Eksplorasi Gastronomi dalam Supper Snapshots

Saya pernah melihat Oxalis memotret. Matanya terpaku di view finder, menatap tanpa kedip objek di balik lensa. Hanya telunjuk dan jempol saja yang bergerak mengatur lensa, seturut mata yang menyasar objek. Kecermatan inilah yang ditunjukkannya dalam proyek fotografi gastronomi, Supper Snapshot.

Oxalis Atindriyaratri tak sendirian merumuskan Supper Snapshot. Ia dan Maarten Wesselius, pemuda asal Negeri Kincir Angin, bereskperimen dengan fotografi dan makanan selama dua tahun. Hasilnya adalah 1.468 foto makanan dari sudut pandang yang unik. Foto-foto mereka tak mengundang selera namun memberikan sudut pandang baru dalam melihat makanan yang kita konsumsi setiap harinya.

Maarten dan Oxalis memulai dengan memotret apa yang mereka makan setiap hari. Saat minum teh di sore hari misalnya, Oxalis bisa memboyong teko, cangkir teh, dan pisin berisikan potongan kue ke halaman untuk dipotret. Acara minum teh serupa piknik di lapangan rumput nan hijau. Di rumah kosnya yang tengah direnovasi, Maarten menemukan pintu kaca yang dilepas. Ia memotong timun hijau dan menyusunnya di atas pintu kaca bening. Timun-timun hijau menjelma menjadi batu pijakan di atas kolam bening. Foto lainnya menunjukkan dua lapis apel yang menguning terkena oksigen. Apel tersebut diletakkan di atas bagan pernapasan manusia. Apel menggantikan ilustrasi jantung manusia. Di foto lainnya, tiga permen gummy bear warna-warni berdiri di sudut meja, seolah tengah bercengkrama.

Maarten dan Oxalis lantas tak sekadar memotret makanan mereka namun juga bereksperimen dengan berbagai benda dan teknik pencahayaan, mulai dari matahari, lampu senter, lampu sepeda, hingga lampu belajar. Maarten bahkan membeli tiga buah lampu IKEA berwarna hijau, kuning, merah ketika memotret paprika dalam tiga warna serupa. Moto proyek mereka pun berubah dari “memotret apa yang dimakan” menjadi “makan apa yang dipotret”. Mereka berusaha memilih makanan baru setiap harinya dan wajib menghabiskan apa yang mereka makan.

Ribuan foto mereka menunjukkan kesederhaan sebuah makanan. Tak ada kemewahan rasa di balik foto mereka, yang ada hanya kepolosan bentuk makanan yang kita lihat setiap harinya. Jeruk yang baru dikupas, wortel beserta akarnya, kulit pir dengan semburat merah alih-alih warna hijau muda. Baik Maarten maupun Oxalis berusaha menunjukkan bahwa makanan tak sekadar menjadi asupan gizi. Makanan telah menjadi bagian integral dari hidup kita sehari-hari. Mengutip Oxalis, makanan menunjukkan budaya, identitas, dan kepribadian manusia.

Oxalis dan Maarten memulai Supper Snapshot  pada tahun 2009 dengan menggunggah sepasang foto setiap hari di suppersnapshots.blogspot.com. Foto di sebelah kiri milik Maarten dan foto sebelah kanan, milik Oxalis, sama halnya Belanda yang terletak lebih di sebelah kiri, sementara Indonesia ada di sebelah kanan. Perjalanan Oxalis dan Maarten telah selesai semenjak tahun 2011. Diakhiri dengan foto potongan makanan berbentuk ‘goodbye’ di atas piring putih. Namun, karya-karya mereka telah memasuki pameran ketiga di Indonesia. Kini, Supper Snapshot  dipamerkan di C20, Surabaya, setelah sebelumnya digelar di Bandung dan Jakarta. Pembukaannya tanggal 9 Maret lalu diramaikan dengan musik akustik deux mois dan Pathetic experience.

Duet keren deux mois dan Pathetic Experience

Pameran Supper Snapshots akan diselenggarakan pada 9-23 Maret 2013 di C2O. Sembari memilah-milah buku untuk dibaca, mata kita akan dihibur oleh eksplorasi gastronomi karya Maarten dan Oxalis.

C2O mengucapkan banyak terima kasih pada Oxalis, Ting Ting, deux mois dan Pathetic Experience, serta seluruh pengunjung, atas partisipasinya dalam acara menyenangkan ini. Foto: Anitha Silvia.

Email | Website | More by »

Research assistant di Lia Associates, memiliki visi untuk menjadi penulis budaya, memahami kultur lokal dan membaginya dalam tulisan.

Leave a Reply