ArtHouse Cinema
Wir sind jung. Wir sind stark (Kita Muda. Kita Kuat)
Sutradara: Burhan Qurbani, berwarna dan hitam-putih, 128 menit, 2103/2014
☞ Rabu, 15 Februari 2017, 19.00 WIB
Wisma Jerman – Ruang Halle
Jl. Taman AIS Nasution 15, Surabaya
Satu film yang sangat relevan dengan kondisi sekarang. Jangan lewatkan. Gratis dan terbuka untuk umum, silakan langsung datang. Film berbahasa Jerman dengan teks Inggris.
Pada bulan Agustus 1992, tiga tahun setelah jatuhnya Tembok Berlin, kerusuhan anti-imigran berlangsung di kota Rostock di Jerman Timur. Target serangan adalah tempat penampungan pengungsi di pinggiran kota. Setelah tiga hari kerusuhan, amuk, dan kekerasan, krisis meningkat dengan klimaks dalam apa yang disebut “Malam Api” ketika 3000 perusuh, neo-Nazi dan para penonton sekitar membakar penampungan yang berisi 150 pengungsi Vietnam di dalamnya.
Film ini menceritakan peristiwa berdasarkan kenyataan tersebut. 24 jam, satu hari dalam kehidupan tiga karakter yang sangat berbeda: Lien, seorang wanita Vietnam, yang berjuang untuk hidupnya di akhir hari. Stefan dan teman-temannya, bagian dari gejolak kekerasan malam itu. Dan ayah Stefan, Martin, seorang politisi lokal yang ambisius, terjebak dalam dilema: apakah ia memajukan karirnya dan diam selama kerusuhan, atau apakah ia berdiri untuk cita-cita idealnya dan mengambil tanggung jawab?
In August of 1992, three years after the fall of the Berlin Wall, anti-immigrant riots are taking place in the East-German city of Rostock. Target of the attacks is a refugee shelter in the outskirts of the city. After three days of riots, rampage and violence the events escalate and climax in the so called “Night of the Fire” when 3000 rioters, neo-Nazis and bystanders set fire to the shelter with 150 Vietnamese refugees inside.
The film recounts these true events. 24 hours, one day in the life of three very different characters: Lien, a Vietnamese woman, who is fighting for her life at the end of the day. Stefan and his friends, part of the night’s violent turmoil. And Stefan’s father Martin is an ambitious local politician, trapped in a dilemma: does he advance his career and keep silent over the riots or does he stand up for his ideals and take responsibility?