Reportase: DIY #2 Design Business & Management

Diskusi kedua dalam rangkaian acara Design It Yourself (DIY 2011) yang diselenggarakan pada tanggal 8 Oktober 2011 ini berlangsung hangat dan meriah. Para pembicara terlihat antusias dalam membedah bersama mengenai praktik dan implementasi dari manajemen desain. Diskusi menjadi lebih menarik karena latar pembicara yang beragam, ada yang berasal dari agensi, ada yang berbasis komunitas, ada juga yang berlatar belakang sebagai seorang lonesome freelancer.
Tapi dari semua pembicara memiliki benang merah yang sama, bahwa manajemen terhadap proses desain itu sangat penting. Namun yang membedakan antara satu pembicara dengan pembicara lainnya adalah pelaksanaan manajerial yang tergantung pada jenis usaha yang dijalankan. Maritjee misalnya, ia memilki jam kerja rutin setiap harinya untuk memudahkan produksi tas hasil rancangannya yang dilakukan oleh para pekerja. Sedangkan Bayu, managing director dari graphichapter, mengatakan bahwa alur manajerial di bironya tidak hierarkis (top-down management), melainkan setara. “Saya nggak ingin mematikan adanya potensi ide baru dari para desainer. Selain itu kami membagi dua pola kerja, satu bagian konsep (dikerjakan oleh para senior desainer) dan satu lagi bagian eksekusi (terkadang dikerjakan oleh para junior desainer, biasanya outsourcing mahasiswa desain)”
Untuk jam kerja, GraphiChapter menerapkan jam kerja biasa seperti layaknya kantor lain, tapi ini tidak berjalan kaku. “Seringkali desainer datang setelah Dhuhur atau sore, biasanya yang datang sore ini mereka yang ingin bermalam di kantor. Aturan main kami fleksibel, asalkan finish by deadline. Jadi misalnya ada waktu seminggu untuk bikin dummy, ya sudah terserah desainer mau mengerjakan kapan saja, asalkan selesai pada waktunya, biasanya H-1 sudah diserahkan,” kata Bayu. Sedangkan Nitchii menerapkan standar waktu yang berbeda. Ia mengerjakan berbagai proyek ilustrasinya di malam hari. “Soalnya aku kan masih kerja di agensi ya, jadi kalo sore pulang kerja, malamnya aku kerjain ilustrasi. Di sini passionku. Dalam waktu dekat bisnis ilustrasi dan craft ini mau aku tekuni secara full-time, sedangkan kerja di agensi jadi sampingan…” kata Nitchii.
Komunitas menjadi bagian penting yang menyokong proses kreatif para desainer. Semua pembicara sepakat akan hal tersebut, termasuk Nitchii dan Maritjee yang tergabung dalam serikat desainer wanita di Surabaya yang bernama BRAngerous. “Komunitas kreatif ini yang bikin kita terus berkarya. Sering kita tukar pikiran atau gagasan meski hanya lewat milis saja,” kata Maritjee. Arghubi, dari Aiola dan Global appleworks mengatakan bahwa menjaga keberlangsungan sebuah komunitas juga bukan hal yang mudah. “Pasti jatun bangun, ada yang datang ada yang pergi. Tapi berbagai kolaborasi kreatif membuat kita bisa terus berdiri sampai hari ini,” kata Ghubi yang turut membangun Global appleworks sejak 2004.
Sharing menarik tentang keberadaan komunitas juga disampaikan oleh MADCahyo, seorang sesepuh di deMaya, desainer muda Surabaya, sebuah komunitas untuk para desainer (muda?) yang beberapa kali menggelar acara kreatif di Surabaya, termasuk Surabaya Design Week di tahun 2008. “Komunitas itu seperti rumah, tapi tanpa sekat, tanpa pintu, dan tanpa tembok. Siapapun boleh keluar masuk dan berkontribusi. Anggota deMaya datang dari mana saja, mulai kelasnya profesor hingga mahasiswa, dari freelancer hingga pemerintah kota. Jadi ini merupakan ladang untuk memperluas pergaulan dan saling bersilaturahmi antar insan kreatif,” kata MADCahyo. Pernyataan sesepuh deMaya ini langsung ditanggapi oleh Bayu GraphiChapter,”Sebagai salah satu anggota deMaya, saya juga dapat relasi dengan pemerintah kota dari milis ini. Jadi ya bisa jadi dengan bergabung di komunitas kreatif, selain memperluas pergaulan kita juga bisa menjaring klien baru yang potensial. Komunitas yang kuat dan sustainable seharusnya bisa hidup dan menghidupi anggota komunitas itu sendiri,” kata Bayu.
