Reportase: MSW #1 Strenkali Jagir, Wonokromo

Akhir tahun kami rayakan dengan menjajaki sudut-sudut Surabaya dengan berjalan kaki.  Perjalanan singkat yang penuh inspirasi, melelahkan tapi juga sangat menyenangkan, dan membuat kita bisa lebih mengenal sekitar dengan lebih dekat.

Ide ini dicetuskan oleh Tinta sebagai bagian dari acara akhir tahun internal kami, Perjusami (Perkemahan Jumat Sabtu Minggu) di C2O.  Tempat yang kami tuju adalah Strenkali Jagir Wonokromo yang ternyata memiliki begitu banyak sejarah dan cerita menarik: ada pemukiman banyak pekerja informal, warga-warga yang tinggal pinggir kali dengan kemampuan luar biasa mengelola lingkungannya, desain rumah panggung yang menarik, dan Pak Erik dengan Bali 9 nine yang menjual masakan rica-rica.

Ada banyak pengalaman dan interaksi yang menarik kami dapatkan dari perjalanan ini. Selengkapnya, silakan membaca reportase Tinta di bawah.  Jika tertarik bergabung dalam kegiatan Manic Street Walkers, hubungi Tinta di : anithasilvia@gmail.com 


jam 7 pagi di c2o library kami sudah bersiap untuk memulai kegiatan perdana klub pejalan kaki c2o library! peserta edisi perdana klub jalan kaki adalah hatib abdul kadir alias negro, kathleen azali, andriew budiman, ari kurniawan, ayos purwoaji, arie hartanto, dan saya dengan tujuan utama kampung bratang tangkis yang menjadi basecamp paguyuban warga stren kali (PWSS). cuaca sedikit mendung tapi kami semangat untuk berjalan kaki, dimulai dengan menelusuri jalan raya darmo, lalu berhenti sebentar di taman bungkul, lanjut berjalan menuju wonokromo dan masuk ke gang pas sebelah kali jagir, kami memasuki sebuah kampung yang cukup apik di bantaran sungai. Kami lanjut berjalan menuju pintu air jagir namun kami sedikit kesulitan saat menyebrang karena tidak ada lampu lalu lintas untuk pejalan kaki.

waw baru kali ini saya berkunjung ke situs pintu air jagir yang dibangun tahun 1923, di papan tertulis “bangunan cagar budaya sebagai lokasi paoekan, tempat bersauhnya tentara tar-tar yang akan menyerbu kediri pada tahun 1923”. pintu air jagir jadi salah satu obyek foto yang paling menarik saat malam hari di surabaya. kami lanjut berjalan masuk ke kampung di bantaran kali jagir, wow kejutan lainnya adalah kami melewati kampung dengan penduduk para pekerja informal, seperti pengamen, pengemis, pemulung, banyak juga waria yang tinggal dengan keluarganya di rumah2 semi-permanen, fenomena sosial yang menarik. tidak lupa kami menyapa semua orang yang kami lewati, saya berhenti di depan rumah dengan papan “bali 9 nine : sedia masakan rica-rica & RW”, kebetulan pemilik rumah sedang berada di depan pintu, dia langsung menyapa kami, saya pun menyambut dengan beberapa pertanyaan mengenai bali 9, namanya erik, pria berumur sekitar 50tahunan ini pernah melatih olahraga para tahanan yang dikenal dengan “bali 9”, tahanan tersebut sudah 8 tahun di penjara denpasar untuk kasus perdagangan narkoba, mereka dihukum mati, jadi erik menjual masakan rica2 dan RW dengan memakai merek “bali 9” sebagai tribut untuk para tahanan, ohh kami pun terharu. kami lanjut berjalan untuk menemukan rumah pak gatot, ketua paguyuban warga stren kali surabaya (PWSS), pak gatot memberikan informasi alamat PWSS di kampung bratang tangkis gang 6, ternyata kampung yang baru saja kami lewati adalah kampung bratang tangkis gang 1, kami pun bertanya ke penduduk lokal. setelah mendapatkan arah, kami lanjut menelusuri kampung di bantaran kali jagir. anak2 terlihat masih bersemangat berjalan kaki menjelajahi kampung karena ini jadi pengalaman baru yang menarik bagi kami.

akhirnya kami pun bertemu dengan pak gatot di jalan bratang printis gang 6, yah alamatnya aja udah beda, tapi emang bener sih kami masuk kampung bratang tangkis baru nembus ke bratang printis. pak gatot dengan ramah menyambut kami, beliau langsung mengantarkan kami untuk berkeliling ke stren kali jagir. pertama, pak gatot menunjukkan beberapa rumah contoh hasil project yang diasuh oleh marco kusumawijaya. rumah contoh yang pertama adalah rumah ibu umi, kami pun masuk ke rumah ibu umi, suaminya adalah kepala RW 11, rumah bu umi langsung berhadapan dengan kali jagir, cukup indah! rumah model panggung dengan pondasi yang terbilang kuat karena sebelumnya rumah mereka adalah semi-permanen. jadi warga dipinjami modal untuk merenovasi rumah, mereka membayar cicilan per hari sebesar 3000rupiah, cukup ringan untuk masing2 keluarga, saya lupa nama proyek yang membiayai renovasi rumah warga stren kali jagir.

saya pun berkenalan dengan ibu yuli yang rumahnya baru saja selesai renovasi kemarin, jadi beliau sedang sibuk membereskan rumah. untuk renovasi rumah, marco memberikan arsitektur dan design dengan gaya unfinished, jadi bata2 merah disusun rapih tanpa diplester, bagus sih secara visual tapi saya gak yakin design tersebut disukai oleh warga karena design tersebut gak populer di masyarakat, yang populer adalah dinding berkeramik. ibu yuli sama dengan ibu umi, mereka adalah generasi ke-2 yang tinggal di bantaran kali jagir, mereka pun sudah punya anak, jadi sudah ada 3 generasi yang mendiami bantaran kali jagir. kabar gembira adalah sudah 5 hari air dari PDAM mengalir lancar ke rumah mereka, sebelumnya mereka menggunakan air sumur dan membeli air untuk dikonsumsi. saya terharu melihat ibu yuli dan ibu umi yang semangat untuk mempertahankan rumah meskipun mereka tahu tanah yang mereka tempati adalah milik negara. mereka membayar PBB tiap tahun, dengan membayar PBBs mereka menganggap pemerintah mengakui keberadaan mereka, tapi peraturan daerah sama sekali tidak mengakui mereka. puncak konflik warga stren kali jagir adalah tahun 2009, penggusuran pemukiman dan usaha illegal di sepanjang jalan jagir wonokromo. di era bambang dh, para warga stren kali pun sering melakukan aksi menuntut pemerintah kota memperhatikan kebutuhan primer mereka : rumah tinggal. karena adanya ancaman dari luar (baca : penggusuran) maka warga stren kali jagir sering berkumpul dan berkomunikasi, itu membuat mereka guyub dan berjuang bersama. sekarang karena sudah ada dukungan dari marco kusumawijaya dan beberapa pihak lainnya, warga merasa sangat terbantu dengan proyek2 pemberdayaan masyarakat apalagi renovasi rumah. bu yuli dan bu umi juga sangat sadar untuk menjaga kebersihan kali jagir dengan tidak membuang sampah di kali dan menanam pohon di sepanjang bantaran untuk mengurangi erosi.

kami lanjut menjelajahi rumah2 yang sedang direnovasi sambil menyapa dan berkenalan dengan beberapa warga, terlihat juga hewan2 peliharaan yang berkeliaran : anjing, kucing, burung merpati, ayam. pak gatot menunjukkan kami salah satu rumah contoh yang salah menurut marco (temboknya di-plester), akhirnya pemilik rumah mengerok tembok sampai terlihat bata merah-nya. pak gatot juga sempat membahas dengan seorang warga yang sedang merenovasi rumahnya, temboknya diplester, pak gatot menganjurkan pemilik rumah untuk mengikuti design dari marco, tapi kami pun berpikir bahwa design marco bagi masyarakat lokal terlihat seperti rumah yang belum jadi, dan itu terlihat tidak bagus di mata mereka, mereka lebih suka tembok diplester bahkan diberi keramik.

kami lanjut berjalan sampai akhir kampung dan masuk ke jalan barata jaya, kami mampir ke dam jagir, semacam folder (penampungan air) seperti yang saya lihat di kota semarang, disebut basem wonokromo, ada 2 basem di surabaya : basem bratang dan basem wonorejo. tapi disini kondisinya kurang terawat padahal ini adalah potensi wisata air seperti yang diutarakan oleh pak gatot. kami pun berpisah dan mengucapkan banyak terimakasih serta sampai jumpa kepada pak gatot. anak2 sudah terlihat lelah dan kelaparan, sudah jam 11 siang, kami lanjut berjalan menuju jalan barata jaya 3, wah kebetulan nih kami akan melewati rumah reza! dan kebetulan lagi ada reza di rumah, kami pun mampir ke garasi337—markas komunitas punk di surabaya, reza menyuguhi kami air mineral dalam kemasan. saya cerita ke reza mengenai klub pejalan kaki dan rute yang baru kami jelajahi. setelah cukup istirahat kami lanjut berjalan ke arah terminal bratang, dan kejutan yang paling heboh adalah saya menemukan uang 100ribu rupiah di jalan! lumayan bangetlah buat biaya makan hari ini bareng anak2, kami pun menuju soto ayam pak djayus, anak2 pesan soto ayam, saya memilih tidak makan, nanti saya makan roti beli di morin saja. anak2 terlihat lahap makan dan minum, di luar hujan gerimis.

destinasi selanjutnya adalah taman flora yang lebih populer dengan sebutan kebun bibit, kami hanya sempat keliling sebentar, pengunjung yang ramai saat itu langsung mencari tempat berteduh karena hujan makin deras, kami pun basah kuyub dan berteduh di musholah, kami menunggu hujan sampai reda sambil nyoba2 memberi nama klub pejalan kaki c2o library, muncul nama2 : ujan kiyut (klub jalan kaki untuk kecelin peyut), kejam (klub jalan kaki sampai keram), pegal (pejalan kaki galau). hujan reda kami berjalan kaki ke morin bakery. kami membeli 3 roti tawar dan 1 roti gandum, lalu naik angkot lyn Q menuju c2o library, sebenernya saya dan kat masih niat jalan kaki, tapi yang lainnya udah pada males heheh. kami tiba dengan selamat di c2o library sekitar jam 1 siang dan tur perdana klub pejalan kaki pun berakhir. terimakasih buat para peserta klub pejalan kaki edisi perdana, sangat menikmati perjalanan bersama kalian! saya sangat merekomendasikan untuk jalan-jalan sore di sepanjang stren kali jagir!

Email | Website | More by »

Seorang musafir gig dan pameran, pengelola klab jalan kaki Manic Street Walkers, penikmat zine, lomographer.

Leave a Reply