Detail Cantuman Kembali
Keluarga Gerilya
Membaca Keluarga Gerilya seperti kita dapat membaca sebuah keindahan. Kita boleh membaca keindahan falsafah, keindahan prinsip, keindahan perjuangan, keindahan pusara dan kayu nisan, keindahan darah, keindahan cinta dan sejuta keindahan lainnya.
Overview
Pengarang muda ini dilahirkan di Blora tahun 1925. Ia masik tentara Republik Indonesia, sebagai wartawan-perang dalam dipisi siliwangi. Dalam tahun 1947 ia ditangkap oleh belanda, lalu ditawan sampai 1949. Dalam masa penutupanja inilah ia telah mengumpulkan bahan-bahan untuk buku-bukunja jang terpenting. Kesan-kesannja tentang penawanannja itu tertulis dengan hidup dan langsung dalam berbagai bukunja.
Pengarang jang berbakat ini adalah salah seorang dari penulis-penulis kita yang merasakan menulis itu sebagai gelorat jang mutlak dan jang tak dapat tidak harus dilakukan. Tak ada pendjara, politik atau ilmu pengetahuan jang dapat melarangnja menulis itu.
Tjetakan pertama dari buku “keluarga Gerilja” oleh pram.A.Toer mendapat sambutan sebagai berikaut.
…. Tetapi, sekalipun dengan kelemaham-kelemahan ini pramudya tinggal seorang penulis muda jang tilisanja petut dibatja……
(Siasat 8/10-50)
…. Ditjeritakan dengan mengharukan hati tapi menguatkan kejakinan dan tekad ….
(Mimbar Indonesia 4.11~`50).
…. Roman Indonesia jang baik……..
(Basis).
…. Dialog jang lantjar dan kadang-kadang menarik sekali…..
(Aliran Islam, Maret 1951).
Sepatak kata
Kejadia-kejadian disekitar revolusi nasional jang terserak-serak itu, denganbenang-perangkai dari chajal, inilah jang membuat djadinya tjerita “keluaga Gerilja” ini.
Berapa banjak djumlah jang hantjur oleh peperangan? Peperangan mana sadja, termasuk djuga peperangan jang diakibatkan oleh revolusi nasional? Dan beberapa ratusribu dan djuta orang mati, dan menjeret keluaganja kedalam kehantjuran dan penderitaan? Tak terhitung.
Dan kelurga Amilah dan keluarga samaan adalah sekelumit dari deritaan itu.
Fragmen-fragmen jang mendahului penerbitan buku ini , jakni ; fadjar merah *), Mentjari anak hilang ** ), dengan penerbitan buku ini mendapat beberapa perubahan.
Pengarang.
Pendjara Bukit Duri , X-1949.
AMILAH TUA dan ANAK-ANAKNJA
Orang-orang tak resmi—tak resmi diwaktu dan ditempat itu – menamai daerahnja: daerah merdeka. Dan Dan bukannya beralasan mereka menamainja demikian. Memang sejdjak pendaratan inggeri dan Nica tempat itu djadi salah stu garis pertahan dan perbentengan rakjat. Dan bukan salah mereka kalau dengan diam-diam mereka menamai daerahnja itu daerah merdeka.
Setelah inggeris menarik diri dari djawa, dan pasukan belanda menggantikanja, keadaan tempat itu belum lagi banjak berubah.
Perubahan jang sangat terasa mengedjut dan mendadak inilah dibualan-bualan sesudah lahirnja Uri- Uang Republik Indonesia, uang putih. Djatuhja uang Republik membawa jatuhnja garis perbentengan rakjat itu. Orang mulai kalangkabut—dan kemudian seorang jang dinamai daerah merdeka itu pasukan jang tak pernah Nampak disianghari terus djua dengan apa jang disebutnja perdjuangannja.
Dan ini berlaku terus, tiada peduli dengan adanja aksi militer jang pertama.
F TOE Kel
NONE
Book - Photocopy
Indonesian
Penerbit Pembangunan Djakarta
1955
Jakarta
LOADING LIST...
LOADING LIST...