Kemajemukan identitas & ketionghoaan di Indonesia

Apa itu “ketionghoaan”? Bagaimana kita memaknai identitas Tionghoa? Bagaimana faktor lokal dan global berperan dalam pembentukan identitas dan makna Tionghoa? Acara yang digelar di TB Petra Togamas pada hari Jumat, 22 Februari, pk. 16.00 ini membedah buku Identitas Tionghoa: Pasca-Suharto—Budaya, Politik dan Media karya Chang-Yau Hoon. Dalam acara ini, hadir tiga pembicara: Dr. Chang-Yau Hoon sendiri, Dra. Sri Mastuti, dan Dr. Budiawan.

Kehidupan Rahasia Pembaca (3/3)

Ada kesadaran yang sangat meningkat saat ini mengenai penggunaan nontekstual buku. Sekarang dengan makna tekstual buku berpindah online, yang tertinggal sekarang adalah cangkang kosong. Dulu, seperti juga sekarang, menghilangkan nilai objek terkadang menciptakan penekanan pada isi. Melihat ke sejarah abad ke-19 membuat Anda sadar bahwa fenomenon yang cenderung kita tuduh pada digitalisasi sebenarnya terjadi seabad sebelumnya. Ketika kamu membuangnya, nilai buku menjadi berada dalam kata-kata di dalamnya dan bukannya potensi penggunaan ulangnya.

Kehidupan Rahasia Pembaca (2/3)

Jika sejarah buku sudah cukup terbangun, sejarah membaca baru saja terbentuk dalam dua dasawarsa terakhir, menurut Shafquat Tow­heed, pengajar Sastra Inggris di Universitas Terbuka di Inggris, dan direktur dari Reading Experience Database, atau RED.

Kehidupan Rahasia Pembaca (1/3)

Buku mengungkap diri mereka sendiri. Apakah mereka hadir dalam bentuk cetak ataupun pixel, buku dapat dibaca dan diperiksa dan diungkap rahasianya. Pembaca, sebaliknya, jauh lebih sukar dipahami. Mereka meninggalkan jejak—catatan di pinggir halaman, noda pada jilidan—tapi petunjuk-petunjuk penanganan buku itu bercerita dengan sangat terbatas. Pengalaman membaca hilang dengan pembaca. Bagaimana kita mendapatkan kembali pengetahuan dan pengalaman membaca dari masa lalu?

Metodologi Sejarah

Sejarawan, sama seperti ilmuwan lain, punya hak penuh berbicara masalah-masalah kontemporer … Bahkan, mereka yang bekerja di pengalengan ikan, pertukangan sepatu, perusahaan batik, pabrik biskuit, dan dunia usaha lain tetap dapat menjadi sejarawan. Sejarawan adalah penulis sejarah. Titik. (“Cerpenis adalah penulis cerpen, apa pun pekerjaannya”). Tanggalkan anggapan bahwa hanya mereka yang bekerja sebagai dosen universitas …

Museum Sejarah Komunitas (3/3)

Lokakarya diakhiri dengan pengingat bahwa metode berbasis sejarah (yang bisa eksperimental di luar pakem) ini bukan berarti sekedar mengumpulkan informasi secara lisan (atau dengan cara apapun), tapi bagaimana ini bisa menjalin hubungan baik dan memberdayakan individu dan komunitas. Dari lokakarya ini, kita dapat belajar mengenai berbagai hal yang telah dilakukan teman-teman, mendapat banyak ide, masukan, dan penyegaran (mulai dari metode, teori, etika, hingga semangat). Prosesnya masih panjang. Salah satu hal yang paling menyenangkan dari acara seperti ini, adalah kita punya lebih banyak pertanyaan, bukan jawaban. Yang perlu dijaga adalah keberlanjutannya, agar jaringan yang terbentuk tetap terpelihara dan berkembang.

Museum Sejarah Komunitas (2/3)

Selasa 18-Kamis 20 Desember 2012 yang lalu, Andriew, Ari, Bayu, Tinta, dan saya, berkesempatan untuk menghadiri lokakarya Museum Sejarah Komunitas, yang diselenggarakan oleh KUNCI Cultural Studies Center. Berikut adalah reportase hari kedua, dengan pembicara Janet Pillai (Arts-ED Penang), Kuah Li Feng (Living Museum, oleh Georgetown World Heritage Inc.), dan Muhidin M. Dahlan (i:boekoe). Catatan di …

Museum Sejarah Komunitas (1/3)

Sejarah adalah suatu proses kebudayaan. Tidak statis, tidak tetap, tidak bersifat tunggal. Ada tantangan menghindari diri dari “keaslian”. Sangat mudah bagi kita untuk jatuh dalam perangkap pencarian “keaslian” untuk membedakan diri. Nah, dari sini, apa saja dampak dan implikasinya? Dan bagaimana menata, mengkurasi, dan mengkoleksi kejamakan pengetahuan ini?

Reportase: Pragmatic & Dematerialised Architecture

Sabtu, 24 November 2012, 19.00 – 21.00 Presentasi: Pragmatic & Dematerialised Architecture Ada dua presentasi malam ini, yang dilakukan oleh ARA Studio (Hermawan Dasmanto) dan ordes arsitektur (Endy Yudho) Pragmatic Architecture Tema “Pragmatic Architecture” dibawakan oleh Hermawan Dasmanto dari ARA Studio yang mempresentasikan entri lombanya yang memenangkan Indocement Award 2012, yang dia namakan “Box Culvert House”. Hermawan …

Budaya Bebas

Buku ini diterbitkan karena melihat meskipun pembahasan dan kajian mengenai Media Baru (dan budaya digital) telah banyak beredar di Internet dan dapat diunduh gratis dan legal dari Internet, tapi informasi mengenai budaya digital masih belum terlalu merebak di Indonesia.

Dibagi menjadi 14 bab, dengan pendahuluan, kesimpulan, dan kata akhir, buku ini dengan meyakinkan mengajak kita untuk mempertimbangkan ulang, apa itu yang kita sebut sebagai “pembajakan”, dan apa itu “property”, dengan memberi berbagai ilustrasi kasus yang menarik.