“Surabaya pernah menjadi kota terbesar dan terpenting di Hindia Belanda, bahkan dibandingkan Batavia yang sepi, Surabaya merupakan pelabuhan penting di Asia modern sejajar dengan Kalkuta, Rangoon, Singapore, Bangkok, Hongkong dan Shanghai. Siapapun yang bergelut dalam dunia pelayaran tujuh-puluh tahun yang lalu akan mengenali Surabaya sebagai pelabuhan gula terbesar ketiga di dunia”( p. xvii -xviii). Buku ini membangunkan penduduknya dari amnesia sejarah dan merangkai argumen tentang faktor-faktor penyebab stagnasi hingga tergesernya Surabaya di posisi kedua (atau keenam?) di Indonesia setelah Jakarta.
Beruntung kita, bahwa bahwa H.W. Dick telah memberikan kita satu buku penelitian sejarah Surabaya yang tampil ringan dan memikat, tapi juga mengandung penelitian ilmiah yang serius. Lebih dari sekedar sejarah kota Surabaya, buku ini membuka sebuah bidang baru dalam penelitian sejarah perekonomian sebuah kota yang sama sekali belum pernah ditulis di Indonesia sebelumnya.