Dongeng Rangkas

Pemutaran & diskusi filem dokumenter “Dongeng Rangkas”
Sabtu, 26 November 2011, pk. 18.00 – 21.00
C2O Library, Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264
(Jalan kecil seberang Konjen Amerika. Lihat peta di: http://c2o-library.net/about/address-opening-hours/)

bersama Forum Lenteng, Saidjah Forum, dan akumassa
Moderator: Kelompok Studi Kinetik

————–
Sinopsis
————–
Film Dongeng Rangkas merupakan sebuah usaha kawan-kawan komunitas yang punya ketertarikan kepada persoalan-persoalan lokal dan merekamnya ke dalam media audio visual untuk didistribusikan kepada masyarakan sebagai bahan pembelajaran bersama. Sebagai usaha untuk merekam persoalan lokal, maka format dokumenter feature dianggap salah satu cara yang paling efektif dalam menghadirkan dan membangun kesadaran bersama tersebut.

Produksi Dongeng Rangkas berlangsung selama 3 bulan (Mei – Juli 2011), yang melibatkan pelaku dokumenter Forum Lenteng, Jakarta dan Saidjahforum, Rangkasbitung. Proses perekaman film dilakukan di desa Kampung Muara, Kawasan Sungai Ciujung, Kota Rangkasbitung, dan suasana stasiun Kereta Api Rangkasbitung.

Film ini berusaha memotret Rangkasbitung dari aktivitas-aktivitas masyarakat yang diwakili oleh sosok dua orang penjual tahu; Kiwong dan Iron. Dua tokoh ini dapat dianalogikan sebagai potret dua pemuda yang hidup paska Reformasi 1998 yang hidup di sebuah kota berjarak 120 Km dari ibu kota Jakarta. Kota yang menjadi terkenal oleh buku Multatuli itu, sepertinya begitu lambat tumbuh, di antara hingar-bingar pembangunan paska Reformasi. Kiwong dan Iron adalah dua pemuda sederhana yang memilih hidup sebagai pedagang tahu, sementara mimpi-mimpinya tetap dipegang teguh. Kiwong bermimpi menjadi pemuda yang lebih baik, yang menjadikan keluarga hidup lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan Iron, percaya musik adalah anugrah dari Tuhan, dan ia ingin terus mengembangkan fantasi musiknya di jalur ‘underground’.

Dongeng Rangkas bisa dianggap sebagai satu-satunya dokumenter feature yang hadir dan diproduksi di Rangkasbitung. Hal ini diharapkan dapat menjadi pemicu perkembangan dunia perfilman di Rangkasbitung dan sekitarnya.

Produksi
Filem ini adalah produksi Forum Lenteng yang bekerjasama dengan Komunitas Saidjah Forum, Lebak. Kerja produksi dokumenter ini merupakan bagian dari peningkatan kapasitas komunitas akumassa yang diprakarsai oleh Forum Lenteng. Kerja-kerja dalam program akumassa adalah melakukan pendidikan media kepada komunitas dalam rangka membangun kesadaran “media” kepada masyarakat sebagai bagian dari pengembangan diri dan masyarakat sekitar. Aktivitas akumassa dapat dilihat di www.akumassa.org.

—————
Tim Kerja
—————

KOLABORASI PENYUTRADARAAN
Andang Kelana, Badrul “Rob” Munir, Fuad Fauji, Hafiz & Syaiful Anwar
KAMERA
Syaiful Anwar & Fuad Fauji
ASISTEN KAMERA
Andang Kelana & Badrul Munir
PEWAWANCARA
Badrul “Rob” Munir, Andang Kelana, Fuad Fauji, Helmi Darwan & Zainudin “Dableng”
PENYUNTING
Hafiz & Syaiful Anwar
PENYELARAS SUARA
H. Sutan Pamuncak
KOREKSI WARNA
Ari Dina Krestiawan
DOKUMENTASI
Badrul Munir, Fuad Fauji, Zainudin “Dableng”, Bima Mulia, Aboy Sirait, Andang Kelana, Litbang Forum Lenteng & Litbang Saidjah Forum
MANAJER LAPANGAN
Helmi Darwan
ASISTEN MANAJER LAPANGAN
Aboy Sirait, Kuni Ahmed
PIMPINAN PRODUKSI
Otty Widasari
PRODUSER
Hafiz Rancajale
PRODUKSI
Forum Lenteng, akumassa & Saidjah Forum