Namun berurusan dengan pemerintah sendiri masih menjadi domain yang agaknya rawan bagi para desainer. “Mereka itu masih belum punya regulasi yang jelas untuk menentukan tender-tender desain. Konon proyek bagi para desainer masuknya di sub multimedia, tapi proyek multimedia isinya hanya pengadaan komputer di sekolah-sekolah,” kata Bayu.
“Pemerintah itu kadang labil deh, dulu film Surabaya Grammar kami pernah dikoreksi habis-habisan karena banyak kata-kata pisuhan yang vulgar, eh saat kami mengeluarkan CuloBoyo Juniol, malah kami ditawari tender untuk pendidikan animasi bagi sekolah dasar di Jawa Timur. Bingung deh, apa sih maunya pemerintah ini?” kata Vinka, dari Gathotkaca Studio. Kondisi pemerintah kurang wawasan tampaknya menjadi penyebab lesunya atmosfer kreatif di Surabaya. Jadi, konsepsi “managing the design strategy” yang harus dilakukan dalam wilayah besar itu masih belum ada wujudnya di Surabaya. Meski diklaim sebagai kota yang memiliki ciri khas, namun tidak ada visi yang jelas dari para pelaku kreatif di Surabaya, semua berjalan sendiri-sendiri.
“Saya memiliki manajemen berupa: membagi proyek desain menjadi dua; profitable dan non-profitable. Untuk yang profitable saya bagi dua; governmental project atau non-govermental. Nah saat mengerjakan proyek pemerintah (governmental project) maka harus disiapkan tiga platform mental; putih, hitam atau abu-abu. Bekerja dengan pemerintah itu menurut saya kebanyakan wilayahnya abu-abu,” kata Ghubi.
Sedangkan usul menarik datang dai Jeri Kusuma, seorang desainer freelance, yang sering mengerjakan proyek kreatif untuk pemerintah, “Masih ada banyak celah yang bisa dimasuki oleh para desainer. Pemerintah kota Surabaya ini butuh banyak sekali masukan kreatif untuk menyelesaikan permasalahan kota. Saya pernah mengusulkan beberapa ide dan dari sekian ide itu banyak yang diterima. Tapi bekerja dengan pemerintah memang tricky, apalagi untuk proses pembayaran. Saran saya, pakailah kalender kerja pemerintah. Masukkanlah ide sebelum anggaran kerja baru dibuat,” kata Jeri.
Peran pemerintah dalam mendukung iklim kreatif memang masih dibutuhkan. “Seperti kami para penggiat film, sangat sedikit sekali ruang umum di Surabaya yang bisa kita manfaatkan untuk screening film. Padahal untuk menyewa Balai Pemuda, misalnya, itu butuh uang yang tidak sedikit. Padahal para penonton masuk gratis. Jadinya ya kita membiayai proyek kreatif dari hasil kerja reguler dan penjualan merchandise yang tentu saja hasilnya tidak seberapa,” kata Vinka.
“Saya pernah mengurus ijin merek di pemerintah, tapi sepertinya ribet sekali, jadi ya sampai sekarang saya belum mengurus lagi merek saya,” kata Maritjee. “Saya juga masih nyaman dengan proyek-proyek bukan pemerintah,” kata Nitchii. Dua desainer wanita ini justru punya pandangan menarik tentang strategi marketing. “Kami lebih suka menggunakan media internet yang borderless. Karya kami lebih mudah mendapat apresiasi di luar negeri. Setelahnya, saat banyak orang Indonesia yang sudah aware, baru kami pasarkan produk kami untuk orang Indonesia,” kata Maritjee dan diamini Nitchii. Proyek idealis dengan skala kecil ini tampaknya masih menjadi pilihan yang menarik bagi para single fighter freelancer seperti mereka berdua. “Bahkan proyek kolaborasi gratisan menurut saya jauh lebih menarik, tapi suka pusing juga kalo ada orang luar negeri pesan craft saya, terus saya harus mengurus biaya kirim yang jauh lebih mahal dari biaya produksi craft itu sendiri,” kata Nitchii.
Sedangkan Bayu yang harus menghidupi banyak desainer di bawah kendalinya justru punya pemikiran lain. “Dulu awalnya saya berpikir untuk mencari klien sebanyak-banyaknya. Sampai banting harga di depan klien demi mendapatkan efek word of mouth yang bombastis. Tapi nyatanya itu nggak sustainable. Daripada mengurus banyak klien, sebetulnya lebih baik mengurus sedikit klien tapi benar-benar loyal. Menurut pengalaman saya di GraphiChapter, mengurus tiga klien saja dengan proses desain yang benar, dengan manajemen yang bernar, dan dengan bayaran yang benar pula, kita sudah bisa hidup di Surabaya. Bahkan bisa juga kasih bonus gaji ke para desainer saya. Tapi ya harus itu, semua dikerjakan dengan benar,” kata Bayu. []

