Nobar Soundtrack to a Coup d’Etat

Jumat, 11 Juli 2025, pk. 16.30 – 19.00
Johan Grimonperez | Belgia | 2024 | 150 menit
Donasi sukarela / pay as you wish

Soundtrack to Coup d’Etat mengajak kita untuk menelusuri kembali “Perang Dingin” (yang sebetulnya cukup “panas”, penuh darah dan perjuangan bersenjata di berbagai negara Ketiga) di tahun 1950-1960an. Khususnya bagaimana Amerika dan berbagai negara Barat, termasuk institusi global seperti PBB, menghalalkan berbagai cara untuk menghalangi, membungkam dan menghancurkan perjuangan kemerdekaan — serta berbagai gerakan solidaritas dan perjuangan kemerdekaan negara Ketiga, terutama di Kongo.

Mulai dari penjajahan brutal Belgia, upaya melenyapkan (mulai dari meracuni hingga meledakkan) berbagai pimpinan dunia mulai dari Zhou Enlai hingga Fidel Castro, pembunuhan Lumumba, pembungkaman Andrée Blouin (penasihat dan penulis pidato Lumumba, aktivis hak perempuan yang dituduh sebagai “mullato Prancis dengan tendensi komunis”), hingga manipulasi pengaruh kebudayaan, seni dan galeri (seperti hubungan intim CIA dan MoMA) maupun musik jazz dan musisi keturunan Afrika, serta berbagai perlawanan mereka. Sebut saja Louis Armstrong, Dizzy Gillespie, Miriam Makeba, Nina Simone, serta Abbey Lincoln dan Max Roach yang menggeruduk sidang Dewan Keamanan PBB untuk memprotes pembunuhan Lumumba.

Disutradarai oleh Johan Grimonperez, sutardara Belgia yang meminta pertanggungjawaban negaranya sendiri atas peran brutal Belgia, film ini memaparkan pergulatan ekonomi dan kekuasaan global, upaya keji imperialisme negara-negara Barat untuk meperbudak, menguasai sumber-sumber kekayaan dan mineral berharga di negara Ketiga, khususnya di Kongo — yang hingga kini diperebutkan sebagai bahan utama perangkat & gawai, mobil elektronik, dan tentunya, bom atom dan nuklir, demi keuntungan segelintir.

Film ini diputar di C2O sebagai bagian dari rangkaian kegiatan untuk membangun ruang diskusi, perangkat pemikiran dan pemahaman mengenai perjuangan pembebasan dan dekolonisasi. Silakan simak kegiatan-kegiatan sebelumnya, seperti klab baca yang sudah membahas gerakan perempuan & feminisme, Rukiah, kerja & pekerja (bekerjasama dengan Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (SINDIKASI) Jawa Timur), pemutaran film Turang dan Hannah Arendt: Banalitas Kejahatan. Karena mempelajari sejarah memberi kita cara untuk memahami masa kini dan menjalin kerja sama melewati kebuntuan dan kebuntungannya.



Comments

Leave a Reply