Berikut adalah beberapa acara C2O yang akan datang. Klik masing-masing gambar untuk informasi lebih lanjut.
Presentasi terbuka
Connect with Known, Unknown, and Others
bersama We Are Offline
☞ Rabu, 27 Mei 2015, 18.30 – 21.00
C2O library & collabtive, Jl. Dr. Cipto 20, Surabaya
Presentasi terbuka ini membicarakan tentang praktik fotografi popular saat ini seperti fotografi, media sosial dan interaksi sosial yang terangkap dalam media instagram. Presentasi ini merupakan rangkain dari hasil presentasi akhir berupa pameran yang sudah dibuka di Ruang MES56 dengan judul “Connect with known, unknown and others”. Dalam presentasi terbuka ini juga akan membicarakan tentang bagaimana masing-masing orang yang tidak pernah terhubung menjadi terhubung dengan adanya proyek ini dalam satu tema pembicaraan yaitu instagram.
Unduh (download) katalog presentasi di sini.
※
Pemutaran Film & Diskusi
Gerakan (Kaum Muda & Mahasiswa): Antara ’98 & Sekarang
Pemantik diskusi: Dédé Oetomo
☞ Sabtu, 30 Mei 2015, pk. 18.30 – 20.30
C2O library & collabtive, Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya
Gratis & terbuka untuk umum
Mei 1998: Orde Baru jatuh. Gerakan kaum muda dan mahasiswa saat itu tampak berperan besar dalam menggulingkan rezim.
Mei 2015: 17 tahun telah berlalu—lebih dari separuh periode rezim Orde Baru. Meski ada banyak perubahan, berbagai permasalahan seperti korupsi, peningkatan tajam harga, kesenjangan ekonomi, kekerasan, dan sebagainya, terus terjadi.
Makin sering didengar dua ungkapan. (1) “Piye kabare, enak jamanku to?” meratapi kehidupan jaman dulu yang konon enak, apa-apa murah. Sementara (2) “Dulu musuhnya jelas, sekarang tidak” meratapi ketiadaan musuh besar (yang konon lebih mudah dilawan), untuk menjelaskan kelangkaan atau punahnya idealisme gerakan, terutama yang digawang kaum muda.
Disadari ataupun tidak, pengungkapan masa lampau semacam itu mengungkapkan kerinduan pada masa lalu. Ratapan untuk hidup yang lebih enak, musuh yang lebih jelas, dan idealisme kaum muda yang serba hebat.
Dalam acara ini, kita akan menonton film dokumenter Student Movement ’98 (40 menit, oleh Tino Saroenggalo). Untuk kemudian menggali dan mempertanyakan sejarah: Apa iya masa lalu seenak dan sejelas itu? Apa iya gerakan (muda ataupun tua) tidak lagi seidealis dulu? Atau kita yang luput mempelajari sejarah dan membaca posisi karena terlalu asyik meromantisasi masa lampau, melihat gerakan secara hitam putih, dan terkungkung dalam generasi maupun kelompok minat masing-masing?
