Site icon C2O library & collabtive

Reportase: Mari Anggukkan Kepala Untuk Sebuah Keberanian

Oleh Bu Ike Herdiana Rahmat

Hari ini saya bangun dalam keadaan fresh, setelah semalam dapat beristirahat dengan kualitas tidur yang amat baik. Kita telah melalui hari besar kemarin. Sebuah hari yang menandai langkah awal jasmine menjemput takdir terbaiknya. Sebuah pameran yang berkisah tentang perjalanan ‘trance’ nya selama 3 tahun terakhir. Tentu saja ini akan menjadi sebuah pengalaman awal yang akan mengajaknya untuk terus berkarya di masa yang akan datang. Ketika jasmine adalah inspirasi bagi kami orang tuanya, karyanya sendiri mudah-mudahan akan menjadi inspirasi bagi orang lain. Kemarin kami lebih banyak mendengar bahwa karya jasmine membuat isi kepala mereka menjadi penuh, ingin segera menciptakan sesuatu, daripada mengatakan bahwa gambarnya bagus. Jasmine ternyata berhasil menjadi inspirasi bagi mereka. Kami cukup terharu dengan pengantar yang ia sampaikan di hadapan audiens. Kami nyaris tidak mampu mendengar konten pembicaraan yang ia uangkapkan secara verbal, hati kami sudah terlebih dulu dipenuhi dengan keharuan yang biru ketika ternyata ia memiliki keberanian untuk mempresentasikan dirinya dihadapan banyak orang yang kebanyakan tidak ia kenal.

Pada sesi berikutnya, setiap orang mulai melihat karya-karyanya. Jasmine sudah mulai ditandai melalui karyanya. Sebuah refleksi tentang hidupnya, isi kepalanya dan apa yang hendak ia katakan melalui gambar-gambarnya. Dia tidak lebih baik dari kebanyakan gambar yang dihasilkan anak-anak lain. Tapi dia mampu mengangkat keunikannya sendiri. Dimana kami seringkali juga dibuat bingung dengan kecepatannya dalam menarik garis. Antara terprediksi dan tidak terprediksi. Dia nyaman di zona itu, dan tampak ‘kurang peduli’ apakah orang lain mampu menangkap pesannya atau tidak. Pesan yang disampaikan hampir tak bertendensi. Ia merasa bebas, itu yang terpenting.

Pada sebuah sudut seorang temannya bahkan mulai bisa menikmati komik sederhana yang ia buat. Coba lihat, dia membacanya seperti sedang membaca komik yang dibuat orang-orang tenar di gramedia sana. Karya jasmine bisa juga membuat anak lain ‘trance’ ketika menikmatinya. ‘Trance’ Jasmine ternyata menular. Beberapa orang dewasa tampak terpingkal-pingkal dan mulai menggelengkan kepalanya, semua terjadi karena membaca komik jasmine. Mungkin kalau dia sudah dewasa, ia akan melihat semua pemandangan ini dengan perasaan tertentu untuk dirinya sendiri. Tapi saat ini dia tetap anak-anak, yang ketika bertemu dengan teman seusianya dorongan untuk bermain tetap mencuat secara wajar. Jasmine tetap anak-anak dan akan terus jadi anak-anak di mata kami.

Saya ingin menampilkan beberapa karya jasmine di bawah ini. Dengan juru display sang ayah, sebuah sudut ruangan perpustakaan C2O disulap menjadi galeri dimana karya-karya jasmine bisa kita nikmati. Berkenaan dengan ini kamipun amat mengucapkan syukur, karena ternyata saya dan suami masih punya energi untuk menjadi manager sang artist cilik, di sela-sela kesibukkan kami ‘mengurus negara’. Maaf sayang, energi kami untukmu hanyalah energi sisa.  Tapi kami senang melakukannya. Jasmine adalah aset baik bagi kami maupun bagi bangsanya. Kalau kemarin dia bisa tidur siang dengan nyenyaknya, sementara kami sibuk bolak balik bahkan tak sempat mandi, itu semua kami lakukan karena komitmen kami sejak awal untuk menjadi pendukungnya. Ternyata berat jadi manager artist, kerja Rodi (jadi rodist), sementara sang artist santai, pulang sekolah, makan siang dan tidur siang. Uwehehehe…..