Spesifikasi Teknis
2011 | Warna | PAL | 75 menit | Bahasa Indonesia & Sunda
Subteks Bahasa Indonesia & Bahasa Inggris | 17+

Didukung oleh
FORUM LENTENG | AKUMASSA | SAIDJAH FORUM | THE FORD FOUNDATION

———————–
Forum Lenteng
———————–
Forum Lenteng adalah organisasi nirlaba egaliter sebagai sarana pengembangan studi sosial dan budaya. Forum Lenteng berdiri sejak tahun 2003 yang didirikan oleh mahasiswa (ilmu komunikasi/jurnalistik), pekerja seni, periset dan pengamat kebudayaan — untuk menjadi alat pengkajian berbagai permasalahan budaya dalam masyarakat, guna mendukung dan memperluas peluang bagi terlaksananya pemberdayaan studi sosial dan budaya Indonesia. Forum Lenteng bekerja dengan merangkum serta mendata aspek-aspek sosial dan budaya yang mencakup kesejarahan dan kekinian di dalam kerangka kajian yang sejalan dengan perkembangan jaman dengan mengadakan pendekatan solusif bagi keberagaman permasalahan sosial dan budaya di Indonesia serta dunia internasional. Salah satu medium yang digunakan Forum Lenteng adalah medium audio visual (film dan video).

Jl. Raya Lenteng Agung No.34 RT.007/RW.02
Lenteng Agung, Jakarta Selatan
Jakarta-12610
Indonesia

———————–
Saidjah Forum
———————–
Saidjahforum adalah kelompok belajar yang didirikan oleh mahasiswa jurnalistik pada 3 Februari 2005 di Serang, Banten. Seiring dinamika organisasi, Saidjahforum kini menetap di Lebak, fokus pada kerja komunitas berbasis teks, video dan arsip, kajian sosial budaya. Saidjahforum didirikan sebagai respon terhadap pembelajaran non-akademik dan selalu memastikan akses terbuka terhadap pendidikan.

JL.Kitarung, Kampung Jeruk No.54, Rangkasbitung, Lebak-Banten. 42311.

Informasi
T/F (62 21) 78840373
dongengrangkas@gmail.com
info@forumlenteng.org

Klab Baca: Saksi Mata

November ini kita akan membaca dan membahas Saksi Mata, sebuah novel sejarah dengan latar belakang Surabaya di zaman penjajahan Jepang yang ditulis oleh Suparto Brata. Dan kita beruntung sekali bahwa kali ini Pak Suparto Brata pun bersedia datang untuk berbagi pengalaman dan banyak cerita menarik lainnya!

Buku Saksi Mata dapat dipinjam di Perpustakaan C2O. Ulasan oleh Antonio Carlos, moderator kita untuk acara ini, bisa dibaca di : http://c2o-library.net/2010/11/saksi-mata/

Biaya Rp. 5.000, mendapatkan kopi/teh dan snack. Info lebih lanjut mengenai klab baca bisa dibaca di bawah, atau hubungi info@c2o-library.net

———————————————
TENTANG KLAB BACA C2O
———————————————

September lalu, kami memulai program bulanan Klab Baca. Klab ini terbuka untuk umum, dengan maksud untuk berbagi, menghargai pengalaman dan pemahaman membaca judul yang sama dalam suasana yang akrab dan seru.

Jika ingin bergabung, silahkan datang di hari pertemuan kita: Jumat keempat tiap bulan, pk. 18.00. Jadual di samping.

Jadual pertemuan Klab Baca:
Jumat keempat tiap bulan, pk. 18.00

28 Oktober 2011 : Harry Potter & the Deathly Hallows (PIC: Andriew Budiman)
25 November 2011 : Saksi Mata (PIC: Antonio Carlos)
28 Januari : Have a Little Faith (Mitch Albom) (PIC: Ary Amhir)*
* = ada sedikit perubahan, Januari depan kita akan membaca Have a Little Faith (Mitch Albom), dan akan dipandu oleh Ary Amhir.

