Detail Cantuman Kembali
Menolak Ayah
Ini bukan sebuah epos dari perjuangan di masa PRRI. Hanya kisah anak Batak yang melata hingga ke Jakarta. Tatkala seorang laki-laki mengabaikan istrinya, hanya meninggalkan penderitaan bagi perempuan, pantaskah dia menjadi seorang ayah? Ingatan pada ibu adalah sumber daya cinta. Perempuan adalah semesta kasih bagi Tondinihuta.
Prolog:
Dari lereng bukit lepaslah pandangan ke bawah. Permukaan danau bagai cermin biru memantulkan gumpalan kapas putih. Angin bertiup namun tidak menyentuh muka danau yang tenang. Semata-mata lukisan awan bergerak. Di pinggir danau jalan berkelok, dari kejauhan sayup terdengar alunan trompet klakson bus antardaerah yang menghubungkan Medan dengan pedalaman, ke Tapanuli sampai Sumatra Tengah. Tentulah bus Sibualbuali. Nada suara diantar angin yang merayap di perbukitan. Begitu melangut. Serasa jauh di masa lalu. Begitu berindu. Oh, dia ingin kembali ke dalam bus itu.
Rasa-rasanya, belum berapa lama lewat, dia masih bergelantungan dengan keterampilan seekor lutung. Dia kenek bus yang menjalani rute Medan–Bukittinggi. Harus cekatan naik melalui tangga di bagian belakang bus untuk menata barangbarang penumpang diatas atap. Manakala seluruh barang sudah ditata rapi dan tertutup terpal, dia turun menyusup lewat jendela masuk ke dalam bus. Di setiap kota, bus berhenti di kantor perwakilan perusahaan, dan dia kembali naik ke atap, mengambilkan barang-barang milik penumpang yang turun di perhentian itu. Tak kalah pentingnya, memeriksa keselamatan barang-barang pos. Di atap bus terdapat peti besar khusus untuk membawa kiriman pos antardaerah yang menggunakan jasa angkutan bus.
Ashadi Siregar - Personal Name
F SIR Men
9786024248642
NONE
Book - Paperback
Indonesian
KPG
2018
Jakarta
434 p
LOADING LIST...
LOADING LIST...