Detail Cantuman Kembali

XML

Lelakon


Selalu ada siang-malam, terang-gelap, hitam-putih, tertawa-menangis, itulah yang dilihat, didengar dan dirasakan setiap saat.





Entahlah itu benar atau salah.








Ketika ada petang di antara siang dan malam.





Ketika ada remang di antara terang dan gelap.





Ketika ada abu-abu di antara hitam dan putih.





Ketika ada arti di antara tertawa dan menangis.








Apakah itu benar atau salah?








Entah!





Yang pasti, itulah lelakon.











Manusia adalah makhluk yang benar-benar buruk: saling mengkhianati, saling menipu, saling memperalat, semua untuk kepentingan diri sendiri, itulah manusia. Cinta dalam arti sebenarnya seolah tidak ada, karena yang ada adalah nafsu keduniawian, dan karena itu manusia tidak memerlukan martabat. Kalau manusia tidak mampu hidup bermewah-mewah, manusia memimpikan hidup bermewah-mewah, sebab hidup bermewah-mewah adalah tujuan utama hidup manusia, sementara penyesalan demi penyesalan pada akhir kisah lebih merupakan retorika daripada kata hati. Inilah gambaran manusia dalam Lelakon, sebuah novel yang dipenuhi oleh berbagai macam tokoh yang kadang-kadang terasa nyata tapi kadang-kadang pula terasa hanya ada dalam angan-angan, dengan alur yang tidak perlu diatur secara jelas. Tempo dalam novel ini bisa berjalan dengan cepat, bisa pula bergerak dengan lambat, dengan bahasa yang kadang diatur dengan rapi, dan kadang tidak diatur dengan rapi pula. (Budi Darma)
Lan Fang - Personal Name
F FAN Lel
9792232206
Indonesia
Book - Paperback
Gramedia
2007
269
LOADING LIST...
LOADING LIST...