Apa saja yang akan dibaca?
Macam-macam, diajukan oleh anggota untuk kemudian dipilih bersama-sama di saat pertemuan. Boleh dari berbagai genre: novel, sastra, misteri, sci-fi, detektif, cerpen, jurnal, buku anak, komik, biografi, sejarah, budaya, desain, sains, travelling, masak, dll. Jika ada versi eBook/audiobooknya, akan kami pasang di http://c2o-library.net

Moderator:
Yang mencalonkan bukunya! :)

Variasi kegiatan:
– Membahas buku
– Literary games
– Role-playing
– Nonton film
– dsb.

Siapa saja yang boleh gabung?
Terbuka untuk umum, pada siapapun yang tertarik. Tidak masalah meski belum membaca bukunya.
Catatan: untuk meminjam buku, tetap harus menjadi anggota C2O

Iuran Rp. 5.000/pertemuan, mendapat:
– Freeflow kopi/teh
– Snack atau handout
– Sewa gratis buku yang akan dibaca bulan tersebut (harus menjadi anggota C2O)

INFO: info@c2o-library.net

Reportase: Zine // Picnic

Minggu, 30 Oktober 2011. zine//picnic adalah acara perdana mengenai zine yang diselenggarakan oleh c2o library, masuk dalam rangkaian acara Design It Yourself. zine//picnic adalah suatu pertemuan antara zine maker dan penikmat zine dengan menggunakan konsep piknik. Aik (Subchaos) datang tepat waktu, sebelumnya kami cukup khawatir bahwa kawan-kawan zine maker akan datang terlambat karena acaranya terbilang pagi karena ini akhir pekan. Menyusul datang banyak kawan dari Manazine, Seize, JMAA, Ultrassafinah, yang memiliki benang merah yaitu zine religius Islam. Nita Darsono dan Bembi datang membawa pudding. Kami akan berpiknik di dalam c2o library, di halaman masih sangat terlalu panas, padahal Bembi sudah siap dengan kostum piknik andalannya celana kolor! Dan kawan-kawan lain pun berdatangan, dan piknik dimulai! Potluck cukup gagal karena hanya sedikit yang membawa makanan, Nita membawa pudding, Tinta membawa sandwich ganja (daun basil yang terlihat seperti ganja), Novielisa membawa pisang dan mangga, Kathleen menyediakan air es dan popcorn!

Dalam scene underground, zine sebagai salah satu media alternatif dipakai secara efektif untuk membahas isu dan distribusi informasi dalam scene tersebut. Sampai sekarang zine tetap efektif meskipun zine fisik (fotokopian) berkurang digantikan dengan webzine (zine berbasis website) dan zine berbasis social media (tumblr). Di Indonesia, zine akrab dikenal sebagai media perlawanan terhadap media mainstream dan dalam perkembangannya mulai hadir personal zine dengan tema-tema yang tidak bermaksud melakukan perlawanan melainkan lebih “bersenang-senang”. Dan zine tidak hanya milik scene underground, semua komunitas dan semua orang bisa menggunakan zine sebagai media untuk mendistribusikan informasi dan gagasan dengan biaya yang murah dan sebagai ekspresi kreatifitas.

Mungkin zine//picnic adalah peristiwa langka dimana zine “religius” bertemu dengan zine “sekuler”. zine//picnic juga menjadi momentum kebangkitan zine di Surabaya. Zine di Surabaya muncul sekitar tahun 1996 dengan kelahiran Subchaos, zine kolektif dengan tema hardcore/punk yang dibuat oleh Aik bersama kakak kandungnya namun tenggelam pada tahun 2001 saat Aik memutuskan membuat Subchaos #8 sebagai edisi perpisahan. Pada tahun 2006, Bembi menerbitkan KurangXajaR, hanya tinggal dia seorang yang membuat zine dalam scene hardcore/punk. Gelombang kedua sekitar tahun 2000 muncul beberapa zine dari scene musik indie-pop seperti Pool Cat, Iki, dan menyusul Mellonzine, tapi tenggelam pada tahun 2006.

