Virus Setan: Risalah pemikiran musik

Minggu, 29 April 2012, pk. 18.00
bersama:
– Slamet Abdul Sjukur (musisi & penulis)
– Natalini Widhiasih (pelukis)
– Erie Setiawan (editor)
– Gatot Sulistiyanto (komponis)

Virus Setan adalah fragmen pemikiran musik terkini dari sosok Slamet Abdul Sjukur, komponis 77 tahun yang (konon) menuliskan MUSIK sebagai AGAMA di formulir pembuatan KTP-nya. Ia pun berdebat seru dengan petugas kelurahan.

Ia lebih percaya musik daripada agama? Atau musik adalah iman-nya? Wow…!

Apa uniknya seorang Slamet? Bagaimana pandangannya terhadap musik?

Apa sebetulnya sumbangan musik bagi peradaban dunia? Mengapa sistim pendidikan musik formal harus melawan gaya padepokan? Bagaimana memahami arus globalisme musik saat ini? Jawaban yang cerdas, kritis, dan menghibur bisa ditemukan di buku VIRUS SETAN yang sepele tapi mengerikan ini.

Buku ini bertujuan memberikan wawasan baru demi membongkar kebekuan cara pandang masyarakat terhadap musik, baik pendengar awam maupun praktisi profesional. Harapannya supaya bisa menemukan cara pandang baru yang lebih fresh. Sekaligus penyebaran ilmu pengetahuan musik yang selama ini jarang sekali diekspos, karena minimnya buku musik berkualitas di Indonesia.

Kami pertama berkenalan dengan Slamet A. Sjukur, yang akrab kami panggil Pak SAS, sekitar tahun 2008. Beliau aktif mendukung kegiatan dan pemikiran kami dengan pemikiran-pemikirannya yang segar, penyampaiannya yang cerdas, ramah tapi juga kritis. Pak SAS mengajarkan kita keindahan pada hal-hal kecil sehari-hari. Saran kami: Jangan lewatkan acara ini!

Buku tersedia di C2O @Rp. 40.000 (Rp.36.000 untuk anggota C2O)

INFO: 031-77525216

Grunge Indonesia

Selain dikenal sebagai musisi yang berpenampilan lusuh, orang melupakan bahwa sisi lain seorang Grungy (sebutan untuk anak grunge), adalah seorang yang pemalu, identik kacamata tebal, dan tentunya seorang kutu buku. Sisi inilah yang di Indonesia jarang disentuh ke permukaan, sehingga orang mengenal grunge hanya dari sisi luarnya saja.

Sangat menyenangkan ada karya buku yang coba mendokumentasikan komunitas musik di tanah air. Kali ini yang dibahas adalah [komunitas] musik grunge. Sang penulis itu adalah YY, pentolan dari grup band Klepto Opera dan Ballerina’s Killer. Komunitas grunge di negeri ini memang kalah besar dan kurang mengkilap dibandingkan dengan komunitas punk, hardcore, metal, atau bahkan indie-pop sekalipun. Namun selalu menarik untuk menyimak sepak terjang mereka di tengah arus musik independen yang cukup kompetitif. Ironisnya, scene grunge di Indonesia masih jauh di level mapan dibandingkan dengan genre lainnya.

Terlepas dari baik-buruknya suatu komunitas, dokumentasi tulisan seperti ini sangatlah penting dan bermanfaat. Karya ini bakal lebih keren lagi kalau dikasih semacam album soundtrack atau sampler dari band-band grunge lokal. Karena memang sebenarnya tidak ada pecundang di dalam motivasi belajar dan proses mengapresiasi…

Akan ada obrolan ringan menjelang petang dan ngopi bersama, bincang-bincang mengenai perkembangan musik dan komunitas grunge yang muncul di awal 90an hingga sekarang, bersama pelaku-pelaku/ musisi grunge di Surabaya pada khususnya.

Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Grunge Week Surabaya.

INFO: Yoyon Sukaryono

0818506754 / tokoh_antagonist@yahoo.com

Reportase: Afternoon Talk

Sebelum pertunjukan, saya dan kawan-kawan Afternoon Talk dan Taman Nada menghasilkan Manic Street Walkers #3 edisi one take show selama hampir 3 jam. Kami berjalan kaki mulai dari c2o library menuju Kelenteng Hong San Ko Tee di Jalan Tjokroaminoto dimana Adit merekam penampilan Taman Nada, lanjut ke Taman Bungkul, dan selanjutnya Agan merekam pertunjukan Afternoon Talk di taman depan gedung eks museum Mpu Tantular. Akhirnya kami tiba di c2o library jam 6 sore. Di sana sudah banyak pengunjung yang datang untuk acara kami : Afternoon Talk Love Letter To Java Tour 2012 yang akan menampilkan Handoko Suwono, Karnivorus Vulgaris, Bagus Dwi Danto, Taman Nada, Sonar Soepratman, Silampukau, dan Afternoon Talk sebagai performer pamungkas.

Afternoon Talk

Di bulan Februari 2012, Afternoon Talk akan mengadakan Afternoon Talk: Love Letter to Java Tour di 5 kota (Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya dan Malang). Di Surabaya, mereka akan hadir:

Minggu, 19 Februari 2012, pk. 17.00
Perpustakaan C2O
Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264 (jalan kecil seberang konjen Amerika.
Lihat peta di: http://c2o-library.net/about/address-opening-hours/)
Gratis & terbuka untuk umum.
INFO: info@c2o-library.net / 0856 4543 8964
Bersama:
Silampukau, Soenarsoepratman, Taman Nada, Bagus Dwi Danto, Karnivorus Vulgaris, Handoko Suwono

Afternoon Talk adalah band indie pop folk asal Lampung dengan musik akustik yang pendek dan manis, menampilkan Sofia (Vocal) Osa (Guitar,Bass) Ridwan (Guitar, Drum), Bagas (Guitar). Yang unik mereka juga memakai Ukulele, Harmonika dan bebunyian lain untuk mendukung musiknya.

Twitter: @afternoontalks
FB: Afternoon Talk
http://reverbnation.com/afternoontalk
http://soundcloud.com/fauxsndct

“Absolutely sweet and brilliant!”
SEA INDIE

“Lagu – lagu mereka sangat enak didengarkan pada siang/sore hari. Notasi yang catchy, hook -hook membius, aransemen simpel, sound yang pas, dan karakter vokal yang kuat menjadi senjata mereka. Untuk pendengar musik Folk, akustik dan indie pop, Afternoon Talk layak untuk didengarkan!”
MAJALAH HAI