Detail Cantuman
Advanced Search
Magazine
Bhinneka edisi khusus
Dari Pemimpin Redaksi, Soe Tjen Marching
Awal Maret, di sebuah warung durian di Medan, saya duduk di bangku bersama beberapa aktivis dari organisasi Rumah Kita.
ILGA sudah disebut oleh mereka dengan antusias. Dini Usman (pendiri organisasi ini) begitu bersemangat mendorong beberapa anggotanya untuk berangkat ke Surabaya. Jay dan Gerald yang telah dicalonkan untuk hadir. Masalahnya, hanya Gerald yang mendapat bea siswa penuh, sedangkan Jay mendapat bea siswa sebagian. Kemungkinan besar, Jay harus bersedia mengeluarkan dana dari kocek sendiri yang sudah cukup tipis, guna bertemu dengan para aktivis LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender/Transeksual) dari berbagai penjuru dunia. Dini Usman, pendiri Rumah Kita, juga ikut duduk memikirkan bagaimana kedua orang ini dapat berangkat. Mereka mengatur berbagai strategi. Saya mengundang Jay dan Gerald untuk tinggal di rumah saya, supaya dana untuk akomodasi bisa utuh dan digunakan untuk keperluan mereka berdua. Dan saya juga berjanji akan membantu mereka sebisanya karena saya tahu ini adalah kesempatan yang begitu langka bagi mereka.
Saya berada di ILGA yang dimulai tanggal 26 Maret karena Dede Oetomo meminta saya untuk membantu sebagai sukarelawan, sekaligus saya ingin bertemu dengan sahabat dari Jakarta, Hendri Yulius. Jay dan Gerald akhirnya bisa hadir dengan bantuan dari panitia.
Tapi, kesempatan yang amat dinanti ini, ternyata berubah menjadi teror. Para peserta dan panitia ILGA menjadi bulan-bulanan oleh kelompok fundamentalis. Bahkan, panitia sempat ditipu oleh pihak kepolisian, yang diharap bisa memberi perlindungan, ditambah lagi pemberitaan di beberapa media massa amat tidak berpihak terhadap ILGA.
Karena itu, saya dan Hendri Yulius mengumpulkan tulisan-tulisan dari teman-teman yang telah merasa terintimidasi dan bahkan terteror oleh peristiwa ini, dan juga dari beberapa akademik yang bersimpati kepada kami. Sebagian dari mereka yang mengirim naskah bukanlah penulis profesional atau malah jarang sekali menulis. Tapi, kami memutuskan untuk menerbitkan semua tulisan yang masuk karena majalah Bhinneka edisi khusus ini berniat untuk menyediakan ruang bagi mereka-mereka yang telah terbungkam suaranya.
Memang, ada rasa amarah dari kebanyakan tulisan ini, karena perlakuan yang dirasa tidak adil. Namun, mungkin satu hal yang perlu kita ingat juga: Bila kemarahan kita bisa timbul dari perlakuan yang tidak adil, mungkin rasa amarah mereka ditimbulkan oleh hal serupa. Karena itu, balas dendam bukan solusi, dan memang, bukan hal ini yang menjadi sasaran. Karena kedamaian dan penerimaan adalah apa yang diharapkan oleh kebanyakan Lesbian Gay Biseksual dan Transeksual ini. Tidak lebih.
-----------------
Majalah kritis nir-laba yang membahas topik tertentu berkaitan dengan keragaman dan hal-hal yang seringkali dianggap baku seperti agama dan tradisi. Terbit dwibulanan sejak Maret 2009 dengan oplah 5.000 dan bisa didapatkan gratis di 19 kota di Indonesia. Jika Anda berminat untuk menjadi pick-up point atau berlangganan Majalah Bhinneka, hubungi kami di: majalahbhinneka@yahoo.com
Ketersediaan
| 4306 | C2O library & collabtive (Anthropology) | Tersedia |
Informasi Detil
| Judul Seri |
-
|
|---|---|
| No. Panggil |
M 300 Bhi 2010 ILG
|
| Penerbit | Gaya Nusantara : ., 2010 |
| Deskripsi Fisik |
50
|
| Bahasa | |
| ISBN/ISSN |
-
|
| Klasifikasi |
Indonesia
|
| Tipe Isi |
-
|
| Tipe Media |
-
|
|---|---|
| Tipe Pembawa |
-
|
| Edisi |
-
|
| Subyek |
-
|
| Info Detil Spesifik |
-
|
| Pernyataan Tanggungjawab |
Lembaga Bhinneka berupaya mengembangkan studi dan riset mendalam tentang keberagaman dalam tataran akademis sekaligus menjembataninya ke dalam ranah publik dan praktis. Lembaga Bhinneka tidak berafili
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain






