Klab Baca: Harry Potter & the Deathly Hallows

Oktober ini kita akan membaca dan membahas Harry Potter and the Deathly Hallows! Versi audiobook (mp3) dan eBook (PDF) HP7 tersedia juga di C2O.

September lalu, kami memulai program bulanan Klab Buku. Klab ini terbuka untuk umum, dengan maksud untuk berbagi, menghargai pengalaman dan pemahaman membaca judul yang sama dalam suasana yang akrab dan seru.

Jika ingin bergabung, silahkan datang di hari pertemuan kita: Jumat keempat tiap bulan, pk. 18.00. Jadual di samping.

Jadual pertemuan Klab Buku:
Jumat keempat tiap bulan, pk. 18.00
28 Oktober 2011 : Harry Potter & the Deathly Hallows (PIC: Andriew Budiman)
24 November 2011 : Saksi Mata (PIC: Antonio Carlos)
28 Januari : Sumpah Pemuda (PIC: Kathleen Azali)

Buku apa saja yang akan dibaca?

Macam-macam, diajukan oleh anggota untuk kemudian dipilih bersama-sama di saat pertemuan. Boleh dari berbagai genre: novel, sastra, misteri, sci-fi, detektif, cerpen, jurnal, buku anak, komik, biografi, sejarah, budaya, desain, sains, travelling, masak, dll. Jika ada versi eBook/audiobooknya, akan kami pasang di http://c2o-library.net

Moderator:

Yang mencalonkan bukunya! :)

Variasi kegiatan:

Membahas buku
Literary games
Role-playing
Nonton film
dsb.
Siapa saja yang boleh gabung?

Terbuka untuk umum, pada siapapun yang tertarik. Tidak masalah meski belum membaca bukunya.

Iuran Rp. 5.000/pertemuan, mendapat:

Freeflow kopi/teh
Snack atau handout
Sewa gratis buku yang akan dibaca bulan tersebut (harus menjadi anggota C2O)
INFO: info@c2o-library.net

Garis batas

Bedah buku Garis Batas: Perjalanan di Negara-negara Asia Tengah
bersama Agustinus Wibowo, penulis Garis Batas dan Selimut Debu
moderator Lukman Simbah, hifatlobrain.net
Penduduk desa Afghan setiap hari memandang ke “luar negeri” yang hanya selebar sungai jauhnya. Memandangi mobil-mobil melintas, tanpa pernah menikmati rasanya duduk dalam mobil. Mereka memandangi rumah-rumah cantik bak vila, sementara tinggal di dalam ruangan kumuh remang-remang yang terbuat dari batu dan lempung. Mereka memandangi gadis-gadis bercelana jins tertawa riang, sementara kaum perempuan mereka sendiri buta huruf dan tak bebas bepergian.

Negeri seberang begitu indah, namun hanya fantasi. Fantasi yang sama membawa Agustinus Wibowo bertualang ke negeri-negeri Asia Tengah yang misterius. Tajikistan. Kirgizstan. Kazakhstan. Uzbekistan. Turkmenistan. Negeri-negeri yang namanya semua berakhiran “Stan”. Perjalanan ini bukan hanya mengajak Anda mendaki gunung salju, menapaki padang rumput, menyerapi kemegahan khazanah tradisi dan kemilau peradaban Jalan Sutra, ataupun bernostalgia dengan simbol-simbol komunisme Uni Soviet, tetapi juga menguak misteri tentang takdir manusia yang terpisah dalam kotak-kotak garis batas.

Petualangan Agustinus Wibowo di buku ini seakan mengajak kita untuk masuk dan melihat sendiri tempat-tempat yang selama ini tersembunyi di peta dunia. – Andy F. Noya

Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bhinneka, atas dukungan Perpustakaan C2O dan Hifatlobrain Travel Institute.

Gratis dan terbuka untuk umum.

INFO: cannedbrain@gmail.com

Reportase: Orang Rimba di Jambi

Siapa sih Orang Rimba, atau Orang Kubu itu?  Menurut data Adi, ada sekitar 6.650 orang Rimba, kebanyakan terpusat di Jambi.  Catatan-catatan mengenai orang Kubu dapat ditemukan dari catatan-catatan Belanda mengenai kesultanan Melayu di abad ke-17-18.  Menurut Barbara Watson Andaya, sejak abad 17 pun, ada dinamika kekuasaan antara Orang Hulu dan Hilir.  Orang-orang Hulu (Rimba) menjadi ujung tombak penyedia persediaan sumber daya alam seperti cula badak, gading gajah, kayu dsb. yang nantinya berputar di jalur perdagangan di selat Malaka.

Reportase: Kisah-kisah Bijak dari Negeri Naga

Reportase Peluncuran Buku & Diskusi : Kisah Bijak dari Negeri Naga

Minggu di siang bolong, 11 September 2011 bertepatan dengan 12 tahun peristiwa 9/11. Cuaca sangat panas dan terik.

Jam menunjukkan pukul 12 siang tepat. Satu persatu para peserta datang untuk menghadiri acara Peluncuran Buku & Diskusi dengan tema kali ini : Kisah Bijaksana dari Negeri Naga bersama Chen Wei An, penulis dan Ardian Purwoseputro, peneliti sejarah dan budaya Tionghoa Indonesia.

Rupanya cuaca panas tidak menghalangi peserta untuk berbondong-bondong ke C2O library. Acara baru dimulai pukul 13:30 yang dibuka dengan paparan singkat dari penulis.

Menurut penulis, yang sempat berkarier di beberapa perusahaan nasonal di Surabaya & Jakarta ini, penulisan 2 buku : Kisah Bijaksana dari Negeri Naga dan Kisah-Kisah Bijaksana dari Negeri Naga diilhami oleh ingatan-ingatan penulis akan didikan orang tua sewaktu kecil. Orang tua penulis selalu mendidik Chen kecil dan saudar-saudaranya dengan memberi contoh pelajaran hidup melalui kisah2 bijaksana yang diceritakan dalam bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami namun bisa diaplikasikan anak-anak.

Berawal dari keinginan untuk melestarikan nilai-nilai bijaksana itulah, penulis mulai mengumpulkan literatur-literatur untuk melengkapi cerita2 dimasa kecilnya, yang menurut penulis masih sangat relevan diterapkan di dunia modern saat ini. Baik oleh anak-anak maupun orang dewasa, disetiap aspek kehidupan.

Literatur-literatur tersebut didatangkan Chen dari luar negeri seperti Singapura dan Hongkong. Hal ini untuk mempermudah penggunaan istilah-istilah dan penerjemahaan yang benar jika merujuk literatur terjemahaan asing yang dinilai Chen lebih orisinal.

Ada satu cerita menarik yang selalu diingat Chen, sebuah cerita bijak mengenai pentingnya memikirkan banyak hal disekitar kita untuk mencapai sebuah tujuan. Yaitu seorang pangeran kecil yang melihat belalang dipinggir kolam yang asyik meminum air, saking asyiknya sang belalang tidak menyadari kalau dibelakangnya ada seekor kodok yang siap memangsa, begitu pula sang kodok, dia tidak menyadari kalau dibelakangnya mengintai seekor ular yang siap menyantapnya, dan sang ular tidak menyadari pula jika dirinya sedang diintai oleh seekor burung rajawali. Ketika pangeran kecil tertarik dengan rajawali tersebut, keinginan hatinya sangat kuat untuk menangkapnya, namun dia tidak menyadari kalau disekelilingnya ada kolam, ketika dia berusaha menangkap rajawali tersebut…terjatuhlan dia di air.

Sebuah cerita yang mempunyai kesan tersendiri–mengajarkan kehati-hatian, tidak sembrono, tidak memikirkan diri sendiri…

Chen Wei An sampai saat ini sudah menulis 4 karya. Karya pertama adalah cerita silat (cersil) 5 jilid dengan judul Lung Hu Wu Lin-Rimba Persilatan Naga & Harimau, 1 karya non fiksi berjudul Cersil (bukan) Bacaan Jadul?, dan 2 buku Kisah-Kisah Bijaksana dari Negeri Naga dan 88 Kisah Bijaksana dari Negeri Naga.

Cuaca semakin panas saja, namun selain membuat gerah juga membuat diskusi semakin lama semakin menarik dan panas.

Pertanyaan-pertanyaan mulai dilontarkan peserta. Ada yang bertanya mengenai mengapa jumlah kisah yang kenapa hanya ditulis 88 kisah saja, mengenai korelasi dan aplikasi kisah bijaksana dengan masalah kesetaraan gender, penyelamatan lingkungan hidup, hukum dan pemerintahan..dan masih banyak pertanyaan dan pernyataan panas lainnya. Menurut Chen, semua kisah bijaksana ini bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tinggal dalam sudut pandang mana atau bidang kehidupan apa yang akan kita pilih.

Untuk meminimalisir cuaca yang cukup panas, Tinta, Erlin, Mbak Yuli dkk mulai membagikan buah semangka segar…ehmmmmm segarnya

Ada satu hal yang menggetarkan, pembentukan negara persemakmuran Hongkong dan Singapura tidak terlepas dari teladan kisah-kisah bijaksana Tiongkok yang diterapkan pemimpin-pemimpin sekelas Perdana Menteri Lee Kuan Yew, kata Chen.

Chen keberatan kalau kisah bijak ini disebut dongeng. Kisah-kisah ini merupakan sejarah peradaban China, mengenai kekuasaan, startegi perang, hukum, keadilan, kebijaksanaan, nilai-nilai hidup. Hal serupa juga diamini oleh Ardian. Menurut Ardian, kisah-kisah tersebut merupakan kisah bijak yang tertulis dan tersimpan rapi dari dinasti ke dinasti kekaisaran di China tanpa terputus. Menurut Ardian, cerita ini merupaka accesoris dari catatan-catatan sejarah pada setiap periode dinasti kekaisaran di China. Semua keagungan, kebaikan, kebajikan, kejayaan, kehancuran sebuah dinasti dengan sangat obyektif terekam. Dan yang lebih menarik, catatan-catatan tertulis rapi, tanpa terputus dan diteruskan dari dinasti ke dinasti berikutnya. “aneh sekaligus mulia” biasanya setiap akhir perebutan dan pergantian pemerintahan, catatan-catatan dari pemerintahan yang berkuasa sebelumnya selalu dibakar atau sengaja dihilangkan oleh pemerintah yg berkuasa saat ini, tapi di China tidak!

Bagaimana dengan di negeri kita,Indonesia. Adakah budaya santun yang merekam apapun juga secara obyektif, yang kita simpan dan teruskan untuk generasi-generasi berikutnya? timpal Ardian.

Diskusi juga mulai merambah ke peranan Sastra Melayu Tionghoa yang juga berperanan dalam membentuk nation buiding Indonesia dan sastra Indonesia.

Satu hal yang menarik, salah satu contoh majalah Sin Po, meski berkiblat ke nasionalisme Tiongkok, majalah ini memiliki andil besar dalam perjalanan bangsa Indonesia. Di era 1920 an Sin Po mempelopori penggunaan istilah Bumiputera untuk istilah Inlanderr (istilah yg diberikan Belanda untuk masyarakat Bumiputera yang dianggap golongan masyarakat kelas bawah) sehingga sebagai balas budi, media lokal mulai menggunakan istilah Tionghoa untuk menyebut orang dari suku bangsa China. Sin Po juga media massa cetak pertama yang mempublikasikan lagu kebangsaan Indonesia Raya karangan WR Supratman, Dan Sin Po salah satu majalah yang mempelopori penggunaan istilah Indonesia untuk Hindia Belanda saat itu. Bayangkan majalah tersebut sudah memiliki pokok bahasan utama, yaitu bahasan Indonesia dan bahasan Manca Negara. Tutur Ardian.

Akhirnya acara diskusi dan peluncuran buku ditutup dengan hidangan macaroni schotel dan puding buah a la chef Erlin. Disela-sela acara ramah tamah, panitia membagikan doorprize berupa buku-buku karya Chen Wei An kepada 4 peserta.
——————————————
C2O mengucapkan banyak terima kasih pada Chen Wei An, Ardian Purwoseputro, Erlin Goentoro, Anitha Silvia, Antonio Carlos, Ari Kurniawan, dan semua teman-teman yang telah hadir dalam acara ini.

Foto oleh Erlin Goentoro.

Serah Jajah dan Perlawanan yang Tersisa

Sekitar dua tahun lalu seorang kawan memamerkan tulisannya. Sebuah thesis S-2. Kawan saya ini tidak pintar sangat, tapi tekun dan pandai memanfaatkan peluang. Saat bekerja di Warsi, tak disia-siakannya kesempatan untuk memahami kehidupan Orang Kubu. Obyek yang kemudian menjadi bahan masternya. Bahan yang kemudian menjadi inti buku ‘Serah Jajah’ ini. Buku yang melukiskan dominasi Orang Melayu terhadap Orang Kubu di Jambi dan bagaimana Orang Kubu melawan dominasi itu.

Ada beberapa hal yang menarik dari bukunya. Diantaranya penggunaan terminologi Orang Rimba atau Anak Dalam untuk mengganti Kubu demi kehalusan. Menurut penulis, kata kubu berkonotasi negatif, yang berarti bodoh, bengak, keras kepala, dan tak mau mengikuti aturan. Padahal, di masa lalu kata kubu merujuk kepada mereka yang tinggal di hutan. Mengubu berarti berdiam di hutan selama masa tertentu.

Mengutip Loeb, 1927, “..Kubu berarti orang-orang yang makan segalanya termasuk makanan yang tidak bersih, dimana mereka tidak hidup di dalam rumah, dan tubuh mereka tidak bersih sebagai akibat penolakan mereka terhadap air. Orang-orang yang mempunyai karakter yang rendah…”

Siapa Orang Rimba itu? Dalam salah satu teorinya, penulis menyebutkan mereka sebagai keturunan Melayu juga, yang karena suatu hal (melawan Belanda) lalu melarikan diri dan tinggal di hutan. Ini menarik, dan sesuai dengan teori antropologi sebelumnya bahwa Orang Rimba berasal dari Ras Proto-Melayu, bukan Veddoid.

Inti buku ini membahas bagaimana Orang Rimba melakukan perlawanan terhadap dominasi dan diskrimanasi dari suku mayoritas Orang Melayu Jambi. Perlawanan ini antara lain dengan memilih hidup mirip Orang Melayu. Mereka menetap di sebuah kampung, memeluk agama Islam, bahkan mengganti nama mereka sesuai nama Melayu. Mereka pun lebih suka disebut sebagai Suku Anak Dalam atau dikenal juga sebagai kubu jinak. Namun ada juga yang memilih mempertahankan identitas aslinya sebagai Orang Rimba yang hidup di hutan dan mempertahankan nilai-nilai yang dianut nenek moyangnya.

Rupa Tubuh: Wacana Gender dalam Seni Rupa Indonesia (1942-2011)

Peluncuran & Diskusi Buku Katalog Data IVAA #1
Rupa Tubuh: Wacana gender dalam Seni Rupa Indonesia (1942-2011)

Sabtu, 24 September 2011
Pukul: 18.00 – 21.00

C2O Library Surabaya
Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264
Peta bisa dilihat di: http://c2o-library.net/about/address-opening-hours/

Presentasi oleh
Farah Wardani, Direktur Eksekutif, IVAA
Yoshi Fajar Kresnomurti, Outreach Program, IVAA
Dr. Diah Ariani Arimbi, dosen Fakultas Ilmu Budaya UNAIR, penulis Reading Contemporary Indonesian Muslim Women Writers
Khanis Suvianita, dewan penasihat, GAYa NUSANTARA. Redaksi Jurnal Gandrung: Kajian Seksualitas Kritis.

Moderator:
Prof. Esther Kuntjara, dosen Fakultas Sastra UK Petra, penulis Women and Politeness dan Gender, Bahasa dan Kekuasaan

…………………………………………………………………………………………………………

Perkembangan seni rupa (modern) Indonesia disadari maupun tidak dipengaruhi secara langsung maupun tidak, dimaui maupun tidak, akan selalu terkait dengan persoalan gender. Gender selalu melekat, dilekatkan dan mengalami proses pelekatan dalam sejarah seni rupa (modern) Indonesia.

Arsip seni visual dipahami sebagai media membaca dan alat pembacaan perkembangan masyarakat. Perjalanan dan perkembangan dunia seni rupa (kontemporer) Indonesia sesungguhnya telah melahirkan berbagai produksi pengetahuan yang dihasilkan dari perputaran dan pergulatan karya seni rupa maupun proses berkarya, jalan hidup seniman maupun komunitas seni, ruang peristiwa seni maupun ruang kehidupan sehari-hari.

Katalog kecil ini berangkat dari perdebatan estetika beserta penilaian-penilaiannya, tetapi dari bagaimana pernyataan, strategi dan eksperimentasi (estetik) dipraktikkan. Tujuannya lebih pada urgensi dan menemukan strategi visual yang dengan tepat menggambarkan keterlibatan dan posisi seni visual dalam keadaan sekarang dan sebagai inspirasi masa yang akan datang.

Buku Katalog Data IVAA ini menggelar data yang dirangkai dan dikumpulkan dari peristiwa-peristiwa seni visual Indonesia. Dikurasi dari database IVAA sebagai produk pengetahuan dari kerja dokumentasi IVAA selama ini untuk pengembangan wacana pengetahuan masyarakat kontemporer. Buku saku ini dimaksudkan untuk ikut membangun bahan, medium dan wacana seni rupa dan perkembangan masyarakat bagi dunia pendidikan dan eksperimentasi praktik seni rupa di masa yang akan datang.

Buku Katalog Data IVAA Rupa Tubuh merupakan yang pertama dari empat seri Katalog Data IVAA, yang akan diterbitkan secara bergiliran per bulannya. Ketiga buku Katalog Data lain bertemakan Seni Rupa dengan: Lingkungan, Industri Kreatif, dan Multikulturalisme.

Penelitian hasil kerjasama antara:
Indonesian Visual Art Archive (IVAA) & HiVOS: People Unlimited
…………………………………………………………………………………………………………

Acara ini diselanggarakan oleh:

Indonesian Visual Art Archive
Jalan Ireda Gang Hiperkes MG I-188 A/B
Kampung Dipowinatan, Keparakan
Yogyakarta 55152
I N D O N E S I A
Tel./Fax: +62 274 375 262
Email. program[at]ivaa-online.org or melisa[at]ivaa-online.org
Website: www.ivaa-online.org

C2O library
Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264
Telp: +62 858 5472 5932
Email: info@c2o-library.net
Website: http://c2o-library.net
http://facebook.com/c2o.library

…………………………………………………………………………………………………………

Didukung oleh:

GAYa NUSANTARA
Jl. Mojo Kidul I No 11 A
Surabaya 60285
Telp/Fax +62 31 – 5914668
Website: www.gayanusantara.or.id
Email: gayanusantara@gmail.com

BRAngerous: Women Art Exhibition
http://brangerous.blogspot.com/

Klab Buku: Serah Jajah dan Perlawanan yang Tersisa

Klab Buku C2O #1:
Serah Jajah & Perlawanan yang Tersisa – Etnografi Orang Rimba di Jambi

Pembicara, penulis:
Adi Prasetijo, Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD)
Moderator:
Ayos Purwoaji, Hifatlobrain Travel Institute

Tanggal & waktu:
Kamis, 22 September 2011
18.00 – 21.00

Lokasi:
Perpustakaan C2O, Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264
Telp: 031-77525216
Peta lokasi: http://c2o-library.net/about/address-opening-hours/

————-

Buku ini sangat perlu dibaca oleh siapapun yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai etnografi kehidupan Orang Rimba atau Suku Anak Dalam di Jambi. Serah naik jajah turun merupakan perlambangan dari hubungan dominasi minoritas antara Orang Rimba dan Orang Melayu.

Pengalaman penulis yang telah beberapa tahun tinggal bersama dengankomunitas Orang Rimba sangat memperkaya penggambaran informasi dan kejadian pada kehidupan Orang Rimba itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya. Haruskah mereka tetap menjadi Orang Rimba atau memilih untuk tidak diakui sebagai Orang Rimba

………………………………..
Tentang Klab Buku C2O:
………………………………..

Mulai September 2011, C2O mengadakan Klab Buku setiap hari Kamis minggu keempat, 18.00-21.00. Klab ini terbuka untuk umum, dengan maksud untuk berbagi, menghargai pengalaman dan pemahaman membaca judul yang sama dalam suasana yang akrab dan seru.

Peserta klab dapat mengajukan pilihan-pilihan buku untuk dibaca. Dari pilihan tersebut, 3 akan dipilih untuk 3 bulan berikutnya Buku boleh dari berbagai genre yang tersedia di C2O: novel, sastra, misteri, sci-fi, detektif, cerpen, jurnal, buku anak, komik, ataupun non-fiksi seperti biografi, sejarah, budaya, desain, sains, travelling, masak, dll. Peserta yang mengajukan buku, akan menjadi pemandu acara pertemuannya.

Untuk bergabung dalam klab ini, silakan datang ke tiap hari Kamis keempat. Untuk pertemuan perdana klab yang akan dilangsungkan 22 September ini, kita akan membahas buku Serah Jajah dan Perlawanan yang Tersisa: Etnografi Orang Rimba di Jambi. Silahkan datang!

Kisah Bijak dari Negeri Naga

Peluncuran & Diskusi Buku: Kisah-kisah Bijaksana dari Negeri Naga
Minggu, 11 September 2011, pk. 13.00 – 15.00
Perpustakaan C2O, Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264

Bersama:
Andy Soeprijo (Chen Wei An), penulis
Ardian Purwoseputro, peneliti sejarah Tionghoa Indonesia

88 Kisah Bijaksana dari Negeri Naga berkisah tentang cerita-cerita dari jaman Cina kuno yang menggugah dan memberikan inspirasi. Buku ini memberikan inspirasi kisah-kisah yang mengagumkan tentang kepahlawanan, kekuatan, keagungan, kearifan serta strategi jitu memenangkan berbagai persoalan dan pertempuran. Semua kisah ini meskipun sudah terjadi ratusan tahun lalu namun tetap relevan sehingga bisa diaplikasikan untuk saat ini dalam berbagai macam keadaan. Anda akan mendapatkan sumber motivasi dan strategi yang tidak ada habisnya untuk mencapai cita-cita.

Buku ini memuat kisah-kisah pada masa Cina kuno yang penuh dengan kebijaksanaan, inspirasi, makna dan perjuangan. Kisah-kisah ini dirangkum dalam kisah-kisah pendek yang menarik, mudah dimengerti dan memperkaya pengetahuan. Isi buku ini akan memberikan semangat dan kekuatan baru, pengetahuan, memperkaya pengertian dan memperkenalkan kita dengan kisah-kisah bermakna Cina kuno yang tetap relevan dengan masa sekarang. Kita bisa melihat dari kehidupan dari sisi lain dan menghargai makna hidup sebenarnya.

INFO: info@c2o-library.net

Tato

Dibagi menjadi enam bab, buku ini dengan kritis membahas tato mulai dari tato sebagai fenomena budaya tanding dan budaya pop, sejarah perkembangannya di berbagai pelosok dunia, tato dalam masyarakat Indonesia, makna dan konteks sosial budaya, dan studi kasus di Yogyakarta. Dijelaskan pula proses teknis penatoan, baik di studio maupun dalam masyarkat tradisional. Buku ini pertama kali diterbitkan di tahun 2006, terutama karena penulis melihat minimnya kajian dan referensi mengenai tato di Indonesia.

The Face of Another

judul : the face of another
penulis : kobo abe
penerbit : charles e. tuttle company, inc., 1998

saya mengenal kobo abe saat menonton film “woman in the dunes” karya hiroshi teshigahara di c2o library. film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya kobo abe ini sangat bagus sekali visualnya, mencekam, penuh detail, dan indah, tentu saja cerita yang menawan, tentang seorang entomologis yang sedang melakukan ekspedisi mengumpulkan serangga di gurun pasir dan terpaksa tinggal di rumah seorang janda di lembah pasir!

the face of another menyajikan jurnal/surat (terdiri dari 3 notebook dengan warna yang berbeda) oleh seorang pria yang seluruh wajahnya terluka akibat ledakan oksigen cair saat melakukan eksperimen di laboratorium tempat ia bekerja, surat tersebut ditujukan kepada sang istri. tentu saja wajahnya hancur dan sangat menakutkan bagi orang lain, penuh dengan luka keloid, yang selamat hanya mata dan bibirnya, dia memakai kacamata saat bencana terjadi. istrinya sudah tidak mau berhubungan seks dengannya, dan dia teralienasi dari lingkungan sosial.

“how wonderful would it be, frankly, if everybody in the world would suddenly lose his sight or forget the existance of light. immediately, there would be agreement about form. everybody would accept the fact that a loaf of bread is a loaf of bread whether triangular or round. just because there was light, she heedlessly thought that a triangular loaf of bread was not bread but a triangle. this thing called light is itself transparent, but it apparently changes into something non-transparent.”

awalnya dia akan operasi plastik, tapi dia merasa jijik jika organ palsu menempel di wajahnya dan kesulitan utama dalam operasi plastik wajah adalah menciptakan ekspresi di wajah. tanpa kaki, tanpa tangan, tanpa mata, tanpa kuping itu masih bisa dihadapi, tapi tanpa wajah, tidak ada yang bisa hidup tanpa wajah, pilihan terbaik adalah bunuh diri. tapi pria itu memilih jalan lain, dia membuat topeng realis dan mengubah identitasnya, tujuannya adalah untuk menipu sang istri sehingga berselingkuh dengannya.