Detail Cantuman Kembali
Sang Jenderal
PELAN-PELAN Sang Aru menengok ke arah suaminya dan dengan suara tajam melontarkan kata-kata yang pada hari itu belum dikenal di Bontorihu namun selama seratus tahun kemudian tidak akan terlupakan, “Beginilah nasibku, terpaksa memerintah segerombolan monyet.”
Sang Aru, I Base, datang memerintah Bontorihu, negeri kecil di pegunungan, daerah taklukan Bone, karena dipilih oleh Dewan Adat untuk menggantikan penguasa sebelumnya yang berpulang tanpa turunan. Aru perempuan itu datang bersama suami dan anak balitanya. Kelak, pada masa pemerintahannya, ia melahirkan Mappa, anak keduanya yang menggantinya sebagai aru—tokoh utama novel ini.
Lewat ucapan kekesalan Sang Aru itu, H.J. Friedericy tidak sekadar ingin melukiskan simbolik corak hubungan bangsawan-penguasa dengan rakyat biasa. Lebih dari itu, ini adalah ilustrasi otentik suasana dekadensi Kerajaan Bone dan kerajaan pribumi lainnya dalam ancaman penetrasi kekuasaan kolonial.
Novel Sang Jenderal ini menjadi karya yang menjelma klasik, rujukan penting untuk memindai lebih dalam atmosfer historis porak porandanya kerajaan di Sulawesi Selatan selama masa kolonial abad ke-19 dan awal abad ke-20.
HJ Friedericy - Personal Name
F FRI San
9786239295547
NONE
Book - Paperback
Indonesian
Inninawa
2021
Makassar
175p
LOADING LIST...
LOADING LIST...