Detail Cantuman Kembali
Beyond The Veil
PERBENTURAN peradaban, telah melahirkan institusi komunal masyarakat dunia. Standar ganda sering menjadi sistem hidup sebagai sintesa dari nuansa modernitas dan panggilan hati nurani. Sistem Islam pun ditempatkan sebagai isu-isu menarik oleh berbagai kepentingan. Tak ketinggalan, wacana feminisme menjadi rentan perdebatan dan pertentangan.
BAGI Fatimah Mernissi, seorang eminis asal Maroko, trend tersebut hadir sebagai keniscayaan. Menariknya, ia tampil ketika wacana feminisme yang menurutnya cenderung konservatif tradisional hampir mendapatkan legitimasi dari sebagian besar masyarakat dunia, yang di dalamnya notabene masyarakat Muslim. Akibatnya, ia sering menuai kepahitan dari pemikiran yang dilontarkannya.
DARI hasil penelitiannya, ia melihat bahwa pergolakan sosial, pengaturan tata ruang, bahkan pembatasan hetero seksual yang cenderung bernuansa mitologis bersumber dari lokalitas dan pemahaman yang parsial terhadap perangkat-perangkat hukum yang ada, dan hal itu, menurutnya, sebuah diskriminasi.
DALAM konteks feminisme, ia tidak mengkaji Islam dan wanita dari suatu titik pandang faktual, tetapi lebih berfungsi menggambarkan salah satu bagian kunci dan sistemnya yaitu Islam menggunakan ruang sebagai suatu perangkat bagi kontrol seksual. Sayangnya, menurutnya, sistem Islam telah diperankan sebagai tumbal sejarah yang sama sekali tercerabut dari akar esensinya.
306.70297 MER Bey
NONE
Book - Paperback
Indonesian
Alfikr
1997
LOADING LIST...
LOADING LIST...






