Naga yang Berjalan di Atas Air

Senin, 22 Oktober 2012
18:00 – 21:00
C2O Library & Collabtive
Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264

Bersama:

– Otty Widasari (Sutradara Film Naga Yang Berjalan Diatas Air, Seniman & Jurnalis/Pimred akumassa Forlen)
– Renal Rinoza Kasturi (Periset Media & Penulis/ Salah satu pendiri Komunitas Djuanda)
– Aditya Adinegoro (Jurnalis Media Cetak/Program Kinetik

Naga Yang Berjalan Di Atas Air adalah sebuah filem dokumenter panjang yang diproduksi oleh Forum Lenteng bekerjasama dengan Komunitas Djuanda, Tangerang Selatan, dalam program Monitoring – Upgrading, akumassa. Film ini diproduksi sebagai bagian dari proses perekaman kronik sejarah sosio-kultural yang ada di Kota Tangerang Selatan.

Film ini bercerita tentang kisah seorang penjaga klenteng yang bernama Kang Sui Liong di mana ia hidup selama puluhan tahun di daerah Babakan Pocis, Tangerang Selatan bersama anak istri dan orang-orang sekitarnya. Setiap harinya ia bertemu dengan berbagai macam kalangan baik jemaah klenteng maupun orang-orang yang ingin bersilaturahmi.

Film ini berusaha untuk menyampaikan informasi dan sebagai sarana untuk menyembatani kesepahaman bersama akan nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Perpaduan sistem religi dan budaya mendapatkan corak akulturatif dan kaya akan ornamentasi. Perpaduan inilah yang menghidupi klenteng dengan latar kultural berdasarkan perpaduan ketiga unsur yakni Betawi, Sunda dan Tionghoa yang lebur secara bersamaan dalam penggalan waktu.

Trailer:
http://vimeo.com/39418079

Info film:
www.naga.akumassa.org
facebook.com/nagayangberjalandiatasair
Twitter: @nagadaritangsel

Info pemutaran di Surabaya: 08563307152 (remy)

Acara ini terselenggara atas kerjasama Forum Lenteng, Komunitas Djuanda, Kinetik dan C2O Library & Collabtive.

Design the New Business

Pemutaran publik perdana di Indonesia
Design the New Business
Selasa 16 Oktober 2012, 18:00
ORE Premium Store
Jl. Untung Suropati 83 Surabaya

Bagaimana desainer dan pengusaha bekerja bersama untuk memecahkan masalah-masalah hari ini? Setiap hari dunia terasa makin kompleks, dengan isu-isu yang makin menantang, yang membentuk ekosistem di mana usaha berjalan. Cara-cara tradisional melakukan usaha kini tidak lagi bisa diterapkan mentah-mentah. Perusahaan-perusahaan sukses perlu menerapkan cara-cara baru untuk menganalisis masalah dan merubah tantangan menjadi kesempatan.

———- ENGLISH VERSION ———–
1st public screening in Indonesia
Design the New Business
Language: English, with Indonesian subtitles
Tuesday, October 16, 2012, 6pm
ORE Premium Store
Jl. Untung Suropati 83 Surabaya

The world seems to be getting more complex…more challenging. The issues are daunting. Together they form an ever more complex ecosystem in which businesses operate. Traditional ways of doing business simply don’t work anymore. Successful companies have instead implemented new ways of thinking…in order to analyze problems and turn challenges into opportunities. Design the New Business is a film dedicated to investigating how designers and businesspeople are working together in new ways to solve the wicked problems facing business today.

Made by: Erik van Bergen, Esra Gokgoz, Gunjan Singh, Juan David Martin, Marta Ferreira de Sá, Miguel Melgarejo
Time: 38m
Language: English, with Indonesian subtitles

Screened in collaboration with ORE, Other Rag Enterprise, a store that are about educating, outspeaking local’s timid demeanor, and giving a lot of smiles and poises presenting brand we love! The thought of creating ORE Store popped out after a quite long time meeting juggernauts of great friends, artists, and designers at gigs, parties, galleries, and friend’s houses. And having a great chances to travel overseas and see such staggering diversity in youth cultures and opportunities doesn’t make us leave our roots, but more like being encouraged to rotate our household to enthuse the locals and support the myriad aptitude towards fashion and art!

