Rampokan: Java adalah satu komik sejarah mengenai Indonesia pasca kemerdekaan yang dibuat oleh seorang komikus Belanda, Peter van Dongen. Diterbitkan sebagai serial komik dalam sisipan PS di harian Het Parool sejak 14 Juli 1998 sampai 22 September 1998, komik ini ditulis dan digambar oleh Peter van Dongen antara Maret 1991 dan Agustus 1998. Bercerita mengenai Johan Knavel, anak Belanda totok yang lahir di Celebes (Sulawesi) dari bapa ibu totok, pegawai pemerintahan di Hindia. Setelah studinya di Belanda yang dilakukannya persis sebelum Perang Dunia II, ia kembali ke Indonesia di bulan Oktober 1946 bersama gelombang tentara sukarela dan wajib militer Belanda.
Seperti banyak keturunan Belanda yang lahir di Hindia, dia memiliki kerinduan yang dalam terhadap Hindia “tempo doeloe”, terhadap masa lalunya yang hilang. Seluruh keluarganya telah tiada: “Papa, ditorpedo dalam perjalanan ke Malaka. Mama dan si bayi, oleh tifus tahun ’28. Cuma Ninih yang aku tak tahu.” Ninih adalah babu pengasuhnya, satu-satunya sisa masa lalunya yang ia rindukan. Seperti banyak orang-orang Belanda yang kembali ke Indonesia saat itu, Knavel berusaha menemukan kembali masa mudanya, masa bahagianya di Hindia sebelumnya. Namun Indonesia telah berubah. Cerita mengenai upacara adu macan, Rampokan yang dia dengar dari Ninih, disandingkan dengan cerita petualangannya, bagaimana macan itu kini lepas tanpa tujuan…
Komik ini digambar dengan garis-garis yang lugas. Selain garis outline hitam, Peter hanya menggunakan warna sepia yang dengan efektif mengingatkan kita pada satu era yang telah berlalu. Latar belakang lingkungan sekelilingnya tergambar dengan jelas dan memberi informasi visual sejarah yang mengesankan tentang dunia Johan Knavel—Indonesia saat itu. Kota-kota ditampilkan dengan detil; kita melihat pecinan, palang toko (“Toko Ong”, “Obat Matjan”), penjaja makanan, situasi di pasar, hutan, kuburan, kasir kuno, pemotongan ayam yang evokatif. Tidak heran, penelitian sumber-sumber sejarah dan gambar untuk karya ini memakan waktu tiga tahun, sementara proses menggambarnya sendiri menyita empat tahun. Bagian kedua Rampokan paripurna ini, Celebes, rencananya juga akan diterbitkan dalam bahasa Indonesia.
Beberapa orang yang melihat komik ini umumnya langsung teringat pada komik terkenal Herge, Tintin. Memang, Peter van Dongen sendiri mengagumi Herge, tapi tampak pula kepiawaiannya mengkombinasikan gaya “garis bersih” (yang mungkin kerap disebut ligne claire) ini dengan penceritaan yang kompleks. Jika komik-komik Tintin diceritakan dengan linear, dan jarang ada close-up atau permainan sudut kamera serta narasi, Rampokan Jawa dengan dinamis menggabungkan dan memainkan forma pengambilan sudut pandang dan alur narasi, pikiran pencerita, dan sebagainya. Cerita paralel mengenai Rampokan dan larinya Sang Harimau, misalnya, digambarkan dengan monokrom tanpa warna, untuk membedakan dengan cerita Johan Knavel dengan warna sepia.
Komik ini diterbitkan dalam bentuk buku dalam bahasa Belanda di tahun 2004, dan diterbitkan di Indonesia di tahun 2005 oleh Penerbut Pustaka Primatama, bekerja sama dengan Komunitas Komik Alternatif dan didukung oleh Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta. Karya-karya Van Dongen juga dipamerkan di Erasmus Huis Jakarta bersamaan dengan peluncurannya. Sayang sekali saya tidak sempat datang saat itu. Komik ini kini sudah tidak terjual lagi, kami mendapatkannya karena kemurahan hati Beng Rahadian dari Akademi Samali. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih.
Oleh Peter van Dongen
Penerbit: Pustaka Primatama, 2005
No. Panggil: K DON Ram