Klab Baca: Harry Potter & the Deathly Hallows

Oktober ini kita akan membaca dan membahas Harry Potter and the Deathly Hallows! Versi audiobook (mp3) dan eBook (PDF) HP7 tersedia juga di C2O.

September lalu, kami memulai program bulanan Klab Buku. Klab ini terbuka untuk umum, dengan maksud untuk berbagi, menghargai pengalaman dan pemahaman membaca judul yang sama dalam suasana yang akrab dan seru.

Jika ingin bergabung, silahkan datang di hari pertemuan kita: Jumat keempat tiap bulan, pk. 18.00. Jadual di samping.

Jadual pertemuan Klab Buku:
Jumat keempat tiap bulan, pk. 18.00
28 Oktober 2011 : Harry Potter & the Deathly Hallows (PIC: Andriew Budiman)
24 November 2011 : Saksi Mata (PIC: Antonio Carlos)
28 Januari : Sumpah Pemuda (PIC: Kathleen Azali)

Buku apa saja yang akan dibaca?

Macam-macam, diajukan oleh anggota untuk kemudian dipilih bersama-sama di saat pertemuan. Boleh dari berbagai genre: novel, sastra, misteri, sci-fi, detektif, cerpen, jurnal, buku anak, komik, biografi, sejarah, budaya, desain, sains, travelling, masak, dll. Jika ada versi eBook/audiobooknya, akan kami pasang di http://c2o-library.net

Moderator:

Yang mencalonkan bukunya! :)

Variasi kegiatan:

Membahas buku
Literary games
Role-playing
Nonton film
dsb.
Siapa saja yang boleh gabung?

Terbuka untuk umum, pada siapapun yang tertarik. Tidak masalah meski belum membaca bukunya.

Iuran Rp. 5.000/pertemuan, mendapat:

Freeflow kopi/teh
Snack atau handout
Sewa gratis buku yang akan dibaca bulan tersebut (harus menjadi anggota C2O)
INFO: info@c2o-library.net

Reportase: DIY #1 Introduction to Design

“Ayah, desain itu apa?” tanya Jasmine. Pertanyaan yang sebelumnya dilontarkan iseng oleh Ayos padanya. Pak Ramok, ayahnya, tertawa kecil dan menjawab, “Kamu duduk di sini saja. Mungkin nanti kamu akan tahu jawabannya.”

“Sembilan tahun yang lalu pertanyaan yang mirip pernah dilontarkan juga pada saya, oleh calon mertua saya. ‘Kerjanya apa?’ Kalau saya jawab ‘desainer’, mereka tahu nggak yah? Bisa-bisa malah memancing pertanyaan-pertanyaan yang lebih banyak. Jadi saya jawablah, ‘Dosen’. Dan selesailah semua permasalahan,” lanjut Pak Ramok, disambut gelak tawa para pengunjung.