Bisa dibilang bahwa zine//picnic menjadi penanda gelombang ketiga pergerakan zine di Surabaya dengan kelahiran 11 zine yaitu Sometimes I Do Mind The Animals, coretmoret, Botol, Dumb, main(k)an, Kremi, Aligator, KHAAK, Tropical Rembulan, Helloworld, Sunshine, dan peluncuran Subchaos #9, Halimun #6, dan kurangXajar #4. Juga di-share-kan beberapa edisi SA’I, Manazine, Seize, Ultrassafinah, JMAA, dan Katalis. Benar-benar kejutan, total 19 zine!

Rasa senang akan membuat zine dan ingin berbagi kepada siapa saja menjadi pendorong kawan-kawan untuk memproduksi zine dengan tema yang beragam. Acara zine//picnic dimulai dengan masing-masing partispan mendeskripsikan zine yang dibuatnya.

Acara berlangsung dari pk. 11.00 – 16.00. Dari zine//picnic dapat dilihat bahwa zine tidak hanya milik scene underground, semua orang bisa membuat zine dengan tema apapun, zine merupakan media alternatif yang demokratis, semua orang bebas men-share-kan ide, pemikiran, argumentasi, dan apapun.

Zine//picnic menghasilkan kompilasi zine yang bertajuk sama dengan nama acara yaitu zine//picnic compilation, anda bisa mengunduhnya secara gratis dan legal melalui link dibawah ini .
http://www.archive.org/details/ZinepicnicCompilation (160mb)

———————————–
zine//picnic compilation :

Aligator – Arti Pijar
Botol – Pinkan Victorien
CORATMORET – Nita Darsono
Dumb – Rizky Juniartama
Halimun #6 – Anitha Silvia
Helloworld – Iyan Fabian
JMAA – Anom
KHAAK – Eko Ende
Kremi – Rici Alric
KurangXajaR #4 – Bembibum Kusuma
main(k)an – Young Kadeer & Juve Sandy
Manazine
SA’I #10
Seize
Sometimes I Do Mind The Animals – Novielisa
Subchaos #9
Sunshine – Bagus Priyo

Kisah di Balik Pintu

Jumat, 18 November 2011, pk. 18.00
C2O, Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264
(Jalan kecil seberang Konjen Amerika. Lihat peta di: http://c2o-library.net/about/address-opening-hours/)

Bersama penulis, Soe Tjen Marching
Moderator: Ary Amhir, penulis TKI di Malaysia, Indonesia yang Bukan Indonesia.

Bagaimana para perempuan Indonesia menampilkan jati diri mereka di depan publik? Dan apa yang terjadi di balik pintu, ketika tak sepercik matapun mengintip tingkah laku mereka dan mereka mempunyai kesempatan untuk lebih leluasa?

Buku ini memaparkan perbedaan antara representasi identitas perempuan di publik dan privat, dengan membandingkan otobiografi dan buku harian yang ditulis oleh beberapa perempuan Indonesia di masa Orde Baru. Dalam periode tersebut, gender adalah salah satu fokus utama dari indoktrinasi pemerintah. Perempuan sering kali terpenjara oleh stigma-stigma patriarki yang dibentuk oleh ideologi ini.

Dalam lingkup yang demikian, tidak mengherankan bila otobiografi perempuan Indonesia yang diterbitkan pada masa itu menampakkan adanya kemanutan pada stigma-stigma ini. Sebaliknya, dalam buku harian, penulis-penulisnya bisa lebih leluasa menyuarakan pemberontakan mereka. Namun, walalu buku harian lebih leluasa menyuarakan penyempalan mereka terhadap norma dan ideologi, nilai-nilai patriarki masih bisa ditemukan di dalamnya.

“Buku ini amat original dan menggebrak.” — Susan Blackburn, University of Monash, Australia

Soe Tjen Marching adalah seorang penulis, akademisi, dan komponis. Karya-karyanya telah memenangkan berbagai penghargaan nasional maupun internasional. Novelnya yang berjudul Mati, Bertahun yang Lalu diterbitkan oleh Gramedia (2010), dan telah diluncurkan di C2O Januari lalu.

Reportase: Diskusi bersama editor National Geographic Indonesia

Sebuah permintaan mendadak disampaikan oleh Purwo Subagiyo, seorang digital strategist National Geographic Indonesia dalam persinggahannya di Surabaya. “Bisa nggak disiapkan tempat di C2O untuk ngobrol santai dengan mas Yoan?”

Yoan adalah panggilan akrab dari Mahandis Yoanata, seorang pecinta sejarah yang juga seorang editor di majalah National Geographic Indonesia. Di hari yang sama, ia dan fotografer Feri Latief membagi pengalamannya dalam melakukan pelputan untuk NGI di kampus ITS Surabaya. Malamnya ia bertandang ke C2O untuk berbagi cerita mengenai kota lama di Surabaya.

“Saya sudah menyusuri beberapa kantor lama di Surabaya, kebanyakan bagunannya masih dalam kondisi baik. Surabaya ini menurut saya memiliki kota lama yang paling bagus dibandingkan Jakarta, Bandung, atau Semarang,” kata Yoan.

Lantas kisah-kisah tentang bangunan lawas pun mengalir lancar dari mulutnya. “Kalian tahu bangunan bekas kantor pajak di daerah Jembatan Merah yang dahulu dibangun oleh Berlage?” tanya Yoan kepada peserta diskusi kecil ini. Lantas ia bercerita tentang patung singa yang ada di depan gedung tersebut dan menghubungkannya dengan simbol singa milik Santo Markus yang menjadi lambang Venesia. “Bisa jadi, dulu Berlage melihat Surabaya sebagai Venesia dari timur, karena begitu banyak sungai dan kanal yang melintas kota,” kata Yoan.

Ia juga menjelaskan dengan detail tentang makna kaca patri yang ada di dalamnya. “Lambang Firaun dan tujuh bulir padi di kanan kiri itu bisa jadi merujuk pada mitos kuno tentang masa panen dan paceklik selama tujuh tahun yang melanda Mesir kuno. Semacam pesan untuk memanfaatkan pajak sebelum datang musibah di kemudian hari,” kata Yoan.

Pria yang berasal dari Jogja ini juga bercerita tentang lambang Syria kuno yang menghiasi setiap brankas yang ada di kantor-kantor milik Belanda. “Saya ini selalu memperhitungkan detail dan mencatatnya,” kata Yoan.

Diskusi tentang sejarah dan budaya kuno berlangsung seru. Berbagai tanya jawab juga dilontarkan oleh peserta yang tidak banyak itu. Lukman Simbah bertanya tentang kebijakan tata kota kolonial yang disambung oleh Bucu, seorang mahasiswa Planologi ITS. “Belanda dulu mendesain sebuah kota dengan mempertimbangkan apa yang akan terjadi di masa depan,” kata Bucu.

Yoan juga merasa senang dengan keberadaan c2o di Surabaya. “Cari tempat sharing kayak gini di Jakarta sudah jarang, dulu ada dua di Depok, tapi entah sekarang…” kata Yoan.

akumassa Surabaya

Pemutaran & diskusi video akumassa Surabaya
Sabtu, 12 November 2011, pk. 18.00 – 21.00
Bersama kelompok Studi Kinetik
Gratis & terbuka untuk umum.

Kompilasi video akumassa Surabaya merupakan bagian keseluruhan dari program workshop akumassa yang telah dilakukan oleh Kinetik, sebuahkelompok studi media di Surabaya bekerja sama dengan Forum Lenteng, sebuah lembaga non-profit yang befokus soal pengembangan media dan masyarakat di Jakarta.

Akumassa sendiri merupakan program advokasi dan pengembangan komunitas dalam bentuk lokakarya (workshop) yang difasilitasi oleh Forum Lenteng. Secara mendasar, program akumassa adalah tentang penggunaan medium video, text dan media online di komunitas-komunitas pekerja kreatif muda (mahasiswa, seniman muda, pelaku budaya lokal) di Indonesia guna mendorong kemandirian dalam masyarakat. Program ini memfokuskan kepada pengkajian aspek-aspek sosial dan budaya yang dibentuk sebagai materi pembelajaran guna mengupayakan kesadaran partisipatoris akan persoalan-persoalan yang hidup di dalam masyarakat. Untuk program distribusi media online akumassa bisa dilihat di website http://akumassa.org/

Dalam kompilasi video yang singkat ini, terdapat beberapa bingkaian yang menjadi fokus bagi Kinetik dan Forum Lenteng dalam merekam narasi-narasi kecil, isu sosial masyarakat, kesejarahan serta kekinian di kota Surabaya, diantaranya adalah:

1. “Alkisah di Ampel” (Perkampungan masyarakat Arab di Surabaya sebagian besar berasal dan bermukim di sebuah kawasan yang mengelilingi Makam Suci Sunan Ampel. Masayarakat Arab di Surabaya kerap disebut sebagai penduduk “Ngampel”. Permukiman, pusat ekonomi dan religius, tertata dalam satu lingkup perkampungan kecil di Kawasan Wisata Religius Ampel, Surabaya.)

2. “Angin Barat Cak Meli” (Kampung yang berada di Pantai Ria Kenjeran yang terletak di Surabaya bagian timur ini tidak lepas dari kehidupan nelayan yang menjadikan laut sebagai tempat untuk mencari nafkah.Sebut saja Desa Nambangan, yang terletak di selatan Jembatan Suramadu yang menuju ke arah Taman Wisata Pantai Ria Kenjeran. Ketika matahari mulai terbit, banyak perahu milik warga yang datang atau bergegas menuju ke tengah laut untuk menjala maupun menjaring ikan. SemenjakJembatan Suramadu dibangun, banyak nelayan yang mencari ikan di bawah
jembatan tersebut.)

3. “Irama Budaya” (Salah satu cara kelompok Ludruk ini untuk bertahan dalam perkembangan dunia hiburan adalah dengan tetap berpentas walaupun megap-megap. Namun, sejak beberapa bulan lalu mereka mendapat tempat pentas yang baru sekaligus tempat tinggal para pemain Ludruk yang kesemuanya adalah pria. Mereka mendapat sebuah gedung di lingkungan kompleks Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya, di mana Grup Srimulat memulai sejarahnya.)

4. “Kesepakatan Sentolop” (Pasar senter adalah pasar loak yang paling berbeda dibanding pasar loak lainnya di Surabaya. Karena pasar loak yang satu ini buka mulai pukul tiga pagi tanpa ada lampu yang menerangi. Subuh-subuh sudah ramai pengunjung dengan senter masing-masing yang mengunjungi pasar itu, oleh sebab itu kami menyebutnya Pasar Senter. Berbeda dengan para pedagang, mereka menyebut pasar ini dengan sebutan Pasar Subuh atau Pasar PMK (karena lokasi pasar yang berada di samping Dinas Pemadam Kebakaran). Bahkan ada yang menyebut Pasar maling, karena disinyalir pasar tersebut menjual barang-barang hasil curian. Pasar ini harus sudah tutup pada pukul Sembilan pagi, karena akan beralih fungsi sebagai Pasar Cincin Akik seperti biasanya.)

5. “Poo Tay Hie” (Pertunjukan boneka tradisional masyarakat etnis Tionghoa yang masih bertahan di Surabaya yaitu di Klenteng Kampung Dukuh, Surabaya Utara. Isi cerita dalam pertunjukan wayang ini selalu menceritakan tentang jaman kerajaan China atau tentang dewa–dewa mereka. Dalam pertunjukan wayang di klenteng ini telah terjadi akulturasi budaya, yaitu percampuran bahasa antara bahasa Cina, Jawa dan Indonesia.)

6. “Warung Catur” (Warung yang bertempat di pinggir Jalan Ngagel ini sudah beridiri sejak 1 taun lalu. Warung Catur dulunya sempat akan tutup dikarenakan bangkrut sebab sepi pengunjung. Akan tetapi, karena ada seorang pelanggan yang mau membeli untuk tetap mempertahankan satu-satunya warung dengan konsep permainan catur itu, jadi Warung Catur tetap buka. Kebanyakan para pengunjung yang datang di Warung Catur adalah para pekerja yang sedang beristirahat karena di sekitar warung tersebut terdapat toko-toko dan bengkel mobil. Warung ini hanya menyediakan minuman dan makanan ringan saja. Sambil beristirahat, para pekerja biasanya minum kopi dan bermain catur dengan waktu yang sangat lama. Warung ini juga menjadi Kantor Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia) cabang Surabaya.)