Kami beruntung dikelilingi teman-teman yang hebat, support kalian membuat semua ini berjalan pada rel nya, menggenapkan energi sisa kami. Kami hanya dapat menyerahkan semua pada Tuhan untuk membalas semua kebaikan dan support kalian. Kat dan C2O crew, yang telah berani menjadi media untuk karya-karya jasmine ; Andriew budiman, selaku makelar pameran, yang telah mendorong kami untuk berani menyelenggarakan pameran ini ; Pak Ivan dan Bu Ivan yang selalu mensupport kami untuk terus memperhatikan bakat jasmine, meningkatkan keberanian jasmine dan selalu mengingatkan untuk jangan sekali-sekali memasukkan jasmine ke sanggar-sanggar seni atau les gambar ; Mak jum yang telah setia mendampingi jasmine sejak ia baru saja di lahirkan hampir 7 tahun yang lalu ; sekolah-sekolah jasmine, teman-teman jasmine, juga teman-teman ayah dan bunda jasmine ; juga sponsor-sponsor lain yang telah berani membuat semua jadi terlaksana. Kalian semua sudah membuat jasmine menjadi berani, kami menjadi berani, dan kita semua menjadi berani. Kami hampir tak pernah punya mimpi sebelumnya, namun begitu semua tampak nyata saat ini.

Bagi yang masih ingin melihat karya jasmine, silahkan datang ke C2O Library, Jl. Dr. Cipto No.20 Surabaya (seberang Konjen USA). Karya masih akan di gelar hingga tanggal 30 Juli 2011. Terima Kasih.

TRANCEFORMER | menyemai gagasan, menuai keberanian Jasmine

Oleh Pak Ramok

Kenaifan seorang anak adalah suatu tempat yang sakral bagi saya, tempat yang sebaiknya tak banyak kita ikut campur di dalamnya. Saya percaya, kondisi itu yang akan dapat memunculkan keberaniannya mengemukakan apa yang dia rasakan. Itu adalah satu hal. Lalu munculah orang tua, teman-teman, ruang. Lingkungan yang membantu si anak bertukar nilai dan pandangan-pandangannya tentang dunia yang belum lama dia cerap. Itu menjadi hal lain. Interaksi dengan hal-hal itu yang kemudian terinternalisasi menjadi bagian dari gagasan-gagasan si anak. Gagasan-gagasan itu tumpah di dinding-dinding rumah kami pada awalnya. Mungkin seperti itulah cara menuang gagasan yang paling purba, di dinding tempat tinggal. Bahkan setelah kertas diciptakan. Yang saya ingat, dinding kamar kami adalah kanvas pertama anak saya, Seruni Jasmine. Anak yang akan kita bicarakan hasil-hasil perbuatannya 3 tahun belakangan.

Kami pulang lebih awal sore itu, 2 orang teman akan datang berkunjung. Yang satu Kat namanya. Yang lain -gak tau kenapa kenapa- takut namanya disebut dan diambil gambarnya. Tapi karena tak ada alasan keamanan yang mendesak saya sebut saja namanya Budi, daripada tertulis sebagai oknum AB. Baiklah, Kat dan Budi mengunjungi rumah kami yang sederhana dan berantakan sehari-harinya, tapi mendadak kami rapikan karena kunjungan mereka. Mungkin juga tetap terlihat berantakan bagi teman-teman kami itu. Kita ngobrol-ngobrol singkat tentang gambar-gambar Jasmine, yang pernah dilihat oleh Budi pada kunjungan sebelumnya. Dari obrolan hari itu, timbul ide untuk membuat pameran kecil di C2O, sebuah perpustakaan yang ada di jantung kota Surabaya. Menurut saya, itu tempat itu adalah salah satu kantung kreatif andalan Surabaya yang selalu punya aktifitas dan konsep kegiatan menarik.

Setelah beberapa kali bertemu, saya baru tau C2O sedang menyusun kegiatan yang diberi label menarik: EAT PLAY LAUGH. Rangkaian aktifitas selama bulan Juli untuk merayakan hari anak. Baiklah, ini bulan anak. Anak-anak dunia yang kita muliakan. Mungkin gagasannya semacam ekstraksi dari apapun yang dilakukan anak untuk menemukan kenyamanan dalam dirinya. Mereka makan ketika lapar, bermain apapun keadaannya untuk dapat menuai tawa. Menarik bukan? saya sudah katakan sebelumnya. Pengucapannya terdengar seperti twist dari ‘eat pray love’, film yang sebagian prosesnya dibuat di Bali, dan novel yang saya liat di beberapa toko buku belakangan. Karena belum baca dan nonton, saya tak tau mana yang lebih dulu muncul. Pada perjumpaan yang kesekian, Budi memberitahukan judul pameran untuk Jasmine adalah TRANCEFORMER. Ide yang mungkin sudah Bung Budi diperam dari diskusi-diskusi berdurasi singkat sebelum-sebelumnya. Baik yang mengacu pada proses kreatif Jasmine dalam menghasilkan gambar-gambarnya maupun tema-tema yang mendominasi setiap gambar di awal-awal proses pengumpulan karya.