***

Minggu sore, 2 Oktober 2011, tikar-tikar telah siap di pelataran belakang C2O. Sambil menunggu acara dimulai, ada yang melihat-lihat atau membaca-baca buku. Di ruang kecil di belakang, ruang yang disulap menjadi think thank lab (alias kantor, gudang, sekaligus kamar kos (??) C2O), presentasi untuk malam itu disiapkan.

Memang, ada banyak pengertian desain, entah sebagai cara berpikir (way of thinking), pemecahan masalah (problem solving), sebagai hasil, sebagai proses, sebagai hanya visual, dan lain-lain. Di Design It Yourself (DIY), desain kami artikan sebagai sesuatu yang sangat mendasari aktifitas manusia—penempatan dan pengelolaan apapun untuk mencapai tujuan yang dinginkan adalah proses desain. “Semua orang mendesain, ketika mereka merancang rangkaian rencana, cara, aksi, apapun, untuk merubah situasi yang ada sekarang, menjadi situasi yang lebih baik atau diinginkan,” papar Andriew Budiman dalam presentasinya mengenai DIY 2011 yang membuka acara malam itu. Desain di sini kami pahami sebagai pemikiran yang integral, apalagi di jaman yang semakin mobile dengan sistem berjejaring, makin diperlukan ruang untuk bertatap muka, berdialog, menyikapi perbedaan dan berkolaborasi.

Maka, di tahun pertama Design It Yourself, kami mengangkat tema Contemporary Local Design Scenes dengan tujuan mengumpulkan, meneliti dan memetakan situasi, kondisi, dan permasalahan-permasalahan dalam desain di Surabaya. Fokus utama memang pada dialog dan diskusi, dengan suasana yang santai dan tentunya tidak kehilangan begejegan khas Suroboyoan.

Design & Business Management

Sabtu, 8 Oktober 2011
C2O Library
Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264

17.00-19.30
DIY Talks Day 2: Design Business & Management
Pembicara:
Bayu Prasetya (Graphichapter)
Arghuby (Aiola Store)
Nitchii (nitchii.net)
Vinka (Gathotkaca Studio)
Maritjee (maritjee.blogspot.com)

Moderator:
Ayos Purwoaji (Hifatlobrain Travel Institute)

Bagaimana sistem kerja dan gaya “ngantor” yang sesuai untuk desainer? Bagaimana pendekatan mereka untuk menaklukkan pasar? Diskusi hari kedua akan membahas bagaimana setiap desainer mendesain sistem dan manajemen yang sesuai dengan entitas mereka masing-masing.

19.30-21.00
DIY Screening: Objectified
Documentary | UK | 2009 | 75 min

Mendokumentasikan proses kreatif dari desainer produk paling berpengaruh di dunia. Ini adalah dokumenter tentang relasi kompleks kita dengan produk di sekitar kita hingga ke desainer dibalik produk tersebut. Melalui objek-objek sekitar, kita dapat belajar mempertanyakan siapa dan akan menjadi apa diri kita.

c2o newsletter vol. 18: Design It Yourself 2011

Semua orang mendesain, ketika mereka merancang rangkaian rencana, cara, maupun aksi untuk merubah situasi yang ada sekarang, menjadi situasi yang lebih baik. Desain adalah sesuatu yang sangat mendasari aktifitas manusia—penempatan dan pengelolaan apapun untuk mencapai tujuan yang dinginkan adalah proses desain.

Pertanyaannya adalah, apa yang ingin kita tuju? Apa yang dimaksud dengan “situasi yang lebih baik” atau “tujuan yang diinginkan”? Bagaimana kita menuju ke sana? Apa saja yang kita perlu kita lakukan?

Sebelum kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, mungkin pertama-tama kita perlu mengerti dulu situasi kondisi (desain) di Surabaya. Dari pengalaman kami sejauh ini, ada beberapa keluh kesah dan pola umum yang dapat dengan mudah didengar di berbagai forum dan tempat, mulai dari yang resmi hingga warung kopi, antara lain: Pertama, sebagai disiplin (akademis) maupun industri, usia desain masih sangat muda di Surabaya dibandingkan dengan kota rujukan lainnya. Kedua, minimnya media dan ruang (space) yang mengakomodir komunitas, perkembangan dan dialog. Ketiga, minimnya referensi dan dokumentasi. Keempat, kemampuan komunikasi, presentasi yang kurang terlatih.