Reportase: DIY #8 Urban Planning

Di hari terakhir DIY Talks, yang diadakan hari Sabtu, 29 Oktober 2011, kami membahas tata kota (urban planning), dengan memfokuskan pada pertanyaan: tata kota seperti apa yang dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan komunitas kreatif secara berkelanjutan (sustainable)? Panelis hari itu adalah Gunawan Tanuwidjaja dari UK Petra, Anas Hidayat dari Republik Kreatif, MADcahyo dari noMADen, Wahyu Setyawan dari arsitektur ITS, dan Iman Christian dari Bappeko (Badan Perencanaan Pembangunan Kota).

DIY Ideas

DIY Ideas: A Casual Crowd Sharing Session
Presenting ideas about design, communities, social innovations & whatever things that matters
Sunday, 30 October 2011, 17.00-21.00

C2O Library, Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264
(map & direction: http://c2o-library.net/about/address-opening-hours/)
INFO: (031) 77525216 / 0858 5472 5932

Featuring fellows of innovative ideas:
– Hifatlobarin travel institute
– Kolom Kota
– Surabaya Tempo Dulu
– BRAngerous
– Motionanthem
– Gathotkaca Studio
– Ordes
– Young Make it
– Akademi Berbagi Surabaya
– Save Streed Child Surabaya
– Ayorek

Urban Planning

Sabtu, 29 Oktober 2011, pk. 17.00
Perpustakaan C2O
Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264
(lihat peta di sini: http://c2o-library.net/about/address-opening-hours/)
INFO: (031) 77525216 / 0858 5472 5932

Moderator:
Hermawan Dasmanto & Goya Tamara (ARA studio)

Panelist:
Gunawan Tanuwidjadja (Arsitektur UK Petra)
Anas hidayat (Republik Kreatif)
MADcahyo (noMADen)
Iman Christian (Bappeko)
Wahyu Setyawan ( Arsitektur ITS)

DIY TALKS terakhir mengenai urban planning akan berfokus pada upaya untuk merancang tata kota yang berkelanjutan bagi komunitas kreatif untuk dapat saling tumbuh dan berkolaborasi. Dibahas oleh para praktisi muda nan progresif, selain merunut dari sejarah asal penataan kota Surabaya, akan dikaji juga perbandingan tata kota dari berbagai kota di Eropa, Singapura dan Jepang.

DIY SCREENING : Visual Acoustics
Documentary | 2008) | 87 min

Visual Acoustics celebrates the life and career of Julius Shulman, the world’s greatest architectural photographer, whose images brought modern architecture to the American mainstream. Shulman, who passed away this year, captured the work of nearly every modern and progressive architect since the 1930s including Frank Lloyd Wright, Richard Neutra, John Lautner and Frank Gehry.

DIY Market & Zine//Picnic

Tak terasa Design It Yourself hampir berakhir. Menutup rangkaian acara yang menyenangkan ini, kami mengundang teman-teman untuk bergabung dalam acara-acara menarik di hari penutupan, DIY Market & Zine//Picnic.

Minggu, 30 Oktober 2011, pk. 11.00 – 21.00
C2O Library, Jl. Dr. Cipto 20
Surabaya 60264 Indonesia

DIY Market : Made & Trade
Local crafts & designs, secondhand trinkets: Pakaian, Aksesoris, Poster, Buku, Majalah, Perabot Elektronik dan Rumah Tangga, Botol Miras Impor, Kaset, CD, dan produk asik lainnya.

Oleh: Nurify Gadisgelap, Surabaya Fashion Carnival, Poystories, Maritjee, Nitchii, Ike Herdiana, dan Doddy Ach Z.
+ Performance by DJ Arianne

DIY Picnic
Make Scene, Make Zine.

Bergabung dalam ZINE // PICNIC di Perpustakaan C2O dan temui teman-teman zine-makers untuk piknik (potluck–bawa makanan ya!), bertukar dan berbagi zine, juga mengikuti workshop membuat zine.

Mari berbagai makanan, inspirasi, juga proses pembuatan zine.
Gratis dan terbuka untuk umum.

MORE INFO : anithasilvia@gmail.com