Detail Cantuman Kembali

XML

Menyulut Lahan Kering Perlawanan


�Tong potong roti, roti campur mentega. Belanda sudah pergi, Soeharto gantinya.�





Penggalan mars aktivis mahasiswa yang biasa dilantunkan saat aksi demonstrasi kembali dinyanyikan dalam orasi di gedung Goethe Hauss Institute, Jakarta, Rabu (26/8) malam. Acara bertajuk �Ziarah Gerakan Mahasiswa (Aktivis Mahasiswa 70-an, 80-an, 90-an, 2000-an)� ini digelar untuk mengenang Andi Munajat, aktivis mahasiswa angkatan 90-an, yang juga menandai peluncuran buku Menyulut Lahan Kering Perlawanan, Gerakan Mahasiswa 1990-an: Tribute to Andi Munajat.





Para mantan aktivis mahasiswa berorasi dengan gaya khas, seperti ketika aksi pada �masa perjuangan� dulu. Berbagai atribut kampanye digunakan dalam acara ini, dari bendera Merah- Putih yang diikat di sepotong bambu panjang, ban mobil, sampai tameng polisi.





Orasi diisi perwakilan tiap-tiap angkatan. Mahasiswa angkatan 1970-an diwakili Hendardi, Direktur Setara Institute, yang mengingatkan pada peristiwa 27 Juli 1996 di kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mencatat sekitar 5 orang tewas dan 149 orang luka-luka, baik sipil maupun militer.





Kemudian orasi dari angkatan 1990-an diwakili Nezar Patra, mantan Sekretaris Jenderal Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang saat ini menjabat Ketua Aliansi Jurnalis Independen. Dia mengatakan betapa munafik rezim militer pada masa Orde Baru. Nezar juga menilai semangat aktivis mahasiswa angkatan 1990-an masih mempunyai kelemahan dan sampai pada persimpangan yang sangat serius. �Kubu gerakan moral masih cenderung menguasai,� katanya.





Nezar berharap angkatan 1990-an dan angkatan sebelumnya yang dulu gencar membela rakyat dari rezim yang memenjarakan rakyat kembali menata taktik untuk menyejahterakan rakyat. �Saya berharap dalam momen ini kita bisa kembali seperti dulu, berani ke jalan untuk membela suara rakyat,� katanya.





Andi Munajat


Sesuai dengan tema acara, peserta diajak �berziarah� mengenang jasa dan kerja keras Andi Munajat, aktivis mahasiswa di tahun 1990-an. Wilson, teman dekat dan teman seperjuangan Andi, mengatakan Andi organisatoris yang dapat menggalang gerakan massa di tengah pusaran rezim militer yang begitu akut. �Dia satu-satunya orang yang mau memberikan perspektif untuk melawan rezim yang ingin menghancurkan rakyat,� katanya.





Wilson berharap kepada angkatan sebelum 90-an, 90-an, dan setelah 90-an melanjutkan nilai-nilai dan komitmen Andi Munajat untuk membebaskan rakyat dan bukan sekadar untuk menciptakan demokrasi.





Perjuangan sahabat kita Andi Munajat di era tahun 1990-an memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan demokrasi di tanah air. Meskipun belum pernah bertemu langsung dan kenal AM, panggilan akrab, saya memahami Andi Munajat merupakan sosok idealis, pekerja keras, dan sangat berpengaruh bagi perubahan bangsa kita, bangsa Indonesia. Selain AM, masih banyak juga pejuang yang dihilangkan karena membela bangsa sendiri seperti Wiji Tukul dan 13 orang korban tragedi 1998, belum kembali. Memang banyak orang datang dan banyak orang pergi. Hidup seperti antrean panjang, menanti waktu berkalang tanah datang. Namun, mereka semua pasti akan menjadi teladan bagi generasi selanjutnya. �Selamat jalan para pejuang. Selamat jalan Andi Munajat.� (E6)





Foto: VHRmedia/Nina Suartika
320.9598 GUN Men
9786028493048
Indonesia
Book - Paperback
VHR Book
2009
LOADING LIST...
LOADING LIST...