Ketika orang-orang Eropa tiba di Asia Tenggara di abad ke-15, mereka terkejut menyaksikan luasnya budaya baca dan tulis. Berbeda dengan Eropa saat itu di mana budaya baca tulis relatif terbatas pada kalangan elit, di Asia Tenggara (termasuk Indonesia), budaya baca tulis tersebar luas di kalangan masyarakat biasa, didukung oleh kegiatan perdagangan yang luar biasa, dan integrasinya dengan kehidupan sehari-hari—musik, syair pantun, surat cinta, catatan perdagangan.
Literasi adalah membaca kata dan dunia. Terlalu sering, literasi direduksi menjadi sekedar kemampuan membaca, yang kaku dan dingin tanpa kesenangan. Bukan lagi suatu dialog aktif dengan pembacanya melalui berbagai kegiatan kreatif, bukan suatu media untuk memahami maupun mengekspresikan diri di lingkungan sosialnya.
Karena itu, merayakan Hari Buku Dunia 23 April, kami kembali mengadakan Book’s Day Out, rangkaian acara yang merayakan buku dan literasi. Melanjutkan projek tahun lalu, tahun ini kami kembali mengajak teman-teman untuk turut berpartisipasi dalam pengembangan Surabaya Book Map/ Peta Buku Surabaya (hal. 4), yaitu projek pemetaan situs literasi di Surabaya. Kami mengundang lagi teman-teman untuk berpartisipasi dalam pameran Postcards from Bookworms (hal. 5), dengan mengirimkan kartu pos mengenai buku yang disukainya. Selain itu kami meluncurkan program baru, Read It Forward (h.3), di mana kawan-kawan bisa merekomendasikan/ mendedikasikan buku untuk dipinjam orang lain.
Sudah terlalu lama kita memisahkan kesenangan musik dengan literasi. Karena itu, kami senang sekali bisa mengadakan bedah buku Virus Setan (Slamet A. Sjukur) dan Grunge Indonesia bersama para pelakunya. Klab Baca bulan ini, Budaya Bebas, juga mendorong kawan-kawan untuk lebih berpartisipasi dan bekerja sama dalam memahami satu buku. Selamat menikmati!