Permasalahan-permasalahan di atas, perlu ditelaah dan ditempatkan sesuai konteksnya. Sebagai langkah pertama untuk mencari solusi, penting bagi kita untuk meneliti, mengumpulkan, dan memetakan data untuk merumuskan permasalahan-permasalahan ini seakurat mungkin.

Untuk itu, di tahun pertama acara ini, kami mengajak semua pihak—komunitas, praktisi, akademisi, bisnis—yang berkaitan dengan desain di Surabaya untuk bersama-sama mengintrospeksi diri dan berbagi cerita menvgenai situasi kondisi masing-masing dalam satu forum. Semua acara dilakukan tiap akhir pekan di C2O. Gratis dan terbuka untuk umum.

Hasil dialog ini kemudian akan didokumentasikan sebagai publikasi pasca-acara yang harapannya dapat kemudian digunakan sebagai data untuk perumusan dan analisa permasalahan. Kami berharap, keberadaan dokumentasi dan publikasi ini dapat sedikit membantu membuat permasalahan-permasalahan yang mungkin terasa begitu kompleks dan kabur menjadi lebih terlihat (visible) dan terwujud (tangible). Kami percaya, dokumentasi dan referensi adalah langkah awal yang penting untuk sebuah proses: Design It Yourself.

Catatan: Selain kegiatan-kegiatan DIY, bulan ini juga ada kegiatan lainnya, seperti IK’OL’SAN (Ikutan Ngobrol Santai), bedah buku Garis Batas oleh Agustinus Wibowo, dan Klab Buku #2 C2O yang akan membahas Harry Potter & the Deathly Hallows. Lengkapnya, lihat jadual di bawah, atau unduh newsletter kami di : http://www.archive.org/download/C2oNewsletterVol.18October2011/c2o-newsletter18.pdf

Introduction to Design

C2O library, Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya
Minggu, 2 Oktober 2011, 17.00

17.00 DIY TALKS Day 1
Intro to DIY (Design It Yourself)
Introduction to Design
Panelis:
Bing Fei (Vaith Design)
Josef Prijotomo (Guru Besar Arsitektur ITS)
Anas Hidayat (Republik Kreatif)
Moderator : Ramok Lakoro (DKV ITS)

Diskusi hari pertama dimulai dengan pengantar desain secara umum dan universal. Mulai dari makna kata desain, proses, hingga peranan dan tantangannya dalam peradaban manusia. Semuanya dikontekskan dengan kondisi terkini di masyarakat.Menghadirkan panelis dari disiplin dan modus kreatif yang berbeda-beda sehingga memancing keberagaman perspektif pikiran.

20.00 DIY Screening
The Genius of Design Episode 1 : “Ghosts in the Machine”
Duration 48m

Reportase: Wacana Gender dalam Seni Rupa Indonesia

Sabtu sore, 24 September 2011, tikar-tikar digelar pelataran belakang C2O.  Pot-pot rosemary dipasang di sela-sela—pengusir nyamuk sekaligus penghijau mata.  Makanan berupa cupcakes coklat vanilla, gorengan, semangka dingin dan es teh limun digelar di atas meja panjang di samping, dijaga oleh Antonio Carlos dan intern favorit kami, Deasy.  Erlin datang membawa makarani schotel buatannya, dan langsung …

Rupa Tubuh: Wacana Gender dalam Seni Rupa Indonesia (1942-2011)

Peluncuran & Diskusi Buku Katalog Data IVAA #1
Rupa Tubuh: Wacana gender dalam Seni Rupa Indonesia (1942-2011)

Sabtu, 24 September 2011
Pukul: 18.00 – 21.00

C2O Library Surabaya
Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264
Peta bisa dilihat di: http://c2o-library.net/about/address-opening-hours/

Presentasi oleh
Farah Wardani, Direktur Eksekutif, IVAA
Yoshi Fajar Kresnomurti, Outreach Program, IVAA
Dr. Diah Ariani Arimbi, dosen Fakultas Ilmu Budaya UNAIR, penulis Reading Contemporary Indonesian Muslim Women Writers
Khanis Suvianita, dewan penasihat, GAYa NUSANTARA. Redaksi Jurnal Gandrung: Kajian Seksualitas Kritis.

