Reportase: MSW #3 One Take Show

MANIC STREET WALKERS #3
Edisi One Take Shows
19 Februari 2012

Sejak pagi, c2o library kedatangan tamu dari Bandar Lampung dan Medan: Ivan, Agan, Sofia, Osa, Wawan, dan Adian yang tergabung dalam Afternoon Talk—sebuah band pop-folk—yang akan bermain malam ini bersama Karnivorus Vulgaris, Taman Nada, Silampukau, Sonarsoepratman, Bagus Dwi Danto, dan Handoko Suwono. Jam 3 sore, kawan-kawan Taman Nada (Attur, Nandi, Salman, Najmi, Ifa, Adit) datang untuk mewujudkan keinginan kami : one take shows. Secara spontan saya pun mengajak kawan-kawan Afternoon Talk, Taman Nada, dan Rangga Nasrullah untuk ber-Manic Street Walkers dengan rute : Kelenteng Tjokroaminoto, Taman Bungkul, dan gedung eks museum Mpu Tantular. Hujan sudah reda, perut sudah terisi, saatnya berjalan kaki!

Dengan riang dan semangat, kawan-kawan membawa gitar, ukelele, dan glockenspiel, kami merencanakan untuk bermain di kelenteng dan Taman Bungkul. Setelah melalui beberapa blok, kami tiba di Kelenteng Hong San Ko Tee—kelenteng tridharma yang lebih akrab disebut Kelenteng Tjokroaminoto karena berada di Jalan Tjokroaminoto. Kelenteng ini memang unik, setiap satu suro diadakan selamatan yang pastinya menggunakan doa-doa agama Islam, salah satu bukti keterbukaan mereka terhadap seluruh masyarakat. Kebetulan sedang berkumpul beberapa pengurus kelenteng, saya langsung meminta ijin ke mereka untuk melihat-lihat kelenteng, dengan ramah salah satu pengurus langsung menjadi guide kami.

Sang guide mengajak kami untuk melakukan ritus ciam si—meramal nasib, peruntungan, jodoh, kesehatan—yang belum pernah sama sekali kami lakukan, tidak semua ikutan ciam si, hanya Najmi dan Agan, mereka berdua diajarkan membakar dupa, sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Dewi Mah Co, kemudian mengocok kepingan kayu yang bertuliskan nomor ramalan, dan setelah nomor keluar diambil kertas yang berisi syair yang sekaligus adalah hasil ramalan. Agan dan Najmi membawa kertas tersebut ke Juliani—seorang wanita berwibawa yang adalah pengelola kelenteng Hong San Ko Tee. Mereka berdua grogi saat diramal, saya tersenyum kagum mendengar ramalan-ramalan yang keluar dari mulut Juliani.

Sebagai balasan, Taman Nada mempersembahkan satu tembang andalan mereka: Pulang, dinyanyikan dengan nada yang rendah menghanyutkan, para pengurus pun bertepuk tangan, saya malah sangat terharu menyaksikan adegan bersejarah ini, Taman Nada melakukan one take show di kelenteng! Para pengurus menyediakan kami banyak kue dan minum, kami pun memakannya, dan kami juga diberi hadiah foto Dewi Kwan Im, ahh saya tambah terharu.

Setelah foto bersama para pengurus kelenteng, kami pamit dan lanjut berjalan kaki menuju Taman Bungkul. Kami senang berjalan di trotoar sepanjang Jalan Raya Darmo, trotoar yang bersih dengan lebar hampir 3 meter. Kami melalui jembatan penyebrangan yang memiliki sponsor utama: Wismilak, Ivan tergoda untuk melakukan one take show, anak-anak Afternoon Talk segera menyiapkan diri, saat akan dimulai, kami dihampiri petugas keamanan, dengan ramah dia melarang kami untuk mengambil video di jembatan penyebrangan karena dapat mengganggu pejalan kaki lainnya, kami pun meminta maaf atas kekhilafan kami.

Kami tiba di Taman Bungkul, anak-anak langsung mencari tempat untuk duduk dan beristirahat, mereka keringatan dan cukup ngos-ngosan, kami beristirahat sekitar 10 menit, tidak jadi mengambil video disini karena terlalu ramai. Kami lanjut berjalan ke gedung eks museum Mpu Tantular—sekarang dikelola oleh Bank Indonesia, dijadikan museum Bank Indonesia. Gedung museum Bank Indonesia sedang direnovasi (lagi), mereka rajin mempercantik gedung ini, sekarang yang direnovasi adalah atapnya, memang gedung ini salah satu gedung tercantik yang pernah saya kunjungi. Kami langsung menuju taman di depan gedung, taman yang tidak bernama, ada patung pria hampir telanjang dengan jangkar, tertulis jalesveva jayamahe, Afternoon Talk melakukan one take shows di taman tersebut, yang lainnya menikmati pertunjukkan sambil minum es degan, sore yang nikmat.

Jam 5 sore Kremi mengirim pesan singkat mengabarkan sudah banyak pengunjung yang datang, memang di undangan tertera jam 5 sore, tapi kami sudah merencanakan untuk memulai pertunjukkan pukul 18.30. Setengah jam kemudian kami baru menyelesaikan one take shows, dengan tenaga yang tersisa kami berjalan kaki menuju c2o library, kawan-kawan lainnya sudah menunggu kami disana. Dalam perjalanan pulang, Ivan menemukan lelucon yang yahud : “Dilarang Berjalan”, plesetan dari “Dilarang Berjualan”, hehe memang anak2 terlihat lelah setelah hampir 3 jam berjalan kaki tapi kami tetap riang gembira karena malam ini kami akan mempersembahkan pertunjukkan musik akustik yang akan memukau para pengunjung.

teks oleh anithasilvia
foto koleksi afternoon talk

Email | Website | More by »

Seorang musafir gig dan pameran, pengelola klab jalan kaki Manic Street Walkers, penikmat zine, lomographer.

Leave a Reply