Kami memiliki kebiasaan menyimpan karya-karya yang oleh si pembuat sudah dianggap sampah. Jasmine memang masih berkarya dengan naluri, yang dia ekstrak dan di-blender dari pengalamannya, dari interaksinya dengan lingkungan, teman, film, buku, sekolah atau kami orang tuanya. Selama proses ini terkumpul lebih dari 25 judul komik. Jangan bayangkan komik yang Anda beli dengan 11 ribu rupiah. Komik Jasmine adalah kertas A4 yang dia lipatdua menjadi A5 dan memperlakukannya seperti buku. Jadi polanya memang menggores lalu dilempar begitu saja. Karena berantakan, untuk presentasi pameran, komik-komik itu diberi cover yang diambil dari gambar-gambar dan tulisan tangan si pembuat. Hampir semua dibuat dengan gaya line-art, sangat minim warna, kalopun tidak bisa dibilang tidak berwarna. Karya lain dibuat di sekolah, dan karenanya jadi berwarna. Jasmine cukup lincah memainkan warna, tetapi nampaknya lebih menikmati coretan hitam yang cenderung cepat diproduksi dan ide-idenya tidak perlu antri terlalu lama untuk bisa terlontar. Figur Batman, robot-robot di Transformers, Toys Story banyak muncul dalam karyanya yang berbentuk komik. Bukan tanpa sebab, dia bisa menonton film-film itu 3-4 kali sehari bila sedang berminat. Mungkin banyak yang tertinggal di ingatannya yang selonggar kertas putih. Belum terlalu tumpang tindih dengan setumpuk rekening bulanan atau tugas-tugas organisasi. Cukup longgar untuk menyimpan teks-teks terjemahan bahasa malaysia pada beberapa film. Seperti Poison Ivy yang tiba-tiba menghujat Batman: “Teruk!”

Baiklah, hingga sampai kita di sore yang cerah itu, 16 Juli 2011. Pameran ini akan dibuka. Beberapa teman berdatangan. Teman kami. Karena belum dibuka secara resmi, beberapa orang yang sudah datang langsung melihat-lihat panel demi panel, yang lain mengeksplorasi C2O library. Memang beberapa orang diantaranya baru pertama kali berkunjung. Jasmine datang agak terlambat, dengan t-shirt hijau dan inisial namanya berukuran besar, kuning tercetak di dada. Menjumpai teman-temannya dulu karena beberapa diantaranya cukup lama tidak bersua. Kat, Bung Budi menyebutnya ibu pemilik galeri membuka acara dengan beberapa informasi tentang program C2O bulan Juli. Lalu dilanjutkan Bung Budi yang menyebut dirinya makelar pameran. Rasanya cukup keren untuk label di kartu nama. Sayang istilah makelar sudah terlanjur tersubordinasi dalam konotasi kurang sedap. Tak apalah, beliau yang memil ih. Saya bicara sedikit. Tapi bisa jadi terlalu banyak bagi beberapa orang yang sudah menunggu acara dimulai. Berikutnya kita membiarkan si penggambar bicara. “Aku suka menggambar”. Kata-kata pertamanya. Suaranya kecil tapi cukup mampu membuat saya terkejut, dia maju dengan tenang. Tapi mukanya tegang. Dia dulu suka menggambar dengan warna, katanya. “Tapi kata ayahku, gambarku bagus kalo hitam putih”. Hahahaha. Baiklah, lain kali aku akan diam soal pilihan-pilihanmu. Hahahaha. Tak banyak yang dia sampaikan tapi saya senang dia sudah melakukan bagiannya dengan baik. Teman saya, Pak Ivan Hariyanto, seorang pelukis, bicara sesudahnya. Suaranya memang menggelegar dengan atau tanpa pengeras suara. Pak Ivan bicara tentang kebutuhan kita akan ruang apresiasi bagi seni rupa anak. Wajahnya banyak dihadapkan ke murid-muridnya di SMKN 11 yang sore itu digerakkannya untuk hadir. Beliau mengajar melukis di sana. Saya rasa itu juga sebuah bentuk motivasi pada mereka.

Setelah itu audiens dipersilahkan menikmati hidangan visual Jasmine. Karya biasa seperti anak-anak kebanyakan. Hanya saja memang membutuhkan keberanian, bagi dia sendiri dan bagi kami. Karena itu, kami menganggap sore itu sebagai sebuah pesta kecil merayakan keberaniannya. Keberanian kita semua. Untuk semua yang terjadi, kami berterima kasih pada Kathleen Azali dan tim di C2O library, serta bung Budi yang atas pertimbangan keselamatan akan saya sebut namanya: Andriew Budiman, desainer Butawarna. Perayaan keberanian ini terhelat tanggal 16 Juli hingga kelak 31 Juli 2011.

Semoga kita tetap senang seperti sore itu.

 

Exit mobile version