ARSIPELAGO: Kerja Arsip & Pengarsipan Seni Budaya di Indonesia
☞ Sabtu, 19 Juli 2014
pk. 17.30 WIB (buka bersama, tersedia takjil gratis) – selesai
C2O Library & Collabtive, Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264
(peta & panduan arah)
Pengantar Pembicara
Oei Hiem Hwie (Pengarsip, Survivor | Perpustakaan Medayu Agung, Surabaya)
Pembicara
– Diyah Larasati
Prof. Teori Kajian Budaya, Historiografi & Feminisme, Universitas Minnesota, USA
– RRI Surabaya
– Kathleen Azali
C2O Library & Collabtive, Surabaya
– Yoshi Fajar Kresno Murti
Penyunting Buku Arsipelago | IVAA Yogyakarta
※
Kerja arsip dan pengarsipan merupakan kerja politik: klaim, akses, dan pengetahuan. Dasar utamanya bukan pada produk budaya, tetapi pada proses-proses budaya yang berlangsung melalui tubuh dan ikatan yang kuat terhadap tanah. Arsip seni dan budaya sebagai sebuah proses dan kedudukannya sebagai “the presence” tak mungkin mewakili keotentikan, “kebenaran”, maupun tafsiran realitas. Strategi budaya diperlukan di dalam kerja arsip dan pengarsipan sebagai bagian dari siasat, strategi, resistensi, dan resiliensi individu, komunitas, dan (ke)warga(an) di tengah hegemoni lembaga (formal) negara dan penetrasi pasar yang menindas.
※
Persaingan klaim dan akses pada warisan budaya dan tradisi kini marak diwacanakan. Akses dan klaim memiliki posisi strategis dalam menentukan kontrol politik, sosial budaya, pengetahuan, dan nilai ekonomi sebuah lokalitas dan identitas negara-bangsa. Namun pada praktiknya, kita menemui kenyataan: bahwa sebagai negarabangsa yang baru, kita belum bisa menciptakan dokumentasi, cara pendokumentasian, maupun cara membangun tempat dokumentasi seni budaya bangsa yang berangkat dari konteks realitas sehari-hari masyarakatnya dan mempunyai visi ke masa depan.
Di tengah kegagalan lembaga formal negara, dalam praktik sehari-hari, muncul berbagai pengelolaan, penggunaan, dan cara melihat masa lalu yang dikerjakan oleh inisiatif individu, komunitas, maupun lembaga non-Pemerintah, melalui kerja “pengarsipan” di dalam tubuh masyarakat. Berbagai inisiatif ini tumbuh secara beragam, sporadis. Keragaman dalam cara melihat masa lalu menghadirkan makna, ekspresi, bahasa, dan media yang beragam pula dalam kerja arsip dan pengarsipan di dalam gerak masyarakat, serta di tengah lansekap globalisasi. Buku ini hadir ingin membicarakan seni budaya dari posisi kerja arsip dan pengarsipan yang berangkat dari kerja individu, komunitas, maupun (ke)warga(an).
Kerangka buku ini terdiri dari tiga kamar kerja dan sebuah penutup yang berupa refleksi teoretis mengenai kerja arsip dan pengarsipan:
Kamar kerja I: Kerangka Keindonesian
- Praktik kliping dan Daya Budi Kultural”. Oleh Muhidin M.Dahlan
- Mengingat Tubuh: Tubuh Tari sebagai Arsip”. Oleh Helly Minarti
- Arsiptektur Musik Seni Indonesia Masa Kini (Ideologi dan Kritik)’. Erie Stiawan
- Pak Misbach:Sang Arsip”. Oleh Hafiz Rancajale
Kamar kerja II: Menghidupkan Ingatan (Kolektif)
- “Menghidupkan Arsip, Menciptakan Wacana: Petingnya Arsip untuk Gerakan Sosial”, oleh Anna Mariana.
- ” Poster Aksi Tolak Reklamasi di Telu Benoa, dan Merebut Masa Depan Bali” oleh Gde Putra
- “Pengarsipan dan sejarah (Personal): Medayu Agung dan Oei Hiem Hwie”. Oleh Kathleen Azali
Kamar kerja III: Praktik Pembacaan
- “Arsip Bergerak: Mengarsipkan Seni Tradisi, Mengolah Interaksi’ Oleh Joned Suryatmoko
- ”Membuka Katalog, Mengungkapkan Ideologi”. Oleh Galatia Puspa Sani
- Membaca Kota Reportase Singkat Kerja Arsip Dan Pengarsipan Seni dan Budaya Oleh Tim IVAA
Penutup
- Meneorikan Arsip Karya Tubuh, Dekolonisasi Berpikir, Taktik Oleh Rachmi Diyah Larasati
Diterbitkan 2014 oleh Indonesian Visual Art Archive, bekerjasama dengan Ford Foundation dan Komunitas Bambu. Selain di Surabaya, peluncuran dan bedah buku ini dilakukan juga di Yogyakarta. Simak info selengkapnya, atau hubungi Mia Hera (mia@ivaa-online.org | 085743308074).
INFO
info@c2o-library.net
Twitter @c2o_library
HP/WhatsApp: +62 816 1522 1216
BB Pin: 7581F299