Moderator:
Prof. Esther Kuntjara, dosen Fakultas Sastra UK Petra, penulis Women and Politeness dan Gender, Bahasa dan Kekuasaan

…………………………………………………………………………………………………………

Perkembangan seni rupa (modern) Indonesia disadari maupun tidak dipengaruhi secara langsung maupun tidak, dimaui maupun tidak, akan selalu terkait dengan persoalan gender. Gender selalu melekat, dilekatkan dan mengalami proses pelekatan dalam sejarah seni rupa (modern) Indonesia.

Arsip seni visual dipahami sebagai media membaca dan alat pembacaan perkembangan masyarakat. Perjalanan dan perkembangan dunia seni rupa (kontemporer) Indonesia sesungguhnya telah melahirkan berbagai produksi pengetahuan yang dihasilkan dari perputaran dan pergulatan karya seni rupa maupun proses berkarya, jalan hidup seniman maupun komunitas seni, ruang peristiwa seni maupun ruang kehidupan sehari-hari.

Katalog kecil ini berangkat dari perdebatan estetika beserta penilaian-penilaiannya, tetapi dari bagaimana pernyataan, strategi dan eksperimentasi (estetik) dipraktikkan. Tujuannya lebih pada urgensi dan menemukan strategi visual yang dengan tepat menggambarkan keterlibatan dan posisi seni visual dalam keadaan sekarang dan sebagai inspirasi masa yang akan datang.

Buku Katalog Data IVAA ini menggelar data yang dirangkai dan dikumpulkan dari peristiwa-peristiwa seni visual Indonesia. Dikurasi dari database IVAA sebagai produk pengetahuan dari kerja dokumentasi IVAA selama ini untuk pengembangan wacana pengetahuan masyarakat kontemporer. Buku saku ini dimaksudkan untuk ikut membangun bahan, medium dan wacana seni rupa dan perkembangan masyarakat bagi dunia pendidikan dan eksperimentasi praktik seni rupa di masa yang akan datang.

Buku Katalog Data IVAA Rupa Tubuh merupakan yang pertama dari empat seri Katalog Data IVAA, yang akan diterbitkan secara bergiliran per bulannya. Ketiga buku Katalog Data lain bertemakan Seni Rupa dengan: Lingkungan, Industri Kreatif, dan Multikulturalisme.

Penelitian hasil kerjasama antara:
Indonesian Visual Art Archive (IVAA) & HiVOS: People Unlimited
…………………………………………………………………………………………………………

Acara ini diselanggarakan oleh:

Indonesian Visual Art Archive
Jalan Ireda Gang Hiperkes MG I-188 A/B
Kampung Dipowinatan, Keparakan
Yogyakarta 55152
I N D O N E S I A
Tel./Fax: +62 274 375 262
Email. program[at]ivaa-online.org or melisa[at]ivaa-online.org
Website: www.ivaa-online.org

C2O library
Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264
Telp: +62 858 5472 5932
Email: info@c2o-library.net
Website: http://c2o-library.net
http://facebook.com/c2o.library

…………………………………………………………………………………………………………

Didukung oleh:

GAYa NUSANTARA
Jl. Mojo Kidul I No 11 A
Surabaya 60285
Telp/Fax +62 31 – 5914668
Website: www.gayanusantara.or.id
Email: gayanusantara@gmail.com

BRAngerous: Women Art Exhibition
http://brangerous.blogspot.com/

Klab Buku: Serah Jajah dan Perlawanan yang Tersisa

Klab Buku C2O #1:
Serah Jajah & Perlawanan yang Tersisa – Etnografi Orang Rimba di Jambi

Pembicara, penulis:
Adi Prasetijo, Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD)
Moderator:
Ayos Purwoaji, Hifatlobrain Travel Institute

Tanggal & waktu:
Kamis, 22 September 2011
18.00 – 21.00

Lokasi:
Perpustakaan C2O, Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264
Telp: 031-77525216
Peta lokasi: http://c2o-library.net/about/address-opening-hours/

————-

Buku ini sangat perlu dibaca oleh siapapun yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai etnografi kehidupan Orang Rimba atau Suku Anak Dalam di Jambi. Serah naik jajah turun merupakan perlambangan dari hubungan dominasi minoritas antara Orang Rimba dan Orang Melayu.

Pengalaman penulis yang telah beberapa tahun tinggal bersama dengankomunitas Orang Rimba sangat memperkaya penggambaran informasi dan kejadian pada kehidupan Orang Rimba itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya. Haruskah mereka tetap menjadi Orang Rimba atau memilih untuk tidak diakui sebagai Orang Rimba

………………………………..
Tentang Klab Buku C2O:
………………………………..

Mulai September 2011, C2O mengadakan Klab Buku setiap hari Kamis minggu keempat, 18.00-21.00. Klab ini terbuka untuk umum, dengan maksud untuk berbagi, menghargai pengalaman dan pemahaman membaca judul yang sama dalam suasana yang akrab dan seru.

Peserta klab dapat mengajukan pilihan-pilihan buku untuk dibaca. Dari pilihan tersebut, 3 akan dipilih untuk 3 bulan berikutnya Buku boleh dari berbagai genre yang tersedia di C2O: novel, sastra, misteri, sci-fi, detektif, cerpen, jurnal, buku anak, komik, ataupun non-fiksi seperti biografi, sejarah, budaya, desain, sains, travelling, masak, dll. Peserta yang mengajukan buku, akan menjadi pemandu acara pertemuannya.

Untuk bergabung dalam klab ini, silakan datang ke tiap hari Kamis keempat. Untuk pertemuan perdana klab yang akan dilangsungkan 22 September ini, kita akan membahas buku Serah Jajah dan Perlawanan yang Tersisa: Etnografi Orang Rimba di Jambi. Silahkan datang!

c2o Newsletter vol. 17

Selamat Idul Fitri 1432H! Mohon maaf lahir batin, atas segala kesalahan kami, sengaja maupun tidak sengaja. Semoga kita bisa bersama-sama terus menjadi lebih baik.

Selesai liburan ini, ada berbagai kegiatan menanti di C2O.

Andy Soeprijo, penulis Kisah-kisah Bijaksana dari Negeri Naga, khusus datang dari Malang untuk meluncurkan buku-bukunya di hari Minggu, 17 September, 13.00.

Sebagai tema pemutaran film, kami mengangkat gender dan seksualitas dalam seni. Ada berbagai variasi film di sini, dari cult, drama, komedi, dan semuanya menampilkan seni, gender dan seksualitas yang beragam dan cair. Ini juga bertepatan dengan peluncuran dan diskusi buku katalog data #1 IVAA, Rupa Tubuh: Wacana Gender dalam Seni Rupa Indonesia (1942-2011).

Karena C2O kini buka di hari biasa hingga pk. 21.00, kami akhirnya memulai program yang sudah lama ingin kami jalankan: klab buku! Kegiatan ini akan diadakan setiap bulan, di hari Kamis keempat, pk. 18.00 – 21.00. Untuk bulan September, kami beruntung sekali kedatangan penulisnya langsung, Adi Prasetijo, penulis buku Serah Jajah dan Perlawanan yang Tersisa: Etnografi Orang Rimba di Jambi.

Jangan lupa juga untuk membaca reportase acara kami saat memutar dan mendiskusikan film dokumenter Rumah Abu Han, dan Mentawai Tattoo Revival.

Perpustakaan memang bisa menjadi pusat informasi, membaca buku, membuat penelitian, tugas sekolah, pembelajaran. Tapi di perpus kita juga bisa mempraktekkan dan mendiskusikan apa yang sudah kita baca, bertemu dengan orang-orang yang memiliki berbagai ketertarikan, sekedar nongkrong, bersantai, mencari teman baru. Kami membuka kesempatan bagi teman-teman untuk memanfaatkan ruang C2O untuk berbagai kegiatan. Hubungi kami di info@c2o-library.net.

Selengkapnya, silahkan mengunduh newsletter kami di archive.org:
http://www.archive.org/download/C2oNewsletterVol.17/newsletter17.pdf