Pertemuan Musik Surabaya: Pianomania

PERTEMUAN MUSIK SURABAYA
Sabtu, 13 Oktober 2012
18:00 – 21:00
C2O Library & Collabtive

Bersama:
Slamet Abdul Sjukur

Pianomania bercerita tentang pekerjaan Stefan, seorang ahli menala piano di perusahaan piano Steinway…

Di Indonesia, orang meremehkan pekerjaan tersebut. Umumnya orang berfikir, “Pokoknya, asal bunyinya tidak fales.” Tapi bagi pemusik sejati yang pendengarannya terlatih, bunyi itu bukan sekedar soal tinggi rendahnya saja, melainkan seluruh kualitasnya yang teramat sangat rumit tapi rinci.

Penala piano, keahliannya sama pentingnya dengan yang dituntut pada dokter ahli bedah. Sangat menentukan nasib yang ditangani.

Diskusi yang akan memperkaya wawasan kita akan dimulai setelah penayangan tersebut.

Acara non-profit ini terbuka buat siapa saja. Hanya memungut Rp.25.000,- untuk penyelenggaraannya.

INFO:
Gema Email: swaratyagita@gmail.com
http://pertemuanmusiksurabaya.blogspot.com/

Invitation

Peluncuran & diskusi film “Invitation” di Surabaya
Sabtu, 18 Februari 2012, pk. 18.00

bersama filmmaker, Affan Hakim

2012 | Indonesia | Romance/Drama | 30 menit | Bhs Indonesia | English Subtitles
Produksi Kata Pictures (www.katapictures.com)

Metha berusaha meyakinkan sahabatnya Alya, untuk membuat janji bertemu dengan Erga. Seorang pria yang pernah ditaksirnya dulu semasa kuliah. Metha berpendapat, bahwa Alya harus menyampaikan perasaannya, jikapun tidak terjadi apa-apa, ya sudah. Erga akan menikah, setidaknya itu yang tertulis di undangan pernikahan Erga yang disampaikan Metha kepada Alya. Setelah perdebatan Alya dan Metha yang melibatkan feminisme, gendersentris, dan berbagai hal lainnya, Alya dengan hati-hati dan penuh keraguan membuat janji bertemu Erga. Erga datang, namun mereka berdua kemudian dihadapkan pada sebuah situasi yang canggung dan kaku. Apalagi obrolan mereka selanjutnya, ternyata membahas sesuatu yang jauh melenceng dari apa yang sebenarnya mereka rencanakan.

Pemutaran film

Bulan ini kami mendapat kesempatan untuk merayakan Afternoon Talk: Love Letter to Java Tour (19 Februari), dan memutar film pendek ‘Invitation’ (18 Februari) karya Affan Hakim, salah satu filmmaker muda Surabaya. Untuk meramaikan, kami memutar berbagai film lainnya dengan tema senada. Jadwal lengkapnya, di bawah.

Info lebih lanjut, hubungi: info@c2o-library.net

—————
Atonement
Sutradara: Joe Wright. Diadaptasi dari novel Ian McEwan (novel tersedia di rak fiksi C2O)
2007 | UK | 123m | English with English subs

Sabtu, 4 Februari 2012, pk. 18.00

1935. Briony Tallis, seorang gadis 13 tahun bercita-cita menjadi penulis. Ketika Robbie Turner, putra dari pembantu rumah tangga Tallis menaruh hati pada kakaknya, Cecilia, dan Briony melihat keduanya bercinta, Briony kemudian menuduh Robbie suatu tindakan kriminal yang tidak dilakukan Robbie. Cecilia dan Robbie saling mencintai satu sama lain, tapi tuduhan palsu Briony mengubah nasib dan kehidupan ketiganya, selamanya.

——————-
Midnight in Paris
Sutradara: Woody Allen
2011 | USA | 94 m | Warna | Inggris, teks Inggris

Minggu, 5 Februari 2012, 18.00

Bercerita mengenai pengalaman sekelompok turis Amerika yang terpesona dengan Paris. GIll Pender, seorang screenwriter yang sukses tapi tidak puas dengan kehidupannya, dan sangat menggilai Paris di tahun 1930an. Dia bercita-cita menjadi penulis “sesungguhnya”, dan melalui time travel yang ajaib setiap malam, di mana dia dibawa ke Paris di tahun 1930an, dan bertemu dengan berbagai idolanya, dia terpaksa menghadapi kenyataan mengenai ketidakcocokannya dengan tunangannya dan tujuan hidup mereka yang berbeda.

——————-
Happy Together
Sutradara: Wong Kar-Wai
1997 | Hong Kong | 96 menit | Cantonese, English subs

Sabtu,11 Februari 2012, 18.00

Yiu-Fai dan Po-Wing tiba berlibur ke Argentina dari Hong Kong, tapi di sana hubungan mereka malah merenggang. Yiu-Fai bekerja di sebuah bar tango untuk mendapatkan uang kembali pulang. Ketika Po-Wing muncul kembali dalam kondisi penuh luka, Yiu-Fai merasa kasihan, tapi tidak mampu lagi membina hubungan yang lebih intim, mengingat Po-Wing sendiri tidak siap untuk komitmen jangka panjang. Yiu-Fai kemudian bekerja di rumah makan Cina dan bertemu dengan Chang dari Taiwan.

——————
Invitation
Peluncuran & diskusi film “Invitation” di Surabaya
Sabtu, 18 Februari 2012, pk. 18.00
Terbuka untuk umum. Donasi untuk mendukung kelanjutan program ini.

bersama filmmaker, Affan Hakim

2012 | Indonesia | Romance/Drama | 30 menit | Bhs Indonesia | English Subtitles
Produksi Kata Pictures (www.katapictures.com)

Metha berusaha meyakinkan sahabatnya Alya, untuk membuat janji bertemu dengan Erga. Seorang pria yang pernah ditaksirnya dulu semasa kuliah. Metha berpendapat, bahwa Alya harus menyampaikan perasaannya, jikapun tidak terjadi apa-apa, ya sudah. Erga akan menikah, setidaknya itu yang tertulis di undangan pernikahan Erga yang disampaikan Metha kepada Alya. Setelah perdebatan Alya dan Metha yang melibatkan feminisme, gendersentris, dan berbagai hal lainnya, Alya dengan hati-hati dan penuh keraguan membuat janji bertemu Erga. Erga datang, namun mereka berdua kemudian dihadapkan pada sebuah situasi yang canggung dan kaku. Apalagi obrolan mereka selanjutnya, ternyata membahas sesuatu yang jauh melenceng dari apa yang sebenarnya mereka rencanakan.

—————–

Melancholia
Sutradara: Lars von Trier
2011 | Denmark / France | 130m | English with English subs

Sabtu, 25 Februari 2012, pk. 18.00

Dalam film indah mengenai kiamatnya dunia ii, Justine dan Michael sedang merayakan pernikahan mereka di rumah saudara perempuan mereka, Claire, dan suaminya, John. Meskipun Claire berusaha sekuat mungkin, pernikahan tersebut berlangsung kacau, dengan ketegangan keluarga dan relationship. Sementara sebuah planet bernama Melancholia sedang meluncur menabrak bumi…

—————–

L’enfant
Sutradara: Jean-Pierre & Luc Dardenne
2005 | Belgium | 91m | Warna | Prancis, English subs

Minggu, 26 Februari 2012, 18.00

Bruno, 20 tahun dan Sonia, 18, bertahan hidup dengan tunjangan negara dan kriminal-kriminal kecil. Bruno kemudian menjual bayi mereka ke pasar gelap untuk mendapatkan uang tunai. Sonia yang shock membuatnya berusaha memperbaiki kesalahannya dan membeli kembali bayinya, tapi penolakan Sonia, serta hutang-hutang dan keputusasaannya membawanya ke terali penjara…

Bioskop Desain: Michael Bierut on Creative Morning

BIOSKOP DESAIN
“Michael Bierut on Creative Morning”

Screening & Discussion
(nonton film dan diskusi bareng-bareng)
Januari 20, 2012
6 PM @ C2O Library
Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya

Michael Bierut studied graphic design at the University of Cincinnati’s College of Design, Architecture, Art and Planning. Prior to joining Pentagram in 1990 as a partner in the firm’s New York office, he worked for ten years at Vignelli Associates, ultimately as vice president of graphic design. His clients at Pentagram have included The Council of Fashion Designers of America, Harley-Davidson, The Minnesota Children’s Museum, The Walt Disney Company, Mohawk Paper Mills, Motorola, Princeton University, the Brooklyn Academy of Music, and the New York Jets.

Bierut’s work is represented in the permanent collections of the Museum of Modern Art and the Metropolitan Museum of Art in New York, and the Musee des Arts Decoratifs, Montreal. He has served as president of the New York Chapter of the American Institute of Graphic Arts (AIGA) from 1988 to 1990 and is president emeritus of AIGA National. Michael was elected to the Alliance Graphique Internationale in 1989, and was elected to the Art Directors Club Hall of Fame in 2003. Michael is a Senior Critic in Graphic Design at the Yale School of Art. He writes frequently about design and the co-editor of the four-volume series Looking Closer: Critical Writings on Graphicpublished by Allworth Press. In 1998 he co-edited and designed the monograph Tibor Kalman: Perverse Optimist. His commentaries about graphic design in everyday life can be heard nationally on the Public Radio International program “Studio 360.”

Rumah Leluhur NagaRumah Leluhur Naga

Menjelang tahun baru Imlek ini, kami mengundang sahabat untuk turut bergabung dalam :

Pemutaran & Diskusi Film Rumah Leluhur Naga (dokumenter mengenai klenteng Hok An Kiong)
Sabtu, 21 Januari 2012, pk. 18.00 – selesai

bersama:
– Giri Prasetyo (filmmaker, Matanesia)
– Shinta Devi (dosen sejarah Unair, peneliti klenteng Boen Bio dan sejarah Tionghoa)
– Ardian Purwoseputro (moderator)

Secara garis besar dokumenter ini bercerita tentang Klenteng Hok An Kiong, klenteng tertua di Surabaya, dan pengaruhnya terhadap perkembangan penduduk Tionghoa setelahnya. Giri menggarap video ini hampir setahun lamanya. Menetaskan ide pada bulan Februari, melakukan riset dan wawancara, hingga pengambilan ratusanfootage di kawasan pecinan Surabaya. Paper tentang pecinan karya Claudine Salmon dan pertemuannya dengan beberapa ahli budaya Tionghoa semakin memperkaya sudut pandang Giri dalam pembuatan film ini.

Terbuka untuk umum dan gratis. Donasi akan sangat dihargai untuk terus mendukung kelangsungan program kami.

Pemutaran film

Menyambut 2012, kami memutar film-film mengenai perjalanan, rasa ingin merantau dan berpulang, dan–untuk menyambut Tahun Baru Imlek–film-film mengenai etnis Tionghoa di Indonesia. Terutama jangan lewatkan film ‘Rumah Leluhur Naga’ oleh filmmaker muda kita, Giri Prasetyo, yang akan diputar Sabtu, 21 Januari 2012, pk.18.00. Jadwal lengkapnya, di bawah.
Info lebih lanjut, hubungi: info@c2o-library.net

———————————
Permanent Vacation
Sutradara: Jim Jarmusch
1980 | USA | 75m | Warna | Inggris, teks Inggris

Sabtu, 7 Januari 2012, 18.00

Film pertama Jim Jarmusch setelah dia DO dari sekolah film, dan sering disebut sebagai cikal bakal style-nya yang unik. Pemeran utama film yang diperankan oleh Chris Parker, berjalan mengelilingi New York, tanpa tujuan, dan bertemu dengan berbagai karakter dan tempat.

———————————
Nobody Knows
Sutradara: Hirokazu Koreeda
2004 | Jepang | 141m | Warna | Jepang, teks Inggris

Minggu, 8 Januari 2012, pk. 18.00

Empat anak kecil–Akira, Kyoko, Shigeru dan Yuki–berusia 5-12 tahun, berasal dari satu ibu dengan ayah yang berbeda-beda. Anak-anak ini tidak bisa pergi ke luar, tidak pergi ke sekolah, dan tidak dapat dilihat orang asing. Ibu mereka lari meninggalkan mereka, dan mereka harus bertahan hidup sendiri, menggantungkan diri pada satu sama lain untuk bertahan hidup.

———————————

Menggelar Indonesia

Sutradara: Jennifer Lindsay
2010 | Dokumenter | 90 menit | B. Indonesia
Sabtu, 14 Januari 2012, 18.00

Pada era Soekarno, Republik Indonesia yang masih muda mengutus rombongan besar seniman pergelaran ke manca negara sebagai duta bangsa dalam misi kesenian. Penguraian sejarah yang nyaris dilupakan ini menggambarkan masa ketika pemerintah memberikan perhatian begitu besar kepada kesenian, demi kepentingan diplomasi. Pengalaman para seniman peserta misi kesenian ini tak hanya mempengaruhi jalan hidup mereka melainkan berdampak pada perkembangan kesenian Indonesia pula.

———————————

Merantau
Sutradara: Gareth H. Evans
2009 | Indonesia | 135m | Warna | Indonesia

Minggu, 15 Januari 2012, 18.00

Di Minangkabau, Sumatera Barat, Yuda (Iko Uwais), seorang pendekar silat Harimau handal, ada dalam persiapan akhir untuk memulai perantauannya. Ia harus meninggalkan keluarganya, ibu tercinta, Wulan (Christine Hakim), dan udanya, Yayan (Donny Alamsyah), kenyamanan dan keindahan kampung halamannya, dan membuat nama untuk dirinya di keserabutan kota Jakarta.

———————————

Rumah Leluhur Naga
Sutradara: Giri Prasetyo
2011 | Indonesia | 16m | Warna | B. Indonesia

Sabtu, 21 Januari 2012, pk. 18.00
bersama: Giri Prasetyo
Moderator: Ardian Purwoseputro
Diselenggarakan bersama dengan Hifatlobrain Travel Institute

Film dokumenter pendek yang dibuat oleh pria bernama Giri Prasetyo ini akan membawa kita menelusuri Pecinan di utara Surabaya. Di mana pada 180 tahun silam, sekumpulan pedagang Tionghoa memutuskan pendirian Kelenteng Hok An Kiong (klenteng tertua di kota Surabaya) serta pengaruhnya terhadap perkembangan penduduk Tionghoa setelahnya.

———————————

Sugiharti Halim
Sutradara: Ariani Darmawan
Minggu, 22 Januari 2012, pk. 18.00

Apa artinya sebuah nama? Bagi Sugiharti Halim, ternyata nama berarti sejumlah pertanyaan panjang. Kadang kocak, kerap menjengkelkan, dan yang jelas penuh kontradiksi: Apa benar seseorang perlu nama asli? Apa betul nama bisa dijual? Apa iya identitas bisa disamarkan di balik sebuah nama? Sugiharti Halim menawarkan sebuah cara pandang yang jenaka, nyelekit, sekaligus kontekstual untuk ditilik lagi hari ini.

———————————

Sepet

Sutradara: Yasmin Ahmad
1997 | Malaysia | 113m | Warna | Inggris, teks Inggris
Sabtu, 28 Januari 2012, 18.00

Ah Loong (Jason) adalah seorang penjual VCD bajakan yang menyukai sastra dan puisi. Suatu hari ia bertemu dengan Orked, seorang perempuan Melayu, yang mencari VCD-VCD yang dibintangi Takeshi Kaneshiro. Hubungan mereka berkembang, meski ada tekanan sosial dan ras di antara mereka.

———————————

Pertaruhan
Sutradara: Ucu Agustin
2008 | Indonesia | 106m | Warna | B. Indonesia

Minggu, 29 Januari 2012, 18.00

Ruwati dan Riantini adalah dua TKW yang bekerja di Hong Kong. Gaji mereka yang berkecukupan menyokong keluarga mereka di Jawa. Ruwati ingin pulang untuk menikah, tapi kemudian mendapati bahwa dia terkena kanker cervix. Sementara Riantini adalah seorang janda yang jatuh cinta dengan sesama pekerja asing di Hong Kong.

Mohe Wae Rebo!

Pemutaran & diskusi film arsitektur nusantara: Mohe Wae Rebo!
Bersama Rendy Hendrawan & Arya Wishnu Wardana
Jumat, 16 Desember 2011
Pk. 18.00 – 21.00

Tersedia popcorn dan minuman hangat, courtesy of Hifatlobrain Travel Institute, kru Mohe Wae Rebo dan C2O. Mohon sumbangan kawan-kawan untuk menjaga kelangsungan kegiatan ini ;-)
INFO: info@c2o-library.net
———-
Benarkah dimuseumkan berarti telah punah?
Menjadi pusaka berarti dibiarkan berdebu dan beku dimakan waktu?
Tercatat dalam sejarah berarti harus siap terlupakan dan digantikan oleh hal baru?

*

Seperti ada yang ingin disampaikan oleh alam melalui deretan gunung dan bukit, aliran sungai dan selapis kabut, langit pagi dan malam, juga mata yang memandang ramah sejumlah turis yang kebanyakan bukan berasal dari tanah nusantara.

Mungkin Wae Rebo memang hanya diperuntukkan bagi mereka yang dengan tulus ingin mencintai alam hingga ke akarnya. Berjam-jam perjalanan jauhnya dari gemerlap lampu kota dan gemercik air mancur bernilai milyaran, memang sangat logis jika hanya segelintir orang Indonesia diantara jutaan yang berjubel memenuhi pulau Jawa yang mampu dan mau menyempatkan waktu mencicipi surga dunia di tengah belantara ini. Alam memberi bayaran yang setimpal. Tak hanya sebentang lukisan hijau berhias kabut melatari rumah adat tua berbentuk kerucut yang bisa dinikmati sambil menyeruput kopi hitam di pagi hari, alam juga menghadiahi taburan bintang yang menjadi tayangan pembuka saat malam, sebelum kepala suku mulai bercerita tentang warisan budaya mereka yang dengan tekun mereka jaga.

Masyarakat Wae Rebo menghargai alam dari lapisan yang paling esensial. Nilai yang alam ajarkan sejak nenek moyang mereka tuangkan dalam keseharian, disimbolisasikan ke dalam Mbaru Niang (rumah adat) dan pola sawah yang mereka buat. Setiap detail perilaku mereka terlihat sederhana, namun merupakan budaya kaya dan tak lekang oleh zaman. Yang pernah rapuh dan hilang, kini tergantikan, dengan dukungan segelintir saudara setanah air mereka yang masih sanggup datang dan peduli.

*

Suatu siang ketika ketujuh Mbaru Niang telah tegak berdiri, siap dihuni, sayup terdengar lagu Indonesia Raya dikumandangkan dengan fasih, tanpa cela. Di ujung atap Mbaru Niang yang kembali sempurna, melambai-lambai bendera kebangsaan Indonesia.

“Seperti melihat nenek moyang lahir kembali dari rumah yang setelah sekian lama hilang, lalu kini bangkit dan berdiri,” kata seseorang dari Wae Rebo. Ah, Wae Rebo tidak boleh mati hanya agar dapat kita buat museumnya dan dinikmati tanpa hati.

Terima kasih, Wae Rebo, pusaka arsitektur nusantara tidak pernah seindah dan sehidup ini.

Mohe Wae Rebo!

Sumber: Ronaldiaz Hartantyo dan Adi Reza Nugroho
Ditulis oleh Rofianisa/Vidour untuk “Bring Waerebo to 21st Century” iPad Application Project

Pelangi di Merapi

Pemutaran film “Pelangi di Merapi”
Sabtu, 3 Desember 2011, pk. 18.00-21.00
C2O Library, Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264.

Film Pelangi di Merapi menceritakan tentang peristiwa pasca bencana erupsi merapi 2010 yang melumat habis 2.271 rumah yang tersebar di 14 desa di tiga kecamatan. Sejumlah warga kehilangan harta benda, rumah, hewan ternak, dan pekerjaan sehari-hari. Film ini diperankan oleh Rini, seorang Ibu rumah tangga dan Mbah Cipto (korban bencana dari desa Pengok Rejo, Umbulharjo kec. Cangkringan). Secara keseluruhan film Pelangi di Merapi akan di ceritakan oleh Rini dan Mbah Cipto dengan mengambil setting lokasi di tempat mereka tinggal yaitu dusun Pengok Rejo, Umbulharjo kec. Sleman.

Film ini akan diawali dengan sebuah tembang lagu “Si Gunung Merapi” oleh Ny. Tri Widijati (Pengungsi dari desa Parak Sari kec. Cangkringan) dengan latar visual pemandangan gunung Merapi pasca bencana erupsi. Kemudian secara bergantian Rini dan Mbah Cipto akan menceritakan beberapa kejadian yang mereka alami pada saat bencana erupsi menghantam desanya. Bagaimana mereka bertahan dalam menjalani masa-masa sulit selama di pengungsian?

Setelah kawasan lereng gunung Merapi dinyatakan aman dan dibuka untuk masyarakat umum, Rini 24 tahun, mencoba mencari peruntungan dengan berjualan makanan dan minuman di pekarangan rumahnya. Sedangkan Mbah Cipto kembali berjualan soto di atas reruntuhan bangunan rumahnya yang telah rata dengan tanah. Di pagi hari mereka menatap mimpinya dengan mendirikan warung / tenda darurat untuk di jajakan kepada pengunjung / wisatawan yang memadati wisata baru yaitu tracking volcano. Di sore hari, mereka berkemas-kemas menuju peraduan daruratnya yaitu pengungsian.

Setelah beberapa hari berjualan, Rini dan Mbah Cipto menemukan secercah harapan baru, mimpi-mimpi baru. Rupiah yang terkumpul membuat mereka lebih bersemangat dan melupakan trauma bencana yang telah mengubur masa depan mereka sebelumnya. Mimpi cita-cita lenyap hanya sesaat. Dengan berdoa serta usaha sekuat tenaga mereka yakin bahwa kehidupan akan hadir kembali di gunung Merapi.