Detail Cantuman Kembali
Sesiang Terakhir
Untungnya manusia bisa lupa, meski aku tidak sungguh-sungguh bisa melupakan wajah perempuan yang memperjakaiku itu. Meski aku juga tidak pernah berusaha kembali ke tempat itu. Malam itu tidak hanya tubuhku yang berubah tapi juga caraku memandang dunia. Aku bukan lagi anak laki-laki yang selalu ragu dan takut serta tinggal dalam tempurung. Pelan-pelan aku menghidupi duaniaku seperti yang aku mau. Aku memaksa sekelilingku untuk mengerti dan bukan sebaliknya. Aku berprinsip, selama aku tidak menyakiti dan tidak merugikan mereka, aku akan memilih jalanku. Sebelumnya, aku memang selalu merasa tidak beruntung. Ibuku yang janda, menunggu warung kecilnya siang malam supaya aku bisa kuliah. Bertemu perempuan itu membuatku merasa beruntung, dan aku bukan pemalu lagi.
Dalam jangka waktu yang tidak lama, aku mencapai kekuasaan dan kenikmatan yang bisa dicapai seorang mahasiswa idealis, Nilai tertinggi, ketua senat, ketua pecinta alam, dan redaktur majalah kampus. Tanpa harus merasa bersalah aku bisa ganti kencan dengan mahasiswi penggemarku tiga kali seminggu tanpa ada protes dari mereka ketika kutinggalkan. Tiap kali aku bertemu dengan gadis baru, aku berkata, aku hanya akan mengencanimu tiga kali saja, apapun yang terjadi, jangan berharap lebih dari itu. Merekapun berjanji tidak akan menuntut apapun jika kutinggalkan setelah tiga kali kencan. Mereka tentu saja menerima dengan berharap dapat membuatku jatuh cinta dengan tiga kali pertemuan. Mereka tidak tahu bahwa aku tidak bisa merasa lagi karena kenangan satu malamku dengan seorang pelacur.
Begitulah wajah-wajah perempuan cantik bahkan Nona Kotamadya 1997 lewat dihadapanku tanpa berusaha kuhentikan. Aku tidak pernah mencari mereka dan tidak seorangpun dari mereka yang berhasil membuatku berhenti. (Sesiang Terakhir hal 91)
Sesiang Terakhir
Adalah satu persimpangan, anak perempuan yang bernoda darah di seragamnya, ibu yang dianggap anjing, laki-laki pedagang perempuan yang mencari cinta, laki-laki penghisap rakyat dan laki-laki pendongeng.
Kali Birahi
Adalah lokalisasi tempat siang yang terakhir akan mengubah hidup masing-masing dari mereka
yang kasat mata, mungkin bukan kenyataan
lalu satu kata mungkin bisa membunuh
Gracia Asri - Personal Name
F ASR Ses
9789791923217
Indonesia
Book - Paperback
Indonesian
Pintal
2010
Yogyakarta
159
LOADING LIST...
LOADING LIST...






