel ini lahir dari obsesi seksual dan keimanan. Gabungan antara erotisme, eksotisme dan keahlian bercerita. Sementara Angelina Anton, Direktur Editorial Minerva Press London menyatakan bahwa Mayon menuangkan tulisannya dalam bahasa yang elastis, tajam dan digarap dengan struktur yang kuat.





Novel ini telah dimuat pada Harian Kompas tahun 1994 sebagai cerita bersambung. Selain itu, cetakan pertama sesungguhnya telah terbit tahun 1995.





***





PIETER VAN HOORN telah menjadi seorang pelaut tangguh. Kehebatan laki-laki ini menghantarkannya pada kegemilangan masa kolonialisasi di Banda Neira diawal abad ke-16. Ia bergabung sejak belia dengan kongsi perdagangan Belanda, Generale Vereeningde Goectroyeerde Oost Indiesche Compagnie, VOC, tahun 1602.





Kisah petualangannya bermula dari kekecewaan dan rasa iba pada ibunya, Marie De Bois. Marie menjadi sosok menakutkan bagi Hoorn karena kekejamannya. Ia merawat Hoorn dengan penuh kebencian. Sesungguhnya kebencian itu terpendam dalam dada Marie setelah ia dicampakkan oleh James Sinclair, seorang bangsawan Inggris bergelar Lord of Aragon.





Kepada Yoseph De Bois kemudian Hoorn mencurahkan rasa cintanya. Dalam pelayaran, kakek sekaligus gurunya itu memberikan pondasi yang kuat bagi kehidupan Hoorn selanjutnya. Namun Yoseph harus mati ditangan orang-orang Banda, semua itu akibat nafsu biadab sang Kapten Jenderal yang memimpin ekspedisi VOC.





James Sinclair berjumpa dengan Hoorn di Malaka setelah Hoorn membelot pada English East India Companny, perusahaan perdagangan Inggris. Mereka telah menjadi satu tim yang membela kepentingan Inggris. Latar belakang keluarga yang terkubur telah membuat Hoorn menikahi saudarinya sendiri, Marie Elizabeth. Nyaris Hoorn membunuh ayahnya itu dalam sebuah duel saat James Sinclair marah besar karena Marie Elizabeth mati bunuh diri setelah ditinggal Hoorn.





Di Malaka pula Hoorn bertemu kembali dengan cinta masa remajanya, Michiko. Michiko adalah mantan keyko yang dihadiahkan oleh Daimyo Matsunaga kepada James Sinclair. Penumpasan kaum Fransiskan telah menjerumuskan Michiko pada kehidupan sebagai budak. Padahal di Hirado, Hoorn telah menanam benih di rahim Michiko.





Pelarian Hoorn dari Hirado melibatkan seorang penginjil Spanyol, Pastor Argensola. Bersama pastor ini pula akhirnya ia meluluh lantakkan kebuasan sang Kapten Jenderal Nicolaus Speelman. Argensola mulanya adalah seorang pemimpin pasukan Spanyol. Jauh sebelum pertemuannya dengan Hoorn, ia adalah panglima yang ditakuti. Argensola telah terlibat dalam berbagai penaklukan jauh sebelum Hoorn datang ke Banda Neira.





Argensola dan pasukannya pernah menumpas kaum portugis di Dili. Dalam penumpasan itu ia telah menyelamatkan seorang gadis kecil, Pandhora. Gadis kecil itu kemudian menjelma menjadi pelacur, pedagang budak dan informasi.





Dibalik ketampanannya, Kapten Jenderal Nicolaus Speelman adalah pribadi kejam, buas, liar sekaligus licik. Dalam perjalannya ia membawa serta Cornelia. Perempuan ini menyimpan beban hidup tak berkesudahan. Beban itu baru tercampakkan ketika ia membunuh Nicolaus Speelman dengan tangganya sendiri.





Kisah ini berakhir bahagia saat Hoorn menikahi Cornelia sementara itu James Sinclair menikah dengan Pandhora.





***








Judul : Banda Neira


Penerbit : Taramedia, Jakarta, 2001
Novel.
Mayon Soetrisno - Personal Name
Cet. 2.
F SOE Ban
Indonesia
Book - Paperback
Taramedia
2001
508
LOADING LIST...
LOADING LIST...