Site icon C2O library & collabtive

Presentasi Subversi, Wellstain, dan Praoto

Foto di akhir acara, oleh Anitha Silvia

Surabaya, Sabtu, 3 Februari 2013. Acara presentasi pembahasan work in progress yang diadakan di c2o library & collabtive kali ini membahas pembuatan kompilasi musik Surabaya bertajuk Subversi 001 yang akan dibangun oleh kawan–kawan penggiat dan penikmat musik di Surabaya, dan kemudian diikuti dengan presentasi projek Wellstain Records dan Praoto webzine.

Pukul 19.00, acara dimulai dengan diskusi pembukaan oleh Andriew Budiman dan Kathleen Azali dari Ayorek, platform media Surabaya yang sedang dibangun atas dasar kurangnya informasi—entah informasi acara, informasi tempat, fenomena, komunitas—yang berkaitan dengan kota Surabaya. Tujuan dari Ayorek ini adalah agar berbagai fragmen pengetahuan mengenai Kota Surabaya semakin tersebarluaskan, dengan membangun jembatan untuk menjalin informasi seputar Surabaya. Harapannya, ini akan mendorong terjadinya perputaran dinamis, yaitu produksi, distribusi, dan memanfaatkan yang tercipta karena adanya partisipatori pengetahuan bersama.

Selain dalam bentuk online, Ayorek berencana untuk meluncurkan pula buku berjudul Subversi. Ide atas nama Subversi 001 berasal dari kata SUB yaitu singkatan dari Surabaya, versi adalah versi Surabaya, sementara subversi sendiri mengusung semangat amatir, semangat untuk mempertanyakan hal-hal normatif, semangat untuk mengangkat berbagai hal-hal kecil.

Jadi, selain website, Ayorek akan membuat versi fisik Subversi dalam bentuk buku dan CD musik kompilasi. Rencananya pada sekitar bulan April, website sudah dapat diakses. Sementara ada harapan juga bahwa kompilasi musik ini tidak akan terhenti di sini saja, tapi dapat menjadi projek berkala.

Untuk kompilasi musik Subversi pertama, Eri Rukmana dipilih sebagai kurator musik. Dari sisi musik dan artwork, Eri Rukmana menyatakan bahwa dirinya telah memilih beberapa band di Surabaya yang memiliki intensitas tinggi dalam bermusik yaitu Ska Banton, The Trafford, Porn Ikebana, Hi Mom, Mooikite, Pathetic Experience, Taman Nada, Fraud, Moskimos, Rainy Days, TerbujurKaku, dan DopestDope. Eri Rukmana menyatakan pula akan membuat line dari segi musik dan artwork ini lebih inovatif, sementara Yudhistra dari segi artwork akan membuat logo dan packaging dari CD kompilasi yang telah di rencanakan.

Sama seperti versi buku Subversi, kompilasi musik ini akan menggunakan lisensi dari Creative Commons, karena membuat distribusi lebih mudah, lebih jelas hak dan kewajibannya, legal, dan juga karena jaringan Creative Commons mencapai 27 negara.

Setelah presentasi Subversi ini selesai, kami mendengarkan dua presentasi lain.

Pertama, adalah Denish yang sedang mengusahakan pembuatan Wellstain Records. Tujuannya agar dapat meningkatkan kemajuan untuk band – band di Surabaya, baik secara sidestream nasional maupun secara internasional. Wellstain berharap dari adanya label ini, Surabaya kemudian memiliki acuan musik yang baik, dan pada nantinya memiliki wadah untuk menempatkan karya pemusik di Surabaya.

Kedua, Zaki dan Emirul Fahmi mempresentasikan projek yang juga sedang mereka siapkan, yakni sebuah webzine musik yang berjudul “PRAOTO”. Mengapa Praoto? “Praoto kan kalian sudah tau kalau itu Bahasa Jawa dari truk, arek-arek Bonek Suroboyo iku senengane nggandol praoto”, ujar Ninit Renita dengan geguyonan.

Nama Praoto diberikan untuk webzine musik ini  karena bagi mereka filosofi nama Praoto dalam Bahasa Jawa adalah truk, seakan semua musik akan diangkut ke dalam “Praoto” dan siap diarsipkan, lalu didistribusikan ke masyarakat luas. Fokus dari Praoto Webzine adalah aspirasi terhadap wadah untuk informasi musik di Surabaya. Zaki menjelaaskan, webzine akan di buat dalam format blog yaitu menggunakan wordpress karena dapat memudahkan akses by smartphone atau gadget mobile yang digunakan masyarakat umum. Content yang akan disajikan dalam Webzine Praoto adalah berupa news, artikel, review, dan galeri. Rencana untuk kedepan, setelah 2 bulan berjalannya webzine akan dibuat sebuah newsletter berbentuk print atau cetak untuk segi fisik.

Presentasi pun di tutup dengan berfoto bersama dengan pengunjung diskusi. Sebagai penutup, Anitha ‘Tinta’ Silvia memberitahukan bahwa Gigsplay Surabaya membutuhkan kontributor dikarenakan Gigsplay Surabaya kekurangan konten dan materi, lalu Press Release yang masih minim mengakibatkan Gigsplay Surabaya sedikit sulit berkembang. Diharapkan masyarakat Surabaya dapat berkontribusi untuk Gigsplay Surabaya agar kedepannya Gigsplay Surabaya dapat hidup kembali.

Catatan: Ada gagasan dari Andriew, bagaimana kalau versi kompilasi musik Subversi ini menjadi Subversound? :)

Exit mobile version