Salah satu kisah fenomenal tentang kredit mikro adalah Grameen Bank di Bangladesh yang dimotori Muhammad Yunus. Di tengah kesulitan masyarakat mendapatkan akses keuangan karena tidak bankable, Yunus berinisiatif memfasilitasi kredit mikro untuk rakyat miskin tanpa agunan dan menggunakan sistem tanggung renteng. Di negara itu, gagasan Yunus terbukti mampu meningkatkan kondisi ekonomi rumah tangga miskin dan membuka lapangan kerja baru.
Di Indonesia, prinsip yang serupa dengan ide Muhammad Yunus dijalankan melalui program Kredit Usaha Rakyat atau KUR. Bagaimana dampak KUR terhadap perekonomian baik pada level makro
maupun mikro? Apakah program KUR berhasil memberi manfaat yang nyata dalam mengurangi kemiskinan dan memberdayakan masyarakat? Nusron Wahid menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam buku ini.

Financial inclusion sangat penting karena Indonesia membutuhkan bauran kebijakan yang mendorong nilai tambah dengan melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan pihak luar negeri. Banyak ide menarik dalam buku ini.
Chairul Tanjung, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Buku ini menerangkan kepada kita pencapaian financial inclusion melalui KUR. Indonesia sebagai negara berkembang dan punya UMKM yang tumbuh pesat perlu dorongan melalui penguatan regulasi. Inilah buku yang inspiratif dan kreatif dalam membahas financial inclusion.
Sofyan Basyir, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia.

Modal merupakan faktor penting bagi pengusaha UMKM dalam merintis
dan mengembangkan usaha. Namun, ketiadaan agunan menjadi
faktor utama sulitnya UMKM mengakses kredit. Buku ini memberi
perspektif baru bagaimana skema penjaminan mampu membuka
akses keuangan.
Diding S. Anwar, Direktur Utama Perum Jamkrindo

Financial inclusion bertujuan menyejahterakan umat. Buku ini bisa menjadi gambaran betapa penting akses keuangan untuk masyarakat kecil sehingga terbangun ekonomi umat yang kuat serta terwujud budaya ta’awun dalam kebaikan dan ketakwaan di bidang sosial-ekonomi.
KH. Mahmud Ali Zain, Dewan Pembina BMT